Aku menunggu Yeosang yang kini sedang menghampiriku. Heejin dan Siyeon sepertinya sudah bersama kekasih mereka sekarang. Maksudku, siapa yang ingin melewatkan dansa dengan kekasihnya?
Hingga kini ia berada di hadapanku. Kami saling melempar senyum. Tanpa ragu-ragu kulingkarkan kedua tanganku di lehernya. Ia pun melingkarkan kedua tangannya di pinggangku. Spontan, tubuh kami mengayun mengikuti musiknya. Ke kanan, ke kiri, begitu terus.
"Kau bilang kau gak punya teman." katanya. Aku hanya terkekeh dan ia membalasku dengan senyuman.
Tiba-tiba saja aku ingin menanyakan sesuatu yang sebenarnya cukup lama membuatku penasaran. "Yeosang..."
"Hm?" Bahkan dehamannya terdengar tampan.
"Kau ingat, kan saat kamu pulang agak terlambat dari biasanya waktu itu dan kamu bilang kalau besok-besok aku gak boleh menerima tamu. Kau panik banget waktu itu dan aku masih belum tau kenapa. Apa kamu mau kasih tau aku sekarang?"
Selama mendengarku Yeosang hanya mengerutkan keningnya. "Sebelum aku memberi tau, apa kamu benar-benar gak menerima tamu?"
Aku pikir-pikir dulu sejenak. Ah! Aku mengingatnya. "Pernah sekali. Bukan tamu. Lelaki itu tinggi. Tinggi sekali dan terlihat seperti anak kecil dengan gigi kelincinya walaupun ku tau umurnya pasti lebih tua dari kamu. Ia bertanya kepadaku saat gak sengaja bertemu denganku di supermarket. Lelaki itu bilang ia mengenalmu dan aku."
"Gigi kelinci? Apa rambutnya pirang?" Aku mengangguk saat Yeosang menanyakan itu. Wajahnya sangat panik. Aku bisa melihatnya apalagi ini dekat sekali. "Terus dia bilang apa lagi?"
"Dia menanyakan alamat rumah kita dan aku gak bisa memberi taunya karena aku gak kenal."
"Baguslah. Kalau kau mau tau kenapa, lelaki itu Kakakku." Aku cukup terkejut. Pasalnya, aku belum pernah bertemu dengannya. "Daniel?" Yeosang mengangguk.
"Dia sudah pulang rupanya dari Taiwan. Kau tau kenapa aku pulang telat saat itu? Aku menghindari bodyguard nya. Daniel ingin mengambil posisiku di perusahan milik Ayah."
Aku masih mendongak. Menantikan kelanjutannya.
"Kau ingin tau yang parahnya?" Aku mengangguk. "Ia akan berbuat apa saja demi mendapatkan posisi itu. Kepergiannya ke Taiwan itu merupakan hukuman dari Ayah yang aku sendiri belum tau kenapa ia dihukum. Makanya aku khawatir kalau ia tau kamu lebih dalam kamu akan kenapa-napa. Aku gak mau."
Rupanya jaman sekarang masih ada permasalahan warisan, ya? Aku hanya tau Daniel dari namanya dan gak tau apa-apa soal sikapnya. "Untung aku gak kasih tau alamat rumah."
"Iya. Untungnya. Kalau dia tau, aku bisa menyesal seumur hidup karena udah bahayain kamu."
Aku tertawa mendengarnya. "Sejak kapan kamu mencintaiku?" tanyaku random.
Yeosang malah terkekeh. Kami saling bertatapan sedari tadi. Matanya sedalam lautan. Aku hanyut di sana dan dia membiarkanku untuk mencapai dasar. "Sebulan setelah kita menikah."
"Oh, ya?" Yeosang mengangguk. "Kamu sendiri sejak kapan mencintaiku?" tanyanya kembali.
"Kau tau, kan kalau seorang perempuan itu mudah jatuh cinta kepada seseorang yang memperlakukannya dengan baik? Kira-kira baru saat wisuda kemarin," ledekku. Jujur, yang kukatakan barusan benar. Aku jatuh cinta padanya kemarin dan sebelumnya aku hanya sekedar menyukainya.
Yeosang tertawa, "Jahat sekali."
"Tapi aku bahagia, lho menikah denganmu. Gak ada penyesalan sama sekali." tuturku jujur. Membuat Yeosang semakin mendekatkan wajahnya. Aku gak mau dicium! Ini sedang ramai-ramainya.
"Aku khawatir Daniel mulai aksinya dalam waktu dekat. Kemarin saat aku menelepon Ibu, ia bilang Daniel sudah beberapa kali datang ke rumah dan menanyakan keberadaanku."
Aku hanya menatapnya. Aku percaya dia akan melakukan apapun juga untuk melindungiku. Pun aku juga gak segan-segan untuk senantiasa menjadi sandarannya. Yang kuharapkan cuma satu...
... semoga gak ada pertumpahan darah.
aku disuruh update ngeheh
tumben bgt kan aku up jam segini
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️[3] 𝗔 𝗦𝘁𝗼𝗿𝘆 𝗔𝗯𝗼𝘂𝘁 𝗠𝘆 𝗛𝘂𝘀𝗯𝗮𝗻𝗱 : 𝙆𝙖𝙣𝙜 𝙔𝙚𝙤𝙨𝙖𝙣𝙜
FanfictionDingin banget, sih! ⚠️ TW // Slightly NSFW, Mature, Violence, Kiss, Harsh Words