o7

1.8K 314 6
                                    

"Paket!"

Aku segera berjalan dengan riang ketika mendengarnya. Hari ini paket ku datang~

"Untuk Jane Lee, ya?" tanyaku riang dan kurir itu mengangguk. Setelah aku diminta untuk tanda tangan, aku langsung pergi kembali ke rumah dan menuju dapur untuk membukanya dengan gunting.

Senyum di wajahku merekah ketika mataku menangkap eyeshadow palette, makeup brush set, dan foundation yang kubeli secara online. Toko itu sedang mengadakan diskon besar jadi aku gak mau melewati kesempatan itu.

Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka yang kuyakini itu adalah Yeosang. Aku menoleh kepadanya dan ia hanya menatap lurus dan berjalan ke sisiku.

"Sudah sembuh?" tanyaku sambil memegang keningnya yang dua detik kemudian ia memegang tanganku dan menurunkannya.

"Makasih."

Wah! Tiada yang lebih puas dibanding dengan Yeosang yang akhirnya berterimakasih kepadaku. "My pleasure! Kau mau makan apa nanti malam? Request saja nanti ku buatkan." ujarku.

"Apa saja."

Aku meniup kasar poniku yang turun. Kebiasaan. Kalau ditanya mau makan apa, selalu bilang apa saja. Memangnya ia gak ada keinginan untuk makan yang lain gitu?

Kalau aku memasak makanan yang hanya kusuka dia akan selalu memakannya gitu? Huft.

"Kau beli apa?" tanyanya sambil mengambil gelas.

"Oh, ini... biasalah perempuan. Kamu juga paham,"

"Hm,"

Dia yang bertanya, dia sendiri yang menggantungkannya. Hm itu maksudnya apa? Minta dijelaskan atau sudah paham?

"Tanyakan lagi, kek atau apapun." cibirku dengan pelan. Semoga saja gak kedengeran karena jaraknya gak begitu jauh dari tempatku berdiri. By the way, aku masih melihat-lihat makeup brush ku ini. Warnanya seperti unicorn.

"Kau gak kuliah?"

DIA MENDENGARKU?

"Aku izin." jawabku cuek. Mau ikutan dingin biar dia ngerasain bagaimana gak enaknya dijawab cuek dan seadanya seperti itu.

"Kenapa?" tanyanya lagi. Sepertinya ia sedang menghadapku, tapi aku masih berkutat dengan barang-barangku.

Akhirnya aku ikut berhadapan dengannya, "Mau ngurus kamu. 'Kan kamu lagi sakit."

Kenapa menjadi seperti Yeosang itu susah sekali? Apa memang aku terlahir dengan bawel dan ramah seperti ini?

"Oh."

Just oh!?

"Iya."

Kemudian ia pergi.



Malam ini aku menangis di kamar karena menonton film Hachiko Monogotari untuk pertama kalinya.

Awalnya aku selalu menolak film ini karena aku gak suka anjing, tapi akhirnya karena gak ada yang bisa dilakukan jadinya aku menonton ini.

Sangat menyentuh aku bahkan sampai ingusan dan terisak-isak. Rasanya aku butuh Kakak di sampingku, tapi gak mungkin.

Ah, kalian perlu tau. Aku pernah punya Kakak. Perempuan. Namanya Eva. Kemana dia? Meninggal.

Kakakku meninggal karena kecelakaan saat terjun payung dan ia salah mendarat sehingga ia tergelincir di pinggir tebing dan... jasadnya mengenaskan.

Sudah, sudah. Ia sudah tertidur tenang selama 3 tahun dan aku juga rajin mengunjungi makamnya.

Aku bangkit dari kasurku. Mau minum. Menangis itu menghauskan.

Ketika aku menutup pintu kamar dan hendak ke dapur, aku berpapasan dengan Yeosang yang baru menutup pintu kamarnya juga. Ia terlihat kebingungan. Aku hanya mengangkat alisku tanda bertanya.

"Kau menangis?" tanyanya.

Aku mengelap air mataku dan mengangguk, "Biasa. Aku habis nonton film."

Kemudian ia masuk ke kamarnya lagi tanpa menggubris kalimatku. Lagi. Mungkin dia terganggu dengan suara tangisku. Huft, sebaiknya aku gak boleh menangis lagi. Baik itu karena film maupun lainnya.

Secengeng apapun aku, aku gak boleh menangis lagi. Gak enak sama Yeosang. Ia keganggu jadinya.

Begitu di dapur, aku dan Yeosang sama-sama mengambil sebuah gelas dan bedanya, aku hanya mengambil air putih dan Yeosang menyeduh teh.

"Besok kau kerja?" tanyaku.

"Hm."

APA ITU HM DALAM KAMUS NYA? Iya atau tidak?

Aku mendengus sebal. "Oke."

"Besok mau ku antar ke kampus?"
















Sial...


















Scroll down karena aku double up~

✔️[3] 𝗔 𝗦𝘁𝗼𝗿𝘆 𝗔𝗯𝗼𝘂𝘁 𝗠𝘆 𝗛𝘂𝘀𝗯𝗮𝗻𝗱 : 𝙆𝙖𝙣𝙜 𝙔𝙚𝙤𝙨𝙖𝙣𝙜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang