12

2.2K 291 41
                                    

18++
Jadilah pembaca yang bijak.
Aku sudah memperingatkan ya.

•••

"Dadah, Ma." pamitku sambil memeluk Mama.

Mama, Papa, Ayah, dan Ibu pulang. Sedangkan aku dan Yeosang menetap di hotel ini. Dikasih menginap sehari sama Ibu.

Setelah mereka semua pulang, aku dan Yeosang menjadi canggung.

Aku belum bilang, ya? Hari ini Yeosang banyak tersenyum dan tertawa. Kadang suara tawanya terdengar sampai ke telingaku. Suaranya berat sekali kalau ketawa.

"Ayo ke kamar." ajaknya. Aku langsung mengikutinya dengan berjalan di sampingnya.

Setelah sampai di kamar, aku langsung terduduk di ujung kasur. Sedangkan Yeosang melepas jas hitamnya.

Aku menunduk dan memainkan ibu jariku. Masih memikirkan momen dimana Ibu memelukku dengan tulus. Aku terharu mendengarnya.

Apakah aku sebaik itu sebagai istri Yeosang? Maksudku... aku bahkan gak berpikir bahwa aku melakukan tugas istri dengan benar.

"Kau kenapa?"

Aku agak terkejut begitu mendapati Yeosang tengah berjongkok di hadapanku— di bawahku, tepatnya. Aku menatapnya sekilas dan kembali memainkan ibu jariku.

"Ibumu memelukku hari ini." ujarku.

"Lalu?"

"Dia bilang... aku adalah seseorang yang baik untukmu." ujarku.

Posisinya sekarang aku masih menunduk menatap jariku sedangkan di hadapanku ada Yeosang yang berjongkok dan menatapku. Aku tau itu.

Aneh. Gak biasanya sedekat ini.

"Memang."

Mendengarnya membuat mataku berkaca-kaca. Beginilah kalau aku sudah berada di puncak kebahagiaan. Menangis.

"Hei, jangan menangis." seru Yeosang. Mata kita beradu. Aku dengan mata berkacaku dan Yeosang dengan mata tajamnya yang menatapku teduh. "Kau memang seseorang yang baik untukku. Aku juga beruntung bisa memilikimu. Hanya saja aku sangat buruk dalam menunjukkannya. Maafkan aku, Jane."

Tentu aku terdiam dan menatapnya. Kenapa juga air mataku malah lolos begitu saja!?

Air mataku diusap oleh Yeosang. "I love you." ucapnya. Lagi, tatapan kami beradu.

Wajahnya mendekat. Semakin dekat. Hingga bibirnya berhenti di bibirku. Ia menciumku. Aku juga gak mungkin tinggal diam. Aku membalas ciumannya. Ia melumat bibirku hingga aku sedikit susah bernafas.

Yeosang bangkit dari posisinya dan memeluk tubuhku dan menjatuhkannya ke kasur. Masih dengan ciumannya yang membuatku nyaman dan tenang. Kini ia berada di atasku.

Kemudian ia menarik bibirnya dariku. Kami saling bertatapan. Aku tersenyum begitupun dengannya. Jarang sekali aku melihatnya tersenyum terlebih lagi sedekat ini. Kuakui dia semakin terlihat tampan dengan senyum seperti ini.

"Kau sangat cantik." pujinya.

"Kau juga sangat tampan." balasku tak mau kalah.

Dia terkekeh. "Aku sangat gak suka kalau kamu memakai off-shoulder seperti ini. Semua orang yang melihatmu gak akan bisa mengalihkan pandangannya. Hanya aku yang boleh lihat!" serunya.

Aku mencium bibirnya secara singkat supaya ia tau bahwa aku juga mencintainya. Sama seperti dia, aku juga gak pandai menunjukkannya. Kemudian ia tersenyum.

"Apa itu tadi?"

"I love you too." seruku malu-malu.

"Seharusnya kau tau akibatnya jika menciumku seperti tadi."

Maksudnya?

Yeosang langsung menciumku. Melumat bibirku seperti tadi, namun kali ini ia lebih kuat. Ia menghujani wajahku dengan ciumannya yang ada dimana-mana. Mencium rahangku, hidungku, keningku, pipiku, dan bibirku di terakhir dengan melumatnya lagi.

Aku juga ikut masuk ke dalam permainannya. Kedua tanganku melingkar di lehernya. Aku bisa merasakan tangannya yang mulai menyelundup masuk ke belakang punggungku. Kuyakini dia mencari resleting gaunku.

Ciuman ini gak ada berhentinya. Bahkan ia mulai turun ke bagian leherku, pundakku, dan kalian bisa menebak kemana ciuman itu turun setelahnya.

Akupun gak mau kalah. Aku membuka kancing bajunya dengan terburu-buru.

Then we're naked. So you can guess what happens after this.












Aku terbangun saat merasakan sinar matahari mengganggu tidurku. Aku merasa badanku terasa ringan. Saat aku mengintip ke dalam selimut, ternyata aku gak memakai apa-apa. Lalu aku menoleh ke samping dan mendapati Yeosang yang masih tertidur. Ku pastikan juga ia sama denganku. Gak memakai apa-apa.

Aku pun membalikkan badanku dan berhadapan dengannya. Aku tersenyum manis melihatnya. Ini kali pertama aku melihatnya tertidur di sampingku. Tampan sekali. Bahkan otot-otot di lengannya besar. Aku menyukainya. Aku menyukai dia.

Mataku terbelalak ketika Yeosang menarik badanku mendekat. Padahal matanya masih tertutup. Omg, ini sangat dekat!

"Y-Yeosang..." gumamku.

"Aku selalu ingin memelukmu di pagi hari seperti ini, tapi aku gak tau cara bilangnya gimana."

Aku masih menatapnya. Kepalaku ada di bawah dagunya— rahangnya, sih tepatnya. Ia bahkan gak membuka matanya, tapi ia berbicara. Apa itu?

"Bilang tinggal bilang. Sebenarnya gak sulit." ujarku.

Kemudian Yeosang membenarkan posisinya dan kembali memelukku dan mencium bibirku singkat. "Tidurlah bersamaku mulai besok dan seterusnya. Aku gak tahan berpisah denganmu seperti sebelumnya."

Aku tertawa. "Kenapa tertawa?" tanyanya.

"Gak. Habis kau aneh. Dalam semalam aku langsung bisa tau sifat aslimu."

Tiba-tiba lelaki itu membuka matanya dan menatapku. "Bagaimana? Coba jelaskan sifatku bagaimana?"

"Hmm, yah, kau ini sedikit manja dan ganas sekali kalau sudah seperti semalam."

"Aku memang manja. Gak mungkin kau lupa kalau aku anak bungsu."

"Haha, tau kok. Aku menyayangimu." ujarku tiba-tiba.

"Hei, sudahlah aku gak mau mengulang yang semalam pagi ini. Aku tau kau sudah gak kuat."

"Ih!" seruku sambil menepuk lengannya. "Sudahlah. Aku mandi duluan. Tutup matamu! Aku gak pakai apa-apa soalnya!"

"Apa, sih, kan aku sudah melihatnya semalam."

"TUTUP MATAMU!"

"Iya, iya."

Setelah itu aku berlari ke kamar mandi. Sesampainya di sana aku tersenyum ke kaca. Memikirkan bagaimana bisa semalam adalah malam pertamaku dengannya setelah nyaris 1 tahun?

Kemudian aku mengerutkan alisku ketika melihat banyaknya tanda merah di bahu, dada, leher, dan perut.

I like it.




















astaghfirullahaladzim kamu berdosa banget,,

✔️[3] 𝗔 𝗦𝘁𝗼𝗿𝘆 𝗔𝗯𝗼𝘂𝘁 𝗠𝘆 𝗛𝘂𝘀𝗯𝗮𝗻𝗱 : 𝙆𝙖𝙣𝙜 𝙔𝙚𝙤𝙨𝙖𝙣𝙜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang