o8

1.9K 318 9
                                    

Well, hari ini presentasi kerja kelompokku berjalan lancar. Heejin dan Siyeon banyak membantu ketika tugasku sebagai penjawab merasa kesulitan.

"We did great, guys!" seru Jeno sambil mengangkat tangannya meminta high five.

Aku ikut menepuk telapak tangannya bersama yang lain.

"Sebagai perayaan mau makan-makan gak?" ujar Siyeon.

"Kebetulan aku lapar." sahut Jongho dan Heejin menyetujuinya. Aku ikut mengangguk karena benar-benar lapar.

"Ada restoran Jepang yang baru buka. Mau coba?" tawar Siyeon. Tanpa ba-bi-bu lagi kita berempat mengangguk semangat.

Kami berempat langsung menuju halte bus dan mengekori Siyeon yang tau tempat restoran itu.

Aku melirik ke jam di hp ku dan ternyata masih jam 4 sore. Haruskah aku mengabari Yeosang kalau aku ada makan-makan?

"Cie, menunggu chat dari siapa, Jane?" seru Heejin yang langsung membuatku terkejut.

"Apa, sih, haha." seruku malu.

"Kamu sudah punya pacar, ya, Jane?" tanya Jongho.

Duh! Aku harus jawab apa ini? Aku bukannya gak punya pacar, tapi udah punya suami malah!

"Eung,"

"Eh, udah sampe!" seru Siyeon yang langsung membuat kami berempat segera menoleh ke arahnya dan berdiri. Setelah itu kami ke luar bus dan kembali mengekori Siyeon.

Ya. Sepertinya aku harus mengabari Yeosang.

Jane :
Aku ada acara makan2 dgn teman sekelompok yaa

Yeosang :
Ok

Aku memutar bola mataku malas. As expected balasannya pasti begitu.

"Sampai! Ini dia yang kumaksud!" seru Siyeon gembira.

Langsung saja kita menyerbu restoran itu dengan gila karena lapar.















Ternyata aku pulang lebih cepat dari yang kuduga. Meskipun sudah gelap yang pasti Yeosang juga belum sampai rumah.

Jadi, aku memutuskan untuk turun di halte sebelum halte dekat rumahku dan berjalan kaki dari sana. Sebab sejujurnya, lingkungan rumahku ini gak begitu ramai sehingga senang sekali rasanya berjalan sendirian di trotoar.

Dari jauh aku melihat minimarket yang pasti aku bakal mampir. Mau beli sesuatu. Aku segera melangkahkan kaki ku dengan cepat ke sana.

Ketika aku masuk antriannya sepi. Cuma 1-2 orang yang terlihat sedang berbelanja. Aku mengambil keranjang kecil dan menuju kulkas-kulkas minuman.

Aku membeli air putih dingin secukupnya karena seingatku tadi pagi stok air putih mulai menipis jadi aku membelinya.

Seusai membayar dan membawa botol air itu dengan tas belanja yang kubawa ke mana-mana aku langsung pulang.

Kang Yeosang.

Iya, aku gak salah lihat.

Yeosang berdiri di hadapanku dan aku langsung membeku.

Pasalnya, begitu aku ke luar dari minimarket itu, lelaki ini sudah ada di hadapanku membuatku berhenti.

"Yeosang..." ujarku.

"Ayo pulang." ajaknya yang kemudian membawakan tas belanjaanku yang sejujurnya sangat berat.

Begitu aku dan Yeosang sudah berada di dalam mobil, ia belum juga menyalakan mesin. Malah diam. Aku sampai bingung.

"Um.. Ayo kita pu—"

"Lain kali mintalah jemput." katanya.

"Hm?"

Bisa dilihat bahu Yeosang melemas seolah-olah dia baru saja menahan nafasnya. "Lain kali, telepon aku. Aku bisa menjemputmu."

Aku... gak salah dengar, kan?

Kang Yeosang memintaku untuk meneleponnya untuk meminta jemput?

Semalam bahkan dia menawariku untuk berangkat bersama.

Ya dan berakhir dengan kami benar-benar berangkat bersama. Untung kampus masih sepi tadi, jadi aku gak malu.

"Kau ini kenapa?" Hanya kalimat itu yang ke luar dari bibirku.

"Apa?"

"Kau aneh. Biasanya kau hanya berbicara seadanya jika bersamaku, tapi kali ini kau meminta seperti itu apa kau khawatir atau sekedar ingin melakukan tugas sebagai suami?" Tenang saja, aku gak mengatakan itu ke Yeosang. Mana berani!?

"Uhm, gak apa-apa." Justru itu yang ke luar dari bibirku.

Kemudian ia menyalakan mobilnya dan membawaku pulang bersamanya.




























Inget, yaw A Story About Series ini daily life gitcu, ada konflik tapi ringan kok sans!!

✔️[3] 𝗔 𝗦𝘁𝗼𝗿𝘆 𝗔𝗯𝗼𝘂𝘁 𝗠𝘆 𝗛𝘂𝘀𝗯𝗮𝗻𝗱 : 𝙆𝙖𝙣𝙜 𝙔𝙚𝙤𝙨𝙖𝙣𝙜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang