Bahaya

93 8 0
                                    

Suara deru motor memekik telinga para pengendara lain. Deretan panjang motor sport berwarna hitam, mendominasi jalanan pagi hari ini. Bendera besar berwarna hitam dengan lambang harimau serta bertulisan 'Tigerangers' berkibar di sepanjang jalan. Suara klakson motor panjang, membuat para pengendara lain memilih untuk menepi, memberi jalan lebar-lebar untuk gerombolan panjang tersebut segera berlalu.

Raja Bumi, pemimpin dari gang motor tersebut mengeraskan rahangnya di balik helm full face. Hari ini akan menjadi hari yang paling bersejarah untuk mereka setelah sekian lama tak kembali bertempur.

Sebuah bangunan tua di sebuah lapangan tanah merah yang sangat luas, kedatangan Tigerangers di sambut oleh suara tembakan pistol yang mengudara.

Jantung Raja berdetak lebih kencang, ia bimbang memikirkan keselamatan teman-temannya nanti. Kurang lebih dari sembilan ratus orang, laki-laki berjaket hitam itu menatap tajam pada bangunan tua di hadapannya.

"Welcome to the game.." Agam tersenyum miring.

"Merinding gua cok." ungkap Bima bergidik ngeri.

Raja berdiri di hadapan anggotanya, sebagai pemimpin ia harus berdiri di paling depan. "Siap semuanya?"

"Siap!" Jawab mereka serentak.

Agam melangkah maju untuk berdiri di sebelah Raja. Agam berdehem. "Baik kawan-kawanku sekalian, sebelum kita memulai permainan perangnya alangkah baiknya kita berdoa menurut kepercayaan masing-masing, berdoa di mulai."

Mereka sempat terdiam bingung lalu akhirnya menunduk untuk berdoa.

"Berdoa selesai, ucapkan salam."

Raja menepuk pundak Agam. "Jangan bercanda, Gam. Nyawa lu taruhannya sekarang."

Agam melotot menelan saliva nya susah payah. "Gu-gua jadi bahan ta-taruhan?"

"Iye! Mampus lu." sahut Alfan menakuti.

"Astaghfirullah, kawan gua sangat berhati mulia." Agam mengelus dada.

Raja menatap lurus pada mereka. Dengan slayer hitam yang terikat di tangan dan kening, Raja harus sebisa mungkin tidak membuat suasana semakin ricuh nantinya.

"Apapun nanti yang terjadi di dalam sana—"

"Pasrahkan semuanya sama Allah, karena hanya Allah yang tau segalanya." Cela Agam memotong ucapan Raja.

Mereka bertepuk tangan heboh. Bisa-bisanya dalam situasi sekarang mereka masih bisa santai. Eh apapun kondisinya jangan pernah panik, kata Tigerangers.

Dor!

Suara pistol lagi-lagi terdengar di telinga mereka. Raja mengedarkan pandangan, takut jika ada musuh yang diam-diam akan menembak mati dirinya atau temannya.

"WOI SETAN LO BAJINGAN!" Teriak Agam menunjuk pada sesosok laki-laki yang tengah berdiri di lantai atas gedung tua tersebut, rooftop.

Raja mengepalkan tangan. Raja segera berlari masuk kedalam bangunan usang tersebut diikuti oleh anggota Tigerangers. Menaiki anak tangga dengan banyaknya bebatuan yang membuat mereka harus tetap berhati-hati. Setelah beberapa lantai mereka tempuh dan akhirnya sampailah di lantai paling atas, rooftop.
Raja di buat tak percaya dengan pemandangan di hadapannya, Rio beserta anggotanya tengah memegang pistol yang di arahkan kepada Raja dan anggota Tigerangers.

"Turunin senjata lo semua!" sentak Gading dengan sorot mata tajam, mampu membuat Rio menuruti apa perintahnya.

"Kita disini bukan untuk melenyapkan sesama nyawa! Kita disini datang untuk menyelesaikan masalah, Rio!" Ujar Raja penuh penekanan.

RAJA BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang