tw // violence, blood
Ugh, mungkin dikira Daniel aku adalah wanita yang lemah gak bisa apa-apa padahal aku jauh lebih cerdik dari dirinya. Lihat, apa gunanya zipper tie yang mengikat tanganku ini? Huh! Trik sampah, aku bisa lepas dari benda ini!
Dari 5-Min-Crafts, sih.
Udah benar dia mengikatku di brankar, tapi kemudian antek-anteknya itu memindahkanku ke sebuah ruangan sempit dan hanya mengikatku bermodalkan zipper tie murahan.
Liat ini, 1, 2, 3.
See?? LEPAS! Tanganku bebas dari sana.
Tiba-tiba pintu terbuka. Menampilkan Daniel yang membawa makanan. Cih, masih ada rasa manusiawinya dia? Aku juga buru-buru berpura-pura tanganku masih terikat.
"Makan." seru Daniel dingin. Kutatap dia tajam.
"Wah, bukankah ini sangat baik ketika kamu disandera dan tetap disuap makanan?" seruku meledek seolah-olah sarkas.
Baru saja Daniel ingin menamparku, aku langsung meninju perutnya dan menendang kakinya kuat-kuat. Daniel, kamu menyandera mantan atlet taekwondo.
Kemudian aku memukul kepalanya dengan nampan besi berisi makanan yang ia bawakan itu. "Rasakan itu!" seruku dan kabur.
Aku bisa mendengarnya teriak, "TANGKAP JALANG ITU!"
Bodyguards nya mendengar dan langsung menangkap basah diriku yang berhasil kabur dari ruangan sempit itu. "Ayo, mau apa kau botak!?" seruku ke salah satu orang itu. Ia hendak menangkapku, tapi aku menendangnya dengan teknik taekwondo ku.
Ia terkulai lemas dan satu lagi, aku hanya menyikut perutnya dan sliding kakinya hingga ia tersungkur.
Aku baru saja mau melanjutkan acara escape room, tapi merasa ada yang kurang. Aku berbalik dan menendang kemaluan mereka. "Balasan untuk kalian yang pernah menyentuh kewanitaanku!"
Ya, itu adalah fakta.
Kemudian, aku sampai di ruang tengah. Di ujungnya. Dari sini, aku mampu melihat banyaknya bodyguards. Mereka semua berbadan besar. Aku... kebingungan. Aku melihat ke sana kemari.
Hingga pandanganku jatuh ke sebuah pistol. Aku tersenyum miring. Kalian melukaiku? Ku lukai kalian 2 kali lebih sakit. Aku menodongkan pistolku ke depan sambil berjalan melewati pria-pria itu.
"Hei! Wah, jalang ini..."
"Kau pikir kami takut?"
"Sialan, dia punya senjata."
"Aku berani taruhan, ia gak bisa menggunakan pistol."
Sesaat, aku menembak ke sembarang tempat dan suara pistol itu membuat mereka menunduk. "Aku berani taruhan. Nyawamu taruhannya." seruku ke orang tadi.
Akhirnya, aku sampai di depan pintu. Selangkah lagi, aku bisa pergi dari sini. Tangisan rapuhku bisa pecah habis ini.
Tapi kemudian, rambutku ditarik dan membuatku terjungkal hingga pistol yang berada di tanganku itu lepas. "ARGH!" lirihku perih kepada kepalaku. "Pria pengecut beraninya sama perempuan!"
Kemudian aku ditampar oleh salah satunya. Sangat keras dan perih. Wajahku memanas bahkan rasanya... air sudah menggenang di mataku. Aku juga bisa merasakan ada cairan yang mengalir dari bibirku.
Aku terkekeh licik, "Pecundang."
Dan aku mendapat satu pukulan di rahang kiriku yang meninggalkan lebam di sana. Aku tersungkur ke lantai dengan keras. Sakit sekali sampai rasanya seluruh tubuhku remuk. "PECUNDANG!"
Bayi ini... aku harap kamu gapapa, Nak. Tahan sedikit lagi, Ayahmu akan menyelamatkan kita berdua.
Tapi sungguh, ini sakit sekali.
Aku gak masalah jika hari ini aku mati...
Yeosang... cepatlah, aku mohon. Cepatlah kemari...
Aku membutuhkanmu.
guys i've warned you di awal ya! kalo ngilu sama scene ini, di skip aja atau ga dibaca juga gapapa hehe
![](https://img.wattpad.com/cover/218574663-288-k582699.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️[3] 𝗔 𝗦𝘁𝗼𝗿𝘆 𝗔𝗯𝗼𝘂𝘁 𝗠𝘆 𝗛𝘂𝘀𝗯𝗮𝗻𝗱 : 𝙆𝙖𝙣𝙜 𝙔𝙚𝙤𝙨𝙖𝙣𝙜
FanfictionDingin banget, sih! ⚠️ TW // Slightly NSFW, Mature, Violence, Kiss, Harsh Words