Amarah

107 7 5
                                    

Lembutnya bulu kucing membuat Bima sedikit tersenyum geli. Bima sangat menyukai kucing. Bahkan dia sampai membeli dua ekor kucing dan merawatnya dengan baik. Terkadang jika Bima tidak main dengan temannya dia akan menghabiskan waktu bersama kedua kucingnya.

"Astagfirullah, Bima!" pekik Umi melihat Bima yang masih saja bermain dengan kucing-kucingnya di kamar.

"Kamu ngga liat sekarang jam berapa?"

"Emang jam berapa?"

"Udah jam tujuh pagi, kamu gak pergi ke sekolah?"

Sontak cowo itu melotot. Dia sampai lupa harus pergi ke sekolah padahal sudah rapih dengan seragam sekolahnya. Bima, segera memakai jaket hitamnya, lalu berpamitan.

"Bima pergi sekolah dulu. Abi dimana umi?"

"Di depan." Bima langsung lari keluar rumah. Ternyata abi sedang menikmati kopi dan goreng pisang di depan teras rumah.

Nunu menggelengkan kepala melihat penampilan Bima. "Kamu mau sekolah atau mau nongkrong?"

"Mau sekolah lah, abi."

"Sekolah kok pake jaket panas-panas. Baju di keluarin, ga pake dasi, tali sepatu yang kanan hitam yang kiri merah udah kayak gembel aja. Itu apa lagi segala pake kalung kayak gitu? Mau jadi preman?"

Bima mencium tangan Nunu. "Abi marah marahnya nanti aja, sekarang Bima pamit sekolah dulu udah kesiangan."

🦋🦋🦋

"Anjing, gue capek." keluh Bima baru saja selesai di hukum. Sekarang dia sedang isi tenaga di kantin.

Abi
Bim nanti pulang sekolah
ajak kawanmu ke rumah

"Kata Abi gue nanti pulang sekolah lo pada disuruh ke rumah." ujar Bima.

"Mau di ruqyah bukan?" panik Agam.

"Masa gitu doang takut?" ledek Ansel.

"Heh Ansel! Emang lo berani?"

"Engga, gue takut setan di tubuh gue ngomong yang macem-macem."

Agam berdecih. "Gitu aja takut."

Sorot mata Rey menatap seorang siswa dengan slayer hitam di lehernya. Kehadiran siswa itu tak bisa dipungkiri jika para siswi memperhatikan mengagumi ketampanan-nya, siapa yang menolak pesona seorang Raja Bumi?

"Ngapain lihatin gue?!" tegur Raja melempar sendok dan garpu yang berada di atas meja sampai berserakan di lantai.

"Jangan buat keributan di kantin." tegur siswa berkacamata.

Raja tersenyum miring beranjak berdiri menghampiri siswa itu lalu tanpa di duga Raja menendang perut siswa itu hingga tersungkur ke lantai.

"Berdiri lo!" siswa itu bergetar ketakutan. Raja menarik kerah kemeja siswa itu kemudian melayangkan pukulan di wajahnya.

Rey berniat untuk melerai tapi malah kena imbasnya. Rey dihujami pukulan bertubi-tubi.

"Woy bangsat udah anjing!" Alfan berhasil melerai, tenaga dia cukup kuat menahan Raja.

Agam sudah menahan emosi sejak tadi tapi melihat Rey di pukuli tanpa ampun membuat Agam kehilangan kendali. Agam memberikan pukulan tepat di bagian rahang, pelipis dan perut Raja. Raja tersungkur di lantai.

"Ada apa ini ada apa?" Bastian menerobos kerumunan. Bastian berdiri menjulang tinggi di hadapan Raja, dia mengulurkan tangan namun Raja menepisnya. "Udah baik gue mau nolongin lo."

"Orang gatau diri kayak dia jangan di tolongin." sungut Agam.

"Gue baru tahu tigerangers mainnya keroyokan. Payah!" sentil Raja.

"Merendahkan hasil pimpinan sendiri bangga lo!?" tohok Gading.

Natasha menerobos kerumunan dan tatapannya langsung tertuju pada Raja. Raja tampak kacau.

"Heh manusia-manusia sok jago kalo mau jontos-jontosan sana di tengah lapangan! Kantin tempat buat makan bukan ring tinju!" seru Cahaya.

"Lo ya Agam yang mulai duluan?" tuduh Cahaya.

"Fitnah! Tuh orang itu yang mulai duluan." Agam menunjuk Raja.

Natasha kecewa terlihat jelas dari tatapan matanya karena Raja menyadarinya. "Lo kenapa, Ja? Mereka punya salah apa sama lo?"

Raja hanya diam tidak bisa menjawab. Natasha menggenggam tangan Rey dan membawanya pergi dari kantin meninggalkan Raja dengan rasa cemburu yang meluap-luap.

"Kasian udah di jauhin temen sekarang ditinggal gebetan." gumam Agam di dengar Raja.

🦋🦋🦋

Natasha membawa Rey UKS untuk di obati luka lebam di pelipis dan sudut bibirnya. Rey meringis kesakitan.

"Perih jangan pake alkohol."

"Tahan giliran tadi pukul-pukulan ga ngeluh sakit."

"Baru kerasa sakitnya sekarang." tangan Natasha terulur merapihkan rambut Rey yang berantakan. Rey terus menatap Natasha.

Natasha duduk di atas brankar di samping Rey. "Jangan lihatin gue terus nanti suka."

"Udah."

"Udah apa?"

"Udah suka."

Pintu UKS terbuka membuat Natasha dan Rey menoleh secara bersamaan ke arah pintu. Natasha tiba-tiba saja gugup melihat Raja berjalan ke arahnya.

"Gue juga butuh di obati." ucap Raja.

"Natasha lagi sama gue lu jangan ganggu." ujar Rey.

"Dengerin apa kata Rey." ujar Natasha.

Raja menahan sesak dia berbaring di brankar sebelah yang terhalang gorden. Raja kira sakit luka pasca berantem sudah menyakitkan tapi ternyata menahan cemburu lebih menyakitkan.

Raja memejamkan mata lalu dia merasakan kehadiran Natasha di sisinya.

"Bangun."

Raja meringis kesakitan ketika dia mencoba untuk duduk. "Jangan di paksa kalo sakit." tapi Raja tidak mendengarkan. Natasha duduk di hadapan cowo itu. Raja tidak meringis ataupun mengaduh kesakitan saat Natasha sedang mengobati lukanya tidak seperti Rey tadi.

Dengan sangat tiba-tiba Raja memeluk Natasha membuat pergerakan cewe itu terhenti. Natasha membeku.

"Gue takut, Nat."

Natasha berusaha melepaskan pel



R.A.J.A.B.U.M.I

RAJA BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang