"Selamat mencari pekerjaan!"
Aku tertawa dan juga sedih secara bersamaan ketika Heejin berteriak seperti itu. Omong-omong aku sedang berkumpul dengan Heejin, Siyeon, Yeji, dan Eunbin. Secara gak tau-menau mereka menarikku dan berpelukan satu sama lain. Aku, kan jadi terharu. Pasalnya aku mana pernah memiliki teman dekat selama 3 tahun belajar di sini? Paling hanya sekedar kenal.
"Wah, orangtuaku sudah sampai! Aku duluan, ya!" seru Siyeon yang langsung berlari kecil. Mataku mengikutinya hingga akhirnya kulihat Siyeon berpelukan dengan seorang lelaki yang kuyakini ia adalah Ayah nya Siyeon. Kemudian gadis itu memeluk Jeno.
Aku tersenyum masam. Andai Yeosang bisa datang.
"Jane, aku tinggal, ya? Keluargaku sudah datang." seru Yeji. "Iya, Jane! Kakakku sudah datang juga, nih!" sahut Eunbin juga.
"Pergilah aku gak apa. Aku juga menunggu orangtuaku datang." ujarku.
"Oke, bye! Selamat atas kelulusan kita, Jane!" kata Eunbin yang langsung memelukku dan disusul oleh Yeji yang ikut memelukku. Astaga, gadis yang tinggi semampai ini benar-benar membuatku terlihat kecil.
"Kalian juga..." lirihku. Kemudian mereka berlalu. Tersisa Heejin yang masih sibuk selfie dengan Jongho, Jaemin, Hyunjin. Btw, sebelumnya ia puas ber-selfie denganku karena katanya hari ini gaun yang kupakai matching dengan gaunnya— sama-sama warna biru. Dengan toga yang masih terlampir seperti mantel dan topi nya.
Kemudian aku mendapat chat dari Mama dan katanya ia sudah sampai. Aku langsung terperanjat dan memanggil Heejin "Jin, orangtua ku sudah datang! Duluan, ya?"
"Iya!" sahut Heejin dengan masih sibuk ber-selfie. Pasti ia juga menunggu orangtua nya datang.
Aku langsung berlari begitu melihat Mama dan Papa. "Jangan berlari! Ingat kamu memakai heels!" seru Papaku. Ah, masa bodo! Aku senang akhirnya aku bisa lulus.
"Selamat atas kelulusanmu sayang!" seru Mama ketika aku seolah-olah menjatuhkan diriku ke pelukan Mama dan Papa.
"Cantik sekali anakku!" seru Papa. Ah, kalau kalian mau tau, Papaku ini seperti bobrok(?) bagaimana orang-orang menyebutnya? Ya, sepertinya.
"Aku, kan memang cantik!" seruku yang kemudian Papa memelukku.
"Mana suamimu?" tanya Mama yang langsung ku suruh diam. "Ma! Suaramu keras sekali!" ujarku malu.
"Dia ada rapat hari ini. Gak apa, lah, Ma. Yang penting Mama dan Papa bisa datang— Yeosang!?"
Kalian tau? Tiba-tiba Yeosang datang dari hadapanku.
Oh my god... dia sedang apa di sini? Bukankah rapatnya hari ini? Apa itu? Dia memegang bouquet bunga? What?!
"Hai. Maaf, sudah membuatmu menunggu." katanya dengan tersenyum begitu ia sudah berada di hadapanku. Aku sengaja menoleh sekitar dan ternyata Yeosang telah membuat perhatian mereka teralih.
Bagaimana ini? Aku malu!
Tiba-tiba saja Yeosang memelukku, "Selamat atas kelulusanmu, istriku!" ujarnya sedikit lebih lantang. Badanku seperti jelly rasanya.
Aku membalas pelukannya, "Terimakasih,"
Sungguh, aku sangat malu.
Malam ini adalah perayaan kecil-kecilan yang diadakan orangtua Yeosang. Mereka baru pulang dari luar kota. Acaranya dilakukan di hotel yang sudah pasti berbintang. Gaun ku pun juga ganti. Intinya aku terlihat cantik hari ini.
Gaun merah selutut dengan model off-shoulder. Rambutku pun terurai begitu saja karena hanya bertemu dengan keluarga.
Aku dan Yeosang langsung menuju rooftop— keluarga Yeosang mengadakan makan malamnya di rooftop. Sesampainya di sana, aku langsung disambut meriah.
"Jane! Wah, kamu semakin cantik, ya!" ujar Ibu. Aku langsung dipeluk dan kami saling cium pipi. Setelahnya ia memeluk putra bungsunya. Habis itu aku dan Yeosang segera duduk dan acara makan malam pun dimulai.
Seusai makan, yang ada di atas sini mengobrol. Yeosang mengobrol dengan Papa dan Ayahnya sedangkan aku diajak Ibu agar sedikit menjauh. Ibu sangat baik. Dia memperlakukanku seperti anaknya sendiri. Ia sesekali mengelus rambutku dan terus-terusan memujiku bahwa aku cantik.
"Sudahlah, Bu. Aku malu jika dipuji terus." seruku.
"Kan Ibu berkata jujur," serunya yang kemudian memelukku.
Pelukannya ini agak sedikit berbeda. Biasanya Ibu hanya memelukku seperti kedua telapak tangannya ada di ujung punggungku atau memegang wajahku, kini dia benar-benar memelukku seperti Yeosang tadi.
Tangannya melingkar di pinggangku dan ia bilang, "Kau adalah gadis pertama yang membuat Yeosang tergila-gila. Setiap hari ia bercerita kalau kamu galak dan itu berarti kamu menyayanginya," Ibu berhenti sebentar untuk mengelus punggungku. Aku... terharu mendengarnya. Ia bercerita tentangku ke Ibu nya? "Ibu sangat beruntung Yeosang akhirnya mau menerima perjodohan ini."
Sebentar... akhirnya mau? Apa itu artinya...
Ibu melepaskan pelukannya, "Sebelumnya ia sudah kujodohkan dengan beberapa gadis, tapi ia menolaknya mentah-mentah dengan emosinya, tapi saat ia tau ia akan bersamamu ia jadi biasa saja."
Ah, begitukah?
Sungguh, aku tersentuh. Bagaimana ini? Aku jadi tersendu begini karena Ibu.
Udah ah, aku mau gak up dulu beberapa hari 😋
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️[3] 𝗔 𝗦𝘁𝗼𝗿𝘆 𝗔𝗯𝗼𝘂𝘁 𝗠𝘆 𝗛𝘂𝘀𝗯𝗮𝗻𝗱 : 𝙆𝙖𝙣𝙜 𝙔𝙚𝙤𝙨𝙖𝙣𝙜
أدب الهواةDingin banget, sih! ⚠️ TW // Slightly NSFW, Mature, Violence, Kiss, Harsh Words