Aku terbangun begitu kesadaranku seolah-olah memanggilku untuk bangun. Begitu aku membuka mata, yang kulihat adalah rambut tebal. Aku langsung menyadari bahwa posisi ini sangat membuatku gak mau bangun.
Yeosang memelukku dengan kepalanya yang berada di leherku. Geli, tapi aku menyukainya.
Pelan-pelan ku angkat tangan kanannya yang berada di pinggangku dan bangkit dari posisiku. Sebelum aku ke luar dari kamar ku cium pipinya singkat.
Huh, hari ini masak apa, ya?
Aku membuka kulkas dan pandanganku tertuju ke daging yang masih tersegel. Sebuah ide muncul begitu saja.
Hari ini aku akan memasak teriyaki dan salad sayur untuk bekal Yeosang! Gak lupa juga untuk sarapanku dan Yeosang pagi ini.
Dan kegiatan memasakku dimulai.
Aku mengunjungi Ibu hari ini. Entah, ingin saja. Tadi siang aku sudah mengabari Yeosang kalau aku ke rumah Ibu dan ia menawariku untuk dijemput. Kubilang, kalau aku pulangnya nanti-nantian— karena aku bukan orang yang terencana.
Apa saja yang aku dan Ibu lakukan? Ini cukup lucu.
Aku membantunya membuat kue tadi. Kata Ibu, Ayah sudah lama gak makan kue sejak sakit jantung. Namun, sesekali gak apa-apa katanya jadi aku hanya menurut. Lucunya lagi, Ibu sambil memeragakan gaya koki terkenal yang membuatku tertawa terbahak-bahak.
Sudah dua bulan lebih aku gak ketemu Ibu dan akhirnya bisa ketemu— karena Ibu sibuk mengantar Ayah ke sana dan ke sini dalam urusan bisnis aku jadi lebih sering mengunjungi Mama. Beruntung sekali hari ini Ibu akhirnya mendapat libur karena Ayah dengan savage nya menolak klien. Aku sampai tertawa mendengarnya.
"Jane tau gak?"
"Apa, Bu?"
"Yeosang dulu sempat jadi model tau!"
Aku terkejut mendengarnya. Sungguh, aku gak pernah tau soal ini. "Serius? Kapan? Kok aku gak dikasih tau dia, ya?"
"Haha, waktu SMA kelas 1. Mungkin dia malu untuk menceritakannya karena untuk melihat potretnya di album saja dia malu."
Inikah kesempatanku untuk menertawakannya?
"Aku mau liat dong, Bu!" pintaku dan Ibu menurut. Ibu bangkit dan menuju kamarnya. Setelah itu ia kembali dengan sebuah album foto di tangannya. Ia kembali duduk di sebelahku dan memberiku album tersebut.
Aku langsung membukanya.
Wow.
Rupanya dia sudah tampan sejak dulu. Aku menyesal menolak bersekolah di SMA yang sama dengan Yeosang dulu. Padahal waktu SMP aku sempat satu sekolah dengannya. Huft.
Aku mengganti lembaran dan lagi-lagi aku terpukau.
"Dia sudah tampan sejak dulu, ya, Bu?"
"Lihat saja pabriknya."
Aku tertawa. Kencang sekali. Ibu dan Yeosang hampir mirip. Beberapa waktu yang lalu Yeosang berkaca selepas mandi dan bilang, "Tampan sekali suamimu, Jane."
Aku beralih ke halaman selanjutnya.
Wow! Sungguh aku yakin wanita di luar sana sangat ingin memacari suamiku. Kalau gak diberitakan satu perusahaan, pasti gadis-gadis pekerja di kantornya akan senantiasa mendekatinya. Hih! Dia hanya milikku!
"Janeee, aku pulang." seru Yeosang yang terdengar sampai kamar. Aku bahkan belum selesai memakai baju!
Kemudian ia membuka pintu kamar dan untunglah aku baru saja memakai kaus. Kalau belum...
"Baru selesai pakai baju?" tanyanya yang ku jawab dengan anggukan. "Harusnya aku lebih cepat lagi pulangnya biar bisa liat."
Langsung ku tinju lengannya. "Mandi habis itu makan." ujarku. Ia menurut.
Cup.
"HEI!" Bisa-bisanya ia mencium bibirku sekilas! Gak tau, kah ia aku juga manusia yang bisa berdebar hebat saat seseorang yang kusayang melakukan skinship denganku!?
Yeosang hanya terkekeh. Kemudian ia membuka bajunya di hadapanku yang masih memakai skincare. Santai saja, sih, tapi aku akan tetap histeris melihat tubuhnya.
"Wah, gak sia-sia aku selalu olahraga." ujarnya pede.
Entah dorongan darimana aku melompat ke arahnya dan memeluknya. Dalam keadaan shirtless! Mungkin aku terlalu gemas?
"Apa ini!? Kenapa tiba-tiba?" rengeknya. Aku langsung bisa merasakan tangannya yang menahanku agar gak jatuh. Iya, Yeosang menggendongku.
"Gak tau. Aku hanya ingin melakukannya."
"Hah? Melakukan itu? Tapi aku belum mandi, masih bau ini."
Mikir apa, sih dia!?
"Bukan itu! Mesum banget, sih!" seruku sambil memukul punggungnya pelan. "Aku cuma ingin memelukmu tau!"
"Ya, tapi kamu bisa membangunkanku, sayang!" Aku bisa merasakan wajahku memerah. Apa ini? Sayang? Dia memanggilku sayang?
Aku memundurkan kepalaku yang berada di bahunya dan sekarang mata kami beradu. "Coba katakan sekali lagi."
"Kamu bisa membangunkanku, sayang." ujarnya sambil menekankan kata sayang. Kuyakini ia sadar aku tersipu malu dengan panggilan itu. Ah, aku gemas sekali!
Begitu Yeosang mulai mendekatkan wajahnya perlahan, aku langsung menutup mulutnya dengan tanganku. "Mandi dulu!" Kemudian aku turun dari tubuhnya dan berlalu.
"Tanggung jawab kamu sudah bikin aku bangun!"
"BIARIN!!!"
kangen ga
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️[3] 𝗔 𝗦𝘁𝗼𝗿𝘆 𝗔𝗯𝗼𝘂𝘁 𝗠𝘆 𝗛𝘂𝘀𝗯𝗮𝗻𝗱 : 𝙆𝙖𝙣𝙜 𝙔𝙚𝙤𝙨𝙖𝙣𝙜
ФанфикDingin banget, sih! ⚠️ TW // Slightly NSFW, Mature, Violence, Kiss, Harsh Words