CHAPTER 46

129 12 1
                                    


Misteriusku: Jaga diri dan yang lain, ini aku malam waktu yang kau rindukan hanya untuk seikat bunga.

Ala tersenyum simpul dan membaca pesan dari secarik suratnya sembari berjalan ke dalam rumah.

Ini aku malam.

Waktu yang dirindukan sebagian orang.

Menjemput mimpi yang sudah dinantikan.

Menghayal dirimu yang berada di seberang.

Ini aku malam.

Suasana yang sangat dibenci manusia.

Baginya aku hanyalah waktu yang menyeramkan.

Langitku yang gelap membuat semuanya terasa menakutkan.

Sedikitnya ada yang selalu menanti malam.

Melihat langit yang kusajikan bulan bintang.

Bunyi-bunyi jangkrik menghiasi indera pendengaran.

Awan yang membawa kenyamanan di kegelapan.

Langitku kadang menghadirkan hujan di kemalaman.

Mengikut sertakan petir yang saling menyambar.

Membuat banyak orang meringkuk ketakutan.

Hanya untuk bersembunyi dari gemuruh yang bersahutan.

-o0o-

Seorang lelaki menikmati hembusan angin memeluk sepetak kayu di pangkuannya memutar kotak musik dengan sepasang kekasih di atasnya. Wajah sayunya terus menatap pasangan itu menikmati alunan lagu yang dulu sering sang kekasih nyanyikan. Saat lagu terhenti lelaki itu memutarnya lagi beralih pada liontin yang ada di genggamannya. Berpikiran bahwa kekasihnya begitu ceroboh perihal menjatuhkan kalung di taman saat dulu mereka sering bersama melewati suka dan duka. Manik matanya terus fokus mengaburkan tulisan pada tutup kotak kayu dengan nama lengkapnya dan sang kekasih, Alexander Geraldo & Alisha Nathalia. Aroma bunga tulip semerbak di sampingnya menyeruak sampai ke nadinya.

Gerald mulai berkata menggenggam liontin kristal, "Kamu selalu saja ceroboh Ica padahal aku dulu sudah memberikannya ini saat kamu sudah selamat dari tenggelam dan kamu dengan mudahnya menjatuhkannya di sini bagaimana kalau ini hilang? Tapi sudahlah nanti juga kamu pasti akan menyadarinya. Bahkan kamu juga sudah ceroboh tak dapat menjaga anak asuhmu untung saja aku atau rencana musuhmu jadi bisa aku mata-matai semoga saja kamu sudah menerima bunga yang kutaruh di depan rumahmu kemarin sore."

Terjawab sudah pertanyaan yang kini melanda dalam angan merasuk dalam pikiran. Terjawab sudah rahasia yang kini dinantikan, Gerald telah kembali dari belajarnya ke negeri orang membawa bekal ilmu yang bermanfaat dan gelar membanggakan. Datang untuk menemui sang kekasih yang sudah ditinggalnya selama bertahun-tahun tak bertemu bahkan wajahnya kini berubah 180 derajat menjadi lelaki tampan nan tegas. Manik mata dan hidungnya masih sama namun mengapa gadis itu tak mengenalinya sama sekali? bahkan sudah mengisyaratkan dalam liontin.

Bertahun-tahun dirinya menanti untuk pulang sekali tapi nyalinya masih menciut tak dapat menyalurkan rindu sepenuh hati. Dari kejauhan tak pernah absen dalam mengawasi dan menjaganya agar tak kenapa-kenapa. Kini pangeran cilik yang dulu mengendarai sepeda merahnya melewati sekitar taman sudah dapat membeli segalanya.

Gerald menaruh liontin dalam kotak kayunya, memandang benda-benda bersejarah mereka, "Aku masih tak mempunyai keberanian untuk melihatmu menangis saat atau kalau aku sudah kembali Alex sudah kembali Ica. Aku tak sanggup melihatmu rapuh apalagi masalah yang sudah kamu hadapi selama ini sampai-sampai aku memalsukan namaku di depanmu. Lihat aku Ica aku bisa membawamu keliling kota mengendarai mobil tanpa memakai sepeda merah bahkan bisa membelikanmu mahkota mewah tanpa harus dari rangkaian rumput."

Gerald menutup kotak kayu dan mengaitkannya hingga rapat, matanya beralih memandang sepeda merah di depannya. Bayang-bayang mereka berdua saat kecil melintas begitu saja tanpa permisi. Kemarin sudah menjadi sejarah dan Gerald akan mengingat bahkan sudah menyematkannya dalam hati dan pikiran. Kemarin tak akan lagi terulang hanya bisa mengenang aatau melupakan tapi kenangan yang berkaitan dengan Ala tak dapat lepas dari sana bahkan semakin melekat. Kotak kayu kini berpindah pada lubang yang menyelubung di dalam tanah menutupi setiap sisinya dan tak terlihat. Hanya pasir basah yang menyelimuti dilapisi rumput-rumput hijau namun dari luar masih sama seperti bekas galian.

Gerald berdiri dari duduknya dan mendekati sepeda merahnya, "Tapi kebiasaan indah itu akan sedikit terkikis jika kita tak menaiki sepeda ini lagi. Dulu sepeda ini boncengannya hanya sekadar besi dingin tapi kini sudah diperbaiki dan kuberi busa. Kita bahkan bisa bersama melontarkan cerita sederhana yang berakhir menjadi canda tawa pada akhirnya juga selalu sampai pada tukang es krim. Nanti kita akan memulai itu lagi Ica."

Gerald mulai mengayuh sepedanya dengan mata berkaca-kaca tak kuasa menahan sesak melirik pohon yang menjadi saksi cinta mereka. Tempat yang dulunya dipertemukan dekat dengan sana saat putri kecilnya mendapatkan luka dalam di lengannya akibat orang tuanya. Menolong dari bahaya yang menghantui dalam bentuk banyak orang berpakaian hitam mengejarnya. Datanglah pahlawan malam untuk Ala dan membawa gadis itu ke panti asuhan tempatnya dengan darah dan air mata yang mengucur. Saksi pertama semak-semak taman di mana mereka bersembunyi dan selamat. Itu semua sudah berlalu kini menjadi cerita buruk lagi indah bagi mereka.

-o0o-

Althais [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang