Huh, kenapa, sih bawang itu membuatku menangis. Aku, kan gak pingin terlihat lemah apalagi saat sedang memasak.
Menu makan siang hari ini sedikit berat karena Yeosang pulang cepat. Mungkin karena semalam ia bekerja seharian penuh.
Kepalaku menengadah untuk menahan air mataku yang terus-terusan ke luar.
"Ayolah, jangan membuat mataku perih." gumamku.
"Hm?"
"Hah?!" seruku terkejut dengan suara berat yang menyahutiku. Aku menoleh dan mendapati Yeosang yang baru saja ke luar dari kamarnya.
"Apa?" katanya dingin.
"Gak."
"Menangis, ya?"
"Hng.. aku lagi motong bawang."
Yeosang gak menggubris perkataanku barusan dan pergi melewati dapur. Pasti dia mau ke ruang gym.
"Bisa-bisanya dia gak menjawabku? Huh, dia pikir aku bakal tinggal diam dengan sikapnya yang terus-terusan seperti ini? Kenapa dia nyebelin sekali, sih!?" Aku sedang ngedumel.
Habis, manusia itu dingin dan kaku banget.
Tepat setelah makanan siap, Yeosang kembali dari ruang gym nya dengan penuh keringat. Kupikir dia akan langsung makan, tapi dia ke kamar. Mungkin mau mandi.
Aku duduk di meja makan. Menunggunya selesai mandi setelah aku mendengar percikan air dari dalam kamarnya.
Memang gitu, kan? Seorang istri harus menunggu suaminya supaya bisa makan bersama. Ya, kan?
Selang beberapa menit Yeosang ke luar dari kamarnya dan menuju ke dapur.
Aku gak sengaja menangkap ekspresinya yang sempat menatapku. Kalau gak salah, ekspresinya seolah-olah berkata, "Kenapa belum makan?" Tapi gak mungkin, kan dia sepeduli itu hahaha.
Dia duduk di hadapanku dan aku langsung mengambilkannya sepiring nasi beserta lauk lainnya yang ku masak sendiri.
"Lagi," pintanya saat aku menaruh tumis kangkung. Aku tersenyum kecil. Dia suka kangkung, ya?
Setelah lengkap aku menaruh piringnya di mejanya. Tak lupa juga aku mengambil makan untuk diriku sendiri.
Mungkin orang-orang di luar sana akan mengidam-idamkan Yeosang yang mengobrol ceria dengan istrinya, tapi nyatanya.
Hening.
Yang berisik cuma suara dentingan antara piring dan sendok.
Aku agak sedikit kurang fokus karena Yeosang terlihat tampan sekali saat habis mandi.
Tak lama piring Yeosang bersih. Habis sudah nasi dan lauk-lauk lainnya. Lalu ia beranjak dan hendak membawa piringnya dan aku menahannya. "Taruh saja piringnya nanti aku yang cuci." kataku.
As expected, dia menaruhnya tanpa membalas perkataanku.
"Setidaknya bilang oke atau makasih, kek." gumamku sebal.
"Hm?"
"Hah? Gak. Gak apa-apa." kataku begitu terciduk abis ngedumel di belakangnya. Ah, malu sekali.
Segitu aja nanti cepet kelar ni buku aku gak rela lagi 😴
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️[3] 𝗔 𝗦𝘁𝗼𝗿𝘆 𝗔𝗯𝗼𝘂𝘁 𝗠𝘆 𝗛𝘂𝘀𝗯𝗮𝗻𝗱 : 𝙆𝙖𝙣𝙜 𝙔𝙚𝙤𝙨𝙖𝙣𝙜
FanfictionDingin banget, sih! ⚠️ TW // Slightly NSFW, Mature, Violence, Kiss, Harsh Words