PART 3.
" Sampai kapan kamu menghindar, Nak. " Ucap Sesorang disebrang sana. " Apa kamu Tidak merindukan, Mama " Lanjutnya.
" Maaf, Ma. Beri Aldi waktu, Kalau udah saatnya pasti Aldi akan pulang kerumah. Tapi bukan untuk saat ini, Aldi belum Siap " Lirih Aldi.
" Sampai kapan? " Tanya Mama Aldi. Aldi sangat tahu gimana perasaan Mamanya saat ini. Tapi, Untuk saat ini, Ia belum siap untuk kembali kerumah.
" Sampai Aldi. Bisa melupakan semuanya " Balas Aldi.
" Denger Mama, Nak. Saat ini yang harus kamu lakukan bukan melupakan, Tapi mengikhlaskan " Ucap Mama Aldi berusaha menasehati putranya.
" Aldi mengerti Ma. Akan Aldi coba, Tapi nanti "
" Terserah kamu, Kamu emang gak peka sama Mama. "
Tut... tut... tut... Dengan sepihak Mama Aldi memutuskan sambungannya begitu saja.
Percakapannya bersama Mamanya tadi. Terus saja terngiang di otaknya, Seperti Kaset rusak.
Arghhtttt
Aldi mengusap rambutnya Frustasi. Apa yang harus ia lakukan?. Berdiam diri disini terus atau memilih untuk pulang? Tidak!. Jujur ia belum sanggup untuk menginjakan kembali kakinya kerumah itu. Begitu banyak kenangan² yang tersimpan dirumah itu yang meningkatkannya pada sosok Dia Seseorang yang begitu sangat berarti baginya.
Aldi menghisap kuat rokok yang sudah ia apit di antara jari telunjuk dan juga jari tengahnya, Lalu ia menghembuskan secara pelan asap rokok itu ke udara. Angin malam menambah suasana hatinya, ia duduk termenung di atas balkon kamarnya, Sesekali ia menghisap lagi batang rokoknya. Sampai yang tersisa hanya ujung batang rokok itu, Setelah itu ia buang putung rokok itu ke dalam asbak yang sudah tergeletak diatas meja.
" Bantu Aldi, Ya Allah! " Aldi mengusap kasar wajahnya. entah kenapa malam ini, raut wajahnya terlihat begitu kusut. Tapi itu tak mengurangi sedikitpun ketampanannya.
Dengan gerak kasar Aldi berdiri dari posisi duduknya dan berjalan menuju pembatas balkon kamarnya, Tangan dengan otot kekarnya menggenggam sisi pagar pembatas itu.
Aldi menegadahkan kepalanya keatas dan membiarkan anak rambutnya berterbangan sesuai angin malam berhembus, Ia mencoba menetralkan fikirannya. Berharap fikiran yang menganggu fikirannya segera musnah bersamaan dengan angin malam berhembus.
🌼🌼🌼
" Diminum dulu, Ma. tehnya " Salsha berjalan menghampiri Melina yang duduk di ruang keluarga,kemudian ia duduk disamping Melina dengan membawa secangkir teh buatannya. Kenapa Salsha memanggil Melina dengan sebutan, Ma? Karena itu perintah dari Melina sendiri. Apa Salsha tak menolak? jawabanya, Sudah berkali² Salsha menolak dengan Alasan, Tidak sopan. Tapi yang perlu kalian tahu bahwa Melina tidak menerima penolakan.
Melina tersenyum melihat kehadiran Salsha, Lalu ia mengambil secangkir teh yang sudah Salsha letakkan diatas meja lalu meminumnya hingga tersisa hanya separuh.
" Makasih, Nak " Melina mengusap surai sebahu milik Salsha.
" Udah jadi tugas Salsha " Salsha membalas dengan senyum manisnya.
" Salsha " panggil Melina dengan lembut.
" Iya ma " Ucap Salsha.
" Kamu tahu gak? Mama sangat bersyukur pada Tuhan. Karena Tuhan sudah menghadirkan Kamu dihidup, Mama " Ucap Melina tersenyum menatap Salsha yang sedang duduk di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LIFE ( END)
Ficção Adolescente"Gue bukan milik lo!" desis Salsha. "Gue gak perduli. Lo setuju atau tidak. Bahkan lo menolak atau menerima sekalipun. Yang harus lo ingat. Mulai sekarang, lo milik gue! Dan itu tidak akan merubah keputusan gue!" "Jadi, apapun yang sudah gue gengga...