Aku habis terlibat perdebatan dengan Yeosang...
Debat capres— bukan.
Awalnya, aku meminta izin untuk mencari kerja karena aku lama-lama bosan berada di rumah.
Apalagi ia juga melarangku untuk berpergian sendiri. Takut-takut Daniel akan datang dan membuntutiku. Katanya, ia bisa mati saat Daniel melakukan yang tidak-tidak kepadaku.
Lihat aku sekarang. Ngambek di dalam kamar ku yang dulu— kini, kamar itu menjadi tak terpakai dan rencananya akan jadi kamar anakku dan Yeosang nanti.
Sedangkan lelaki itu? Ia malah sibuk menonton TV sambil mengerjakan pekerjaannya yang belum selesai.
Ayo, lah! Bujuk akuuuu!
"Benar-benar lelaki itu! Dia memang gak tau caranya menaklukan hati wanita, ya!?" gumamku kesal sambil meninju udara.
Hingga aku lupa...
"Sayang! Maafkan Mama mu ini, ya? Mama memang suka emosi, Mama harap sifat ini gak menurun ke kamu." ucapku sambil menunduk atau lebih tepatnya seolah-olah bicara dengan kehidupan yang berada di dalam perutku ini.
Aku jadi merasa bersalah. Wajar saja Yeosang khawatir sekali, ia menanggung hidup dua orang di rumah ini. Kalau aku kena bahaya, otomatis anak ini juga akan kena bahaya.
Ya... tapi serius... aku butuh pekerjaan!
"Udah ngambeknya?" ujar Yeosang yang muncul di pintu kamar.
"Belum."
Kemudian ia masuk ke kamar. Sudah ketemu cara membujuk wanita, ya?
Ia duduk di sampingku, di kasur ku yang lama. "Maafkan aku."
"Aku juga." Akhirnya aku luluh juga dengan modal tampangnya yang tampan keterlaluan dan tatapannya yang mematikan.
"Udah, lah kamu di rumah aja. Kapan-kapan, aku ajak main anak sepupuku ke sini, deh biar kamu gak bosan. Kamu tau, kan sekarang Daniel itu menjadi ancaman besar buatku, buatmu, buat anak kita juga? Aku gak mau kamu— kalian yang penting di hidupku ini kenapa-napa. Kamu harus mengerti aku, Jane..."
Ya! Tatapan itu! Tatapan memohon yang terkesan tegas itu! Aku pasti akan terhipnotis!
"Iya, aku mengerti. Maaf."
Yeosang tersenyum lega. "Jangan keras kepala. Nanti sifatmu turun ke Yeosang kecil."
Apa katanya!? Yeo- Yeosang kecil!?
Berani-beraninya dia membuatku ambyar.
"Jane..."
"Ya?"
"Ibu dan Ayah, Mama dan Papa, atau Mommy dan Daddy?"
Aku ingin meninjunya sekarang.
Jangan bilang-bilang Yeosang kalau aku ke luar dari rumah.
Karena sebenarnya, aku hanya pergi ke minimarket untuk membeli beberapa bumbu instan yang sudah habis stok di rumah. Hanya sebentar dan aku juga akan langsung pulang ke rumah.
"Ini kembaliannya, terimakasih!" seru penjaga kasir dan aku tersenyum kepadanya.
Aku kembali memeriksa belanjaanku untuk memastikan tidak ada yang terlewatkan. Setelahnya, aku langsung melangkahkan kakiku pulang ke rumah.
Setelah hampir sampai di rumah, aku mengambil kunci rumahku di saku jaket yang kupakai.
"Permisi, Nona."
"Aaaa-aish!!" teriakku reflek karena terkejut dengan suara berat yang membuatku menoleh. Intinya, aku sangat terkejut.
"Maaf, telah mengejutkanmu."
Lelaki itu...
Daniel...
"A-ah... m-mau apa kau ke sini?" tanyaku hati-hati.
"Ini..." Daniel mengulurkan sebuah dompet kepadaku. "Dompetmu terjatuh."
Aku langsung tergagap dan segera mengambilnya dengan gemetar. Bagaimana bisa? Bahkan dompet itu kutaruh di saku jaketku!
"Terimakasih."
Daniel tersenyum kepadaku dan saat aku berlari kecil ke pekarangan rumahku, ia masih belum pergi.
Aku sangat takut sekarang.
"Kau mengenaliku, kan?"
Deg.
"Senang bertemu denganmu, Adik Ipar."
Aku menoleh dengan pelan dan tak sengaja menangkap senyum Daniel yang menyeramkan itu.
Yeosang, ku mohon pulanglah.
hy adek ipar
udah mulai konflik xixixi
biar kalian penasaran
aku ga up dlu seminggu WKWKW
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️[3] 𝗔 𝗦𝘁𝗼𝗿𝘆 𝗔𝗯𝗼𝘂𝘁 𝗠𝘆 𝗛𝘂𝘀𝗯𝗮𝗻𝗱 : 𝙆𝙖𝙣𝙜 𝙔𝙚𝙤𝙨𝙖𝙣𝙜
أدب الهواةDingin banget, sih! ⚠️ TW // Slightly NSFW, Mature, Violence, Kiss, Harsh Words