CHAPTER 2

550 43 2
                                    

"Oke, tapi..." Ala menjeda ucapannya, terasa berat jika mengizinkan seseorang masuk dalam hidupnya. "Jangan karena kasihan."

Shila menautkan alisnya pertanda tak faham dengan apa yang di katakan Ala. Apa maksud dari kasihan? Apakah kehidupan Ala sangat tertekan aatau memang tak di perlakukan tak pantas? Shila akhirnya mengangguk pelan, meski ia masih tak atau apa yang tengah di maksud sahabatnya itu.

Sesampainya di rumah Ala mereka masuk dengan langkah santai, tapi Ala sedikit takut jika mengetahui kehidupannya yang rumit. Memasuki rumah dengan ucapan salam namun hanya di jawab oleh para pembantu, tidak dengan mamanya.

"Kamu bawa siapa?" tanya Fani yang masih fokus pada ponselnya.

"Em, sahabat aku Shila," jawab Ala sedikir ragu.

"Ha-Hai kenalin aku Shila tan," ujar Shila terbata-bata dan menjulurkan tangannya untuk menjabat tangan mama Ala. Namun Fani tetap diam tak berhasrat menjabat uluran Shila, akhirnya ia menarik kembali tangannya.

"Al pamit ke kamar dulu," ujar Ala menarik tangan Shila dan berlari menuju kamar Ala.

Ruangan kamar Ala terlihat sederhana dengan tembok dan barang-barang yang di dominasi warna abu-abu dan hitam. Menurutnya abu-abu adalah seperti kehidupannya yang sedikit samar-samar karena pasti ada maksud tertentu dari seseorang untuk dirinya dan tidak di ketahui olehnya. Sedangkan hitam adalah kehidupan lainnya yang berada di dunia hitam. Kamar Ala pun cukup luas, mungkin tak seperti kamar-kamar yang lain karena bisa di kira-kirakan dari letak pintunya.

Saat Shila memasuki kamar Ala. Matanya terpanah oleh topeng yang berwarna hitam di atas meja belajarnya yang sedikit berantakan. Shila mendekati benda tersebut, lalu mencobanya di kaca sebelah meja belajar Ala.

"Cakep banget."

"Hehhh jangan di pegang," ujar Ala dengan nada sedikit meninggi lalu merampas topeng yang di pakai Shila.

"Ke-kenapa?"

Ala terdiam lalu menyahut asal. "Gak, cuma ini kesayangan gue jadi gue harus jaga."

Shila hanya mengangguk polos lalu berhambur menuju almari Ala yang bisa di bilang besar dengan warna hitam. Ia membuka dan melihat-lihat seluruh baju Ala yang bisa di bilang sangat bagus dan pastinya bermerk. Ia mencomot dress berwarna pink yang ternyata masih ada harganya dan itu sangatlah fantastis. Bisa dibilang Shila sedikit jelalatan wkwk.

"Gila, baju ginian doang 10 juta?" tanya Shila tak percaya dengan memegang kertas harganya.

"Kalau mau ambil aja," jawab Ala santai dan ia berbaring di kasur kebesarannya.

"Beneran? Sumpah deh gue beli yang kayak ginian dipasar sore palingan cuma 100 ribuan."

"Okeoke gausah di jawab makasih bangettt," sahut Shila lalu memeluk Ala yang tengah berbaring.

"Se-sek," ujar Ala terbata-bata. Sontak Shila melepaskan dan cengengesan lalu pergi menuju pintu yang ia duga kamar mandi.

Tak lama Shila keluar kamar mandi dan berputar di depan pintu seakan memperlihatkan kecantikannya jika memakai dres berwarna pink itu. Saat ia hendak menghampiri Ala ia terhenti di depan almari yang sangat misterius, karena almari itu memang berwarna hitam namun polos tak ada ukiran seperti almari baju Ala. Shila perlahan membuka almari itu yang ternyata tak terkunci, betapa terpanahnya ia saat melihat isi di dalamnya.

"Sumpah demi apa?! Ini banyak mahkota sama topeng! Lo seneng pesta topeng Al?!"

Ala segera menghampiri Shila dan segera menutup pintu almarinya lalu menguncinya. Napasnya begitu ngos-ngosan dengan keringat dingin yang mengucur deras didahinya. Matanya melirik kearah mahkota putih yang di bawa Shila di tangannya lalu memakai di atas kepalanya.

Althais [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang