22

1K 173 3
                                    

Aku gak bisa melakukan apa-apa selain menangis dan meronta-ronta. Yeosang... tolong aku, aku takut. Aku takut sekali, Yeosang... aku khawatir dengan bayi kita ini. Aku sangat takut. Tolong, siapapun, tolong aku!

"Memangnya kau gak capek menangis terus dua harian ini? Sudah baik aku memberimu makan." seru Daniel.

"Maumu ini apa, sih!?" ucapku.

"Semuanya. Aku ingin semuanya! Termasuk membunuh Yeosang dan mengambil alih perusahaan."

Aku meludah begitu mendengarnya, "Masih ada saja manusia busuk yang dirasuki iblis ingin merebut warisan! Dasar kuno." seruku.

Daniel membanting nampan berisi makanan itu ke lantai dan dengan emosinya meremas kedua pipiku. "Jaga mulutmu, jalang! Kamu gak tau apa-apa jadi gak usah sok paling tau!"

"Kamu pecundang, Daniel. Seharusnya kamu sadar." seruku sambil menunjukkan smirk ku. Bebaslah wajahku dari tangan kotornya. "Dengar? Pecundang." ujarku sekali lagi.

Ia baru saja ingin memukulku namun ia urung begitu mendapat telepon yang aku gak tau dari siapa.

"Ya? Ada info terbaru?"

"..."

"Bajingan! Secepat ini?!"

"..."

"Ayah lagi, Ayah lagi! Sungguh aku gak mau membunuh Ayah!!"

"..."

"Ketatkan penjagaan atau kubunuh istrimu!" seru Daniel dan segera memutuskan telepon. Baiklah akan kusimpulkan; orang suruhannya memberitahu bahwa Yeosang sudah mengetahui lokasiku, benar atau salah akan kuliat nanti. Lalu, Ayah adalah orang yang membantu banyak dalam misi Yeosang dalam mencariku dan terakhir dia mengancam orang suruhannya itu jika Yeosang berhasil masuk sini.

"Lihat? Seorang pecundang akan semakin banyak mengancam daripada melakukan." seruku.

Daniel menamparku dengan keras. Mataku memanas ingin menangis karena rasanya sakit sekali dan panas. Perih, tapi akan kutahan. Akan kujatuhkan mentalnya. "Kau memang bajingan! Gak ada bedanya dengan Yeosang!"

"Kalau aku bajingan, kau apa? Sampah? Iblis? Aku gak bisa menemukan kata kasta terendah dari sampah untuk mendefinisikan dirimu." seruku.

Daniel pun pergi meninggalkanku. Baiklah, kurasa dia sudah cukup lelah menghadapiku. Yah, lagipula Yeosang memang akan segera mengetahui lokasiku karena memang mudah ditemukan.

Di gunung apanya? Bahkan struktur bangunan ini sama sekali bukan untuk dibangun di pegunungan. Haha, kau pikir kau bisa membodohiku?

Jane Lee kau memang pintar.





























(POV : Author)

Bagaimana Yeosang tau keberadaan Jane? Ini semua gak lain dan gak bukan berasal dari bantuan Ayahnya. Dengan bantuan koneksi, fisik, dan lainnya Yeosang mampu mengetahui posisi Jane.

Wanitanya berada di sebuah rumah di tepi danau yang sulit dijangkau dengan mobil. Harus berjalan kaki ke sana. Perihal berada di atas gunung dengan udara yang tipis adalah suatu kebohongan.

Namun, gak jarang juga Yeosang jatuh bangun. Ia diserang oleh orang-orang suruhan Daniel yang beribu-ribu pasukan itu. Pertama, perihal mobilnya yang ditabrak kemarin. Yeosang masuk rumah sakit dengan luka-luka yang cukup parah, namun ia kabur dari rumah sakit dan mengambil mobil Ayahnya yang dikirimkan untuknya itu dan segera mencari Jane.

Lalu kedua, ketika ia turun dari mobil dan berjalan menyusuri hutan untuk pergi ke danau tempat wanitanya berada, ia dipukuli oleh orang suruhan Daniel. Yeosang membawa pisau saat itu, ia menusuk mereka semua hingga tewas walaupun Yeosang juga ikut terkena tusukan yang gak begitu dalam di perutnya. Gak mungkin juga ia gak memakai pelindung pada tubuhnya.

Dan kini, lelaki itu sudah selangkah lebih dekat dengan rumah yang diawasi ratusan pengawal bersenjata. Tinggal mencari cara untuk masuk ke sana. Iya, sendirian.

"Argh, Daniel bajingan!" gumamnya.

"Apakah Jane baik-baik saja? Ya Tuhan aku harap kau melindunginya selagi aku tak ada. Aku mohon." ucapnya pelan sambil menautkan kedua tangannya itu.

Yeosang menangis mengetahui Jane diculik. Ia merasa... ia gagal dalam melindungi wanitanya.

Kini, ia harus mengorbankan segalanya untuk merebut kembali wanitanya. Meskipun ia sendirian.

Tiba-tiba ada yang menepuk bahunya. Membuatnya tersentak kaget dan menodongkan pisau yang berlumuran darahnya itu.

"Hei! Tenang! Ini aku!"

Yeosang mengernyit bingung, "Kamu mana bisa menembus pasukan yang merupakan veteran itu sendirian? Tentu kamu butuh kami!"

"Kami?"

Kemudian muncul lah 5 orang lainnya. "Aku bawa Seonghwa sebagai polisi untuk membantu memanggil polisi nanti. Ayo jemput istrimu."

"Wooyoung... Terimakasih."


















woah bawa pasukan gedd

✔️[3] 𝗔 𝗦𝘁𝗼𝗿𝘆 𝗔𝗯𝗼𝘂𝘁 𝗠𝘆 𝗛𝘂𝘀𝗯𝗮𝗻𝗱 : 𝙆𝙖𝙣𝙜 𝙔𝙚𝙤𝙨𝙖𝙣𝙜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang