Kisah ini perjuangan untuk memiliki dan mempertahankan. Sosoknya yang dipuja dalam diam, diharapkan dalam doa, dan dikejar dalam setiap langkah para wanita. Kisah ini tentang bumi yang merindukan langit, Pattrick yang mencintai Einstein, dan tanah yang mengharapkan angin. Kisah ini tentang Lesti dan Fildan.
******************
Seorang gadis berusia 17 tahun berjalan melenggak - lenggok mengelilingi kampus yang akan menjadi tempatnya melanjutkan pendidikan. Matanya mengedarkan pesona kepada setiap kaum Adam yang memandang. Ditambah lagi dengan senyuman yang senantiasa menghiasi wajah cantiknya. Pesona fisiknya hanya memiliki satu kekurangan, yaitu tubuhnya yang mungil. Berkesan tak sepadan dengan gadis - gadis seusianya. Walaupun tak semua memandang kepada hal kecil itu.
"Lesti Jenong..." seru seseorang dari arah belakang si gadis mungil.
"Apa lo. Gila yak, gue dah secantik dan seseksi ni masih aja lo nistakan di muka umum," oceh si mungil yang bernama Lesti itu.
Si pemanggil yang tak lain adalah Rara sahabatnya, hanya memberi wajah datar tanpa dosa. Tak peduli dengan Suara Hati si Mungil.
"Mank lo jenong, mungil alias bantet pula," Oceh Rara.
Lesti menggeram kesal dan mengejar sahabatnya itu. Mereka berlari tanpa arah yang jelas hingga menabrak seseorang.
Brukkk.
"Auccch," teriak Lesti.
"Astaghfirullah, maaf mbak. Kamu gak papa?," ucap seseorang yang ditabrak oleh Lesti tadi.
"Ih, bantuin berdiri," dumel Lesti mengulurkan tangannya agar orang yang ia tabrak membantunya. Sifat dasar wanita tak pernah salah.
"Maaf, saya bukan mahrom kamu MbK. Berdiri sendiri ya," ucap si pemuda dengan suara lembutnya. Tak peduli posisinya yang tak bersalah.
Lesti mendongak ingin memberi tatapan tajamnya kepada pemuda itu. Dengan cepat ia bangkit sendiri, namun bukannya menusuk dengan tatapan, matanya justru berbinar karena sosok di hadapannya. Pemuda berbadan tegap sekitar dua puluh centimeter di atasnya, mata kecil, kulit hitam manis, rambut klimis dan kumis tipis - tipis. Tipical idaman gadis asli Indonesia macam dirinya.
"Tundukkan pandangan mbak. Khawatir syaithon ngajak mba jadi sahabat," ucap pemuda itu dengan kepala tertunduk. Wajahnya menampilkan senyum tipis yang masih dapat dilihat oleh Lesti. Membuat hatinya berdesir.
"Mbak gak papa kan?," tanya pemuda itu lagi karena tak ada suara di antara mereka.
Lesti mengangguk cepat, "gak papa. Eh, aku Lesti."
Gadis mungil itu kembali mengulurkan tangannya dan kali ini kembali dibalas dengan senyuman dan tangkupan tangan di depan dada oleh sang Pemuda.
"Maaf mbak, saya dan mbak bukan mahrom. Saya tidak mau di akhirat disiram timah panas karena menyentuh mbak."
"Yaa Allah, gitu amat sih Mas. Guephfffh...." Kata - kata Lesti menggantung karena mulutnya dibekap oleh sahabatnya, Rara. Gadis langsing berwajah menggemaskan seperti anak kucing itu mengangguk segan kepada si pemuda.
"Maaf ya kak. Sahabat saya ini kalau ngomong emang gak ada filternya."
"Mmmphrhnrdhjsdmsksnd." Lesti menggerutu tak jelas dalam bekapan tangan Rara.
"Diem Les," ketus Rara.
Pemuda itu tersenyum tanpa mendongakkan wajahnya. Tentu saja masih bisa dilihat oleh si gadis mungil. Jantungnya sampai memompa darah lebih cepat.
"Gak papa, jagain temannya ya. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam, arrrgh," teriak Rara karena Lesti mencubit lengannya. Bekapan tangannya pun terlepas. Rara meringis mengusap cepat lengan putihnya yang kini berwarna kemerahan.
"Gila lo jenong." Rara meniup - niup lengan cantiknya yang menjadi korban KDRS Lesti. KDRS alias Kekerasan Dalam Ranah Sahabat.
"Lo yang gila. Gue hampir kehabisan napas tau nggak gara - gara lo bekep, hufh, huffh," ketus Lesti berusaha memperbaiki pernapasannya.
"Ya maap, lo juga sih. Kenapa lo mau ngomelin Kak Fildan?, lo tahu gak?, dia tu most wanted sholehnya Unmul, calon kampus kita ini," ceplos Rara tak mau disalahkan.
"Siapa itu Fildan?."
Rara memutar matanya jengah, gadis mungil di hadapannya ini memang sudah diajak sadar diri. Bisa dibilang menjurus ke polos rada - rada bego.
"Yang lo tabrak terus mau lo omelin tadi itu namanya Kak Fildan. Dia itu ketua PUSDIMA Universitas Mulawarman Kalimantan Timur periode ini. Plus penasehat bidang keagamaan di BEM," terang Rara.
"Waaaw. Oh," ucap Lesti dengan nada antusias berakhir datar. Lesti tak begitu memahami maksud Rara yang terkesan biasa saja.
"Lo ngerti gak apa itu PUSDIMA?," Tanya Rara. Pasalnya sahabatnya ini senang sekali bersikap sotoy alias sok tahu.
"Gak." Lesti berkacak pinggang dengan wajah datarnya.
"Tapi yang pasti gue tahu, dia bakal jadi pendamping gue, jodoh dunia akherat gue, selamanya, bahkan lebih dari selamanya," ucap Lesti penuh percaya diri.
❤🤵🤜🤛🧕💙
Samarinda, 13 April 2021Lanjut ? 😂
Vote dulu donk... 😊
![](https://img.wattpad.com/cover/265775274-288-k186449.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bismillah Cinta (END)
Romance"Karena puncak dari cinta bukan sekadar memiliki dalam pernikahan." "Ketika kamu bosan dengan kondisi ini, percayalah padaku, dan percayalah pada cinta."