Raja bumi

963 51 28
                                    

Seorang murid laki-laki dengan seragam sekolah yang selalu dikeluarkan itu tengah berdiri menatap tajam kearah sang lawan yang sudah terkapar lemah. Tidak memberi ampun, dia menghujani orang itu dengan pukulan bertubi-tubi.

"Raja udah goblok entar anak orang mati."

Ya, Raja Bumi. Siswa SMA Pamor yang terkenal sebagai julukan sang ketua gang motor Tigerangers. Raja mendapat kabar bahwa salah satu temannya di keroyok murid SMA Dewa dan sekarang dia sudah puas membalaskan dendamnya.

Cowok itu berjongkok dihadapan sang lawan. "Bilangin sama ketua lo itu! Gua tunggu pulang sekolah di lapang tengkorak!" ucapnya.

Raja beranjak berdiri. "Cabut." Katanya kepada teman temannya.

🦋🦋🦋

Siapa yang tidak kenal dengan Tigerangers? Gang motor yang cukup besar dan disegani. Jumlah mereka yang sangat banyak membuat komplotan gang lainnya selalu kalah ketika berkelahi. Raja Bumi, seperti namanya cowok itu adalah Raja di Tigerangers sekaligus di SMA Pamor. Raja adalah cucu dari pemilik sekolah Pamor yang membuat dirinya semakin tinggi jika di pandangan mereka.

Raja beserta antek-anteknya berbondong-bondong menuju masjid sekolah. Walaupun mereka nakal sering membuat keributan, mereka tetap melaksanakan tugasnya sebagai umat muslim. Apalagi di antara mereka selalu ada yang mengingatkan untuk sholat, orang itu Bima Bryan.

Sholat itu penting. Bukan yang penting sholat. Pahalamu belum tentu di terima namun dosa mu sudah pasti di catat.

Di sebelah Raja, ada Agam yang tengah memberikan wink pada beberapa siswi yang mereka lewati. Tidak bisa di pungkiri jika para siswi itu menjerit-jerit.

"Anjirr, ganteng banget gue." pede Agam.

"No kecot no debat gua yang paling ganteng." ucap Ansel.

"Gue lah yang paling ganteng." aku Alfan tidak mau kalah.

"Lu semua jelek, tetap gue yang paling ganteng." sentil Bima.

Gading hanya geleng kepala dengan pembicaraan absurd teman-temannya. Kalau dari segi penampilan Gading yang paling rapih dan Gading adalah murid yang paling rajin dan teladan diantara mereka — temannya.

"HEH KALIAN MAU KEMANA!?" suara itu membuat langkah mereka semua terhenti. Mereka berbalik badan menatap bu guru bersanggul itu—Bu hera.

"Eh, ibuu..." cengir Agam.

Bu hera melangkah mendekat membawa rotan panjang di genggamannya. Rotan itu sudah memakan banyak jiwa murid SMA Pamor. Di pukul rotan sakti itu sangatlah sakit.

"Kalian mau kemana rame-rame? Mau tawuran?"

"Kita mau sholat bu." jawab Raja.

"Alasan! Bubar! Kembali ke kelas masing-masing!" seru Bu Hera.

"Si ibu, astaghfirullah." ucap Bima. "Ibu atuh gimana si, masa anak muridnya mau sembahyang dilarang?"

"Parah nih ibu, ibu ateis ya?" celetuk Alfan.

Bu hera lantas memukul bokong Bima dan Alfan. "Bukannya ibu melarang kalian tapi ibu ga percaya kalian mau sholat." ujarnya.

"Yauda kalau gak percaya ayo ikut kita, bu!" ajak Agam.

"Jangan, Gam. Bahaya." bisik Raja.

"Kenapa?" Agam ikut berbisik.

"Nanti gocar-gacir sholatnya." Kekeh Raja. Dasar anak murid not have akhlak.

"Kamu ngetawain saya?" galak Bu Hera.

"Ngga ibu guruku yang cantik." ucap Raja menggoda bu hera.

Bu hera berdecak pinggang. "Udah sana bubar bubar! Jika ibu masih lihat—"

RAJA BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang