SEBUAH KENANGAN

169 7 3
                                    

"Kenapa kasih gue kalung?"

"Sebagai kenang-kenangan."

"Kenangan?"

"Iya, karena kita gak tau kedepannya akan seperti apa. Kita gak tau apakah besok kita akan tetap bisa bertemu dan bersama? Makanya aku kasih kamu kalung ini sebagai kenang-kenangan, kalau suatu hari nanti kita udah gak bisa bertemu."

"Kamu tau gak alasan kenapa aku ngasih kalung berliontin bulan sabit sama matahari itu?" Natasha menggelengkan kepalanya. "Karena kamu itu matahari aku yang selalu bersinar walaupun kita gak bisa bersinar bersamaan."

"Lo gak mau selamanya sama gua, Ja?"

"Kalau bisa sih maunya gitu, Nat."

"Sehat-sehat ya. Jangan nakal."

Prang!

Natasha, melemparkan vas bunga kecil yang berada di dalam kamarnya. Ia menjambak rambut bahkan menampar pipinya sendiri. Melempar-melempar barang. Segila itu memang, Natasha kehilangan Raja.

Natasha menangis tersedu-sedu membuat hati Vanya, Cahaya dan Violet mencelos. Mereka menatap iba pada gadis menyedihkan di
depan matanya. Sangat berantakan.k

"Nat, It's okey. Jangan buat kepergian, Raja buat lo jadi gila." Ujar Cahaya.

Cahaya memeluk tubuh Natasha yang bergetar karena menangis. "Lo kuat, Nat. Lo bisa, melewati masa-masa ini."

Natasha melepas pelukan Cahaya. "Gua mau ketemu sama, Raja."

"Nat!" Vanya memegangi kedua pundak Natasha, menatapnya dengan serius. "Ayo sadar! Raja udah ga ada disini!"

"ENGGAK! RAJA MASIH ADA DI RUMAHNYA!" Natasha berlari keluar rumah tanpa menggunakan sendal dan lebih parahnya lagi dalam kondisi yang sudah mirip odgj.

"Mbak Natasha mau kemana?" Tanya pak satpam yang berjaga di pos satpam depan komplek perumahan.

"PAK TAHAN NATASHA PAK DIA MAU KABUR!" Teriak Vanya namun Natasha sudah lebih dulu melesat pergi dengan taksi.

"IH PAK SATPAM KENAPA GAK DI TAHAN NATASHA NYA!?"

"Emang kenapa kalian kejar-kejaran? Lagi main kejar-kejaran ya? Atuh udah pada besar juga masih aja main kejar-kejaran."

🦋🦋🦋

Natasha turun dari dalam taksi tersebut. Kedua kaki jenjangnya tanpa alas kaki itu berdiri didepan rumah besar itu, kedua netra matanya menatap rumah tersebut dengan tatapan sulit di artikan. Sepi, itulah kata yang menjabarkan suasana rumah itu.

Natasha POV

Aku menatap rumah besar di hadapanku dengan hati yang sakit. Sepi, aku tahu kepergian dia membuat mereka semua berkabung, bukan hanya mereka tetapi aku juga. Aku juga merasakan kehilangannya, kehilangan sosok kehadirannya.

Aku melangkahkan kakiku masuk kedalam halaman rumah tersebut, kebetulan gerbang rumahnya terbuka. Aku kembali menangis, melihat karangan bunga besar berjejeran rapih mengucapakan bela sungkawa atas kepergian, dia. Raja Bumi.

"Kamu berhasil, Raja." Ucapku sembari menatap foto dirinya yang terpajang di depan teras rumahnya. "Kamu berhasil membuat aku jatuh cinta disaat bersamaan cinta darimu hilang lenyap bersama sang pemiliknya."

Aku memandang foto dirinya dengan hati yang teriris.

"Natasha?"

Tubuhku membeku, suara itu...

RAJA BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang