14

1.8K 272 7
                                    

"Kamu gak perlu ke salon?" tanya Yeosang kepadaku begitu melihatku sedang bersantai di ruang tengah dan bermain game.

"Gak perlu." jawabku. Yeosang duduk di sampingku. Kurasa ia baru dari gym. Di hari Sabtu ini. Tumbenan sekali. "Kau bau! Mandi sana!" seruku.

Aku terkejut begitu Yeosang memasukkan kepalanya di antara kedua tanganku yang sedang memegang hp ku. "Gak mau."

"Yeosaaang!" seruku dan langsung mematikan hp ku. Mau meladeni yang sedang manja. "Kau ini mau apa, sih?" seruku sambil memainkan kedua rahangnya yang berkeringat.

"Mau kamu." What!? Ini masih siang, Yeosang! "Kenapa kamu gak ke salon? Biasanya kalau orang-orang mau ke prom mereka akan ke salon untuk... bagaimana kalian menyebutnya? Hairstyling? Apalah itu."

Aku tertawa mendengarnya. He knows nothing about woman thingy. "Aku gak perlu, Kang Yeosang. Rencananya aku akan menggerai rambutku nanti." ucapku.

"Jangan cantik-cantik. Nanti kamu dilirik." serunya sambil menyentuh hidungku. Posisinya ia sekarang sedang tiduran di atas pahaku. Acara bermain game ku terganggu oleh seorang Kang Yeosang yang manja.

"Kau juga! Ini kali pertama kau akan dilihat orang-orang kampus ku pasti mereka akan jatuh hati!" seruku gak mau kalah. Memang itu faktanya. Secara ketampanan seorang Yeosang ini gak dimiliki di kampusku. Beda.

Yeosang mencium bibirku singkat, "Biar saja, kan aku hanya melihat kamu."

Aku mendecih, "Apa, sih."





















Dari parkiran yang penuh ini bisa kusimpulkan bahwa aula kampusku pasti sudah ramai. Ketika Yeosang mendapat parkir yang lumayan jauh dari pintu masuk, yang penting dapat parkiran.

"Ramai sekali, ya sepertinya?" Aku mengangguk menanggapi Yeosang. Suamiku turun terlebih dahulu sedangkan aku masih sibuk berkaca sekali lagi untuk memastikan gak ada yang aneh dari riasanku malam ini. Kemudian aku membuka pintu dan turun.

Langsung saja kita masuk ke sana. Benar-benar ramai. Pula dentuman musik keras terdengar sampai pintu aula. Begitu aku masuk, hawa dingin langsung menyelimuti. Wah, tampaknya semua orang sedang sibuk berjoget ria.

"Kamu gak ikutan?" tanya Yeosang. Kuyakini dia sadar bahwa harusnya aku ikut joget dengan yang lain. Aku menggeleng sebagai jawaban. "Aku mana punya teman, Yeosang." Memang itu faktanya.

"Hm, kalau gitu mau duduk saja?" Aku mengangguk setuju. Aku langsung duduk di meja bundar yang pasti disediakan di belakang kerumunan itu.

"Mau minum?" tawar Yeosang seolah-olah dia mengerti bagian acara prom night ini. Aku kembali mengangguk dan tersenyum. "Jangan alkohol." Yeosang terkekeh dan bilang, "Melihat kamu sudah cukup membuatku mabuk."

Kemudian aku hanya diam. Tersenyum manis menatapi orang-orang yang sedang sibuk berjoget ini. Bukan hanya aku yang duduk, ada beberapa dan mereka sepertinya sedang menunggu seseorang juga.

Gak lama Yeosang kembali dengan dua gelas cocktail. "Jangan banyak-banyak nanti kamu kembung." ujarnya.

Aku dan Yeosang berbicara sedikit. Ia hanya bertanya bagaimana bisa aku gak punya teman dan sebagainya. "Teman dan sahabat itu berbeda. Kalau teman, mereka hanya mengenalmu dan mungkin kalian berbicara, tapi gak begitu dekat hingga semua kisah pribadimu ia tau. Kalau sahabat itu jelas seseorang yang tau seluk belukmu dan selalu tau bagaimana caranya membahagiankanmu."

Yeosang mengangguk paham. "Kalau kamu gak punya teman berarti kamu punya sahabat?"

"Kau pasti mengingat Sarah Jung. Dulu dia juga pernah bersekolah di tempatmu. Aku dan Sarah bertemu di tempat bimbel dan kami jadi dekat. Sekarang dia di Jepang. Terakhir bertemu juga sebelum kita menikah."

"Ah, iya aku mengenalnya. Hanya sekedar kenal, sih."

"Iya. Dia satu-satunya sahabatku. Saking dekatnya aku dan Sarah pernah diam-diam ke luar kota berdua." kekehku. Yeosang ikut terkekeh. "Setidaknya kau punya aku juga sekarang."

"Hm, yah. I'm glad that I met you." seruku malu-malu. Yeosang terkekeh sambil melihatku.

"Janeee!" Aku mendongak begitu mendengar namaku dipanggil. Heejin memanggilku ternyata dengan Siyeon di sebelahnya. "Wah! Siapa ini?" tanya Heejin berbisik di telingaku.

Aku malah tersenyum malu, "Seseorang yang kusayang."

Heejin tersenyum kepada Yeosang. Begitupun dengan Siyeon, "Hai, aku Heejin dan ini Siyeon. Kalau kamu?"

Yeosang tersenyum manis, "Kang Yeosang. Suami Jane."

Mataku membesar begitu saja dan mencubit perutnya pelan. Gak berbeda jauh dari Heejin dan Siyeon yang malah membuka mulut mereka lebar-lebar saking terkejutnya. "Kau serius!?"

Ah, bagaimana ini!?

"Iya. Tapi diam-diam saja." seru Yeosang yang malah menjawab pertanyaan untukku.

"Ah! Iya, iya kita pasti diam, kok! Omong-omong boleh kita pinjam Jane nya?"

Yeosang menatapku sekilas dan mengangguk. "Jaga dia."

"Siap! Ayo Jane kita ke tengah!" ajak Siyeon sambil menarik tanganku. Aku menatap Yeosang dulu dan dia menatapku dengan tatapan, bersenang-senanglah.

Hingga akhirnya aku, Heejin, dan Siyeon berada di tengah-tengah. Dua gadis itu berlompat ria mengikuti dentuman musik yang ada. Tanpa sadar juga ikut menggerakan badanku.

"Hei, itu serius suamimu? Kamu kok gak cerita?" ujar Siyeon.

"Bagaimana ceritanya kalian bisa menikah gitu? Maksudku... aku kaget, loh, Jane!"

Aku justru tertawa, "Ceritanya panjang dan, ya dia suamiku. Sudah hampir 1 tahun."

Lagi-lagi mereka hanya ternganga. Aku hanya bisa tertawa hingga aku melihat ke arah Yeosang. Di sana ada Rachel. Di sampingnya, di tempat dudukku. Rachel itu gadis cantik yang licik di kampus ini. Siyeon pernah bermasalah dengannya. Itu yang ku tau.

Entah Rachel berbicara apa, yang jelas aku menangkap bahwa dia ini genit dengan Yeosang. Sedangkan suamiku itu hanya menatap lurus enggan menanggapi Rachel. Hingga saat alunan musiknya berubah menjadi slow, kulihat Yeosang berdiri dan meninggalkan Rachel dengan wajah terkejutnya. Ternganga hingga ia menutup mulutnya sendiri. Aku gak tau apa yang Yeosang bilang ke gadis itu, tapi yang jelas wajah Rachel terlihat kaget.

Yeosang menghampiriku.









































author's pov (bonus scene)

Rachel duduk di kursi kosong itu dan tersenyum manis begitu dari jauh ia melihat lelaki tampan. "Hai?"

Yeosang gak menggubris. Ia sibuk memegangi dompet milik Jane yang ia bawa. Gadisnya sedang bersama teman-temannya jadi ia akan menjaga barang milik Jane.

"Oh! Bukankah itu milik Jane?" ujar Rachel. Ia tersenyum kepada Yeosang. Padahal lelaki beristri itu menatap lurus. Dia malas sekali menanggapi gadis ini. Lebih cantik Jane kemana-mana.

"Iya, benar ini milik Jane! Kau siapanya Jane? Kau Kakaknya, ya? Atau temannya? Kenalkan aku Ra—"

"Yeosang. Suaminya Jane."

Rachel langsung ternganga, terdiam, dan tersudutkan. Ia menutup mulutnya dan hanya bisa melihat punggung Yeosang yang semakin jauh ke keramaian.





















dah, aku mau ngilang lagi!!!

✔️[3] 𝗔 𝗦𝘁𝗼𝗿𝘆 𝗔𝗯𝗼𝘂𝘁 𝗠𝘆 𝗛𝘂𝘀𝗯𝗮𝗻𝗱 : 𝙆𝙖𝙣𝙜 𝙔𝙚𝙤𝙨𝙖𝙣𝙜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang