CHAPTER 50

137 12 0
                                    


Panggilan terputus sebab Ala tak dapat lagi membendung rasa campur aduk dalam benaknya. Benda yang diselipkan di dressnya kini sudah berada di genggaman tangan, jaga-jaga jika buronan itu kabur. Dengan langkah berat Ala maju entah dirinya harus berkata apa nantinya, ia harus tetap profesional apalagi ini bandar narkoba yang menyalurkan dari atasannya. 

Bahkan itu musuhnya sendiri yang belum bisa ia lumpuhkan, tempat saja entah di mana orang itu. Saat Ala semakin dekat dengan kerumunan kawannya ia semakin mempercepat lajunya dan langsung menangkap bapak Shila cekatan.

Ayah Shila memberontak kaget dengan hal yang begitu tiba-tiba, "Apa yang kamu lakukan sama saya, lepasin!"

"Al, lepasin bapak gue dia kesakitan," ujar Shila panik.

"Nak ada apa, kenapa kamu kunci pergerakan suami saya?" Ibu Shila mencoba melepaskan pegangan Ala namun tak bisa.

Sahabatnya sedari tadi juga ikut bertanya-tanya apa yang terjadi namun Ala masih bungkam dan memasang wajah dinginnya. Seolah atau apa yang tengah terjadi, ayah Shila sekuat tenaga mencoba memberontak dan mengumpat tak jelas. Dalam kukungannya, ayah Shila menginjak kaki Ala dengan kuat hingga jemarinya terlepas dan dirinya segera lari kocar-kacir menghancurkan segalanya.

Ala meringis dan menembakkan pistol ke atas guna memberi petunjuk bahwa buronannya mencoba kabur seketika ada beberapa polisi yang masuk membawa senjata lengkap mereka. Ayah Shila semakin panik, apalagi dirinya tak atau pasti denah villa ini dan melempar apa saja yang menghalangi jalannya. Shila dan ibunya semakin histeris dan Ala masih bungkam, bingung mau menjawab apa. Saat akan pergi tangannya dicekal oleh Arvin yang membuatnya terhenti seketika.

Arvin menatapnya dingin, "Jelasin! Jangan cuma main tangkap-tangkap aja gak ada penjelasan, lo gak kasihan sama Shila dan lo udah ngerusak hari bahagianya?!"

Ala menegang, benar yang dikatakan Arvin rencana kebahagian Shila kini hancur sebab dirinya. Bahkan tempat di kolam renang ini sudah hancur tak tersisa, balon-balon banyak yang terbang dan meletus. Semua benda tenggelam dilalap air yang tenang tak tersisa, entah bagaimana keadaan dalam ruangan nantinya bahkan terdengar suara tembakan yang langsung membuyarkan angannya, tangis Shila semakin pecah mengkhawatirkan ayahnya.

"Jelasin Al! Apa ini yang lo rencain? Menghancurkan hari kebahagiaan Shila dengan nangkap bokap Shila?! Ini yang lo rencanain makanya lo udah siapin tempat sama semuanya," tukas Ita membentak air matanya ikut berlinang.

Ala segera menggeleng cepat air matanya ikut mengalir, "Eng-enggak gitu...."

"Gue benci lo Al, gue benci lo..." Shila berkata lirih.

Ala semakin mengucur dadanya sangat sesak melihat sahabat yang biasanya ceria kini menangis sejadi-jadinya. Seharusnya ia bisa mengurusnya sendiri setelah acara usai namun nasi sudah menjadi bubur, semuanya hancur. Tenggorokannya rasanya tercekat sangat sulit mau bIcara apa tapi suasana semakin mendesak, suara pistol kembali menggelora tangis sahabat semakin pecah.

Ala menunduk lemah berkata pelan, "Maaf Shil gue harus lakuin ini, bokap lo bandar narkoba dan sebelum kesini habis melakukan transaksi...."

Ibu Shila langsung pingsan mendengar hal itu hampir roboh ke kolam renang, untung saja Arvin segera menangkapnya. Ala benar-benar tak kuat lagi segera pergi melaksanakan tugasnya tak mengindahkan kekacauan yang masih menyelimuti. Terdengar teriakan Shila memekakkan telinga kakinya terhenti terasa berat apalagi tangisnya semakin deras.

"Gue benci lo Al! Lo benar-benar sahabat terburuk dan ngehancurin kebahagiaan sahabat sendiri! Harusnya lo gak lakuin itu sekarang lo bisa nangkap bokap gue kalau gue gak atau setidaknya lo gak bikin gue lebih sakit, tapi lo udah bikin gue hancur hari ini...." Shila berteriak mengacungkan jari telunjuknya sembari menangis sesenggukan. "Gue gak akan lupain hari ini, camkan itu!!"

Ala hanya bisa mengusap air matanya, anggotanya terus mendesak agar membantunya. Dilain itu Shila benar-benar membutuhkannya sebagai sahabat, tapi gelar sahabat terburuk sudah terucapkan. Benar-benar runtuh dan tak atau lagi dirinya harus memilih apa, jika saja anggotanya tak mengajaknya ini semua tak akan terjadi. Apalagi ayah Shila yang sudah mencari penyebab ini semua terjadi. Langkahnya mulai maju sesekali mendongak mencoba meredakan linangan air matanya dan di setiap jalannya teriakan maut sahabatnya semakin menyeruak. Tak kuasa lagi Ala berlari segera mencari keberadaan ayah Shila untuk segera menuntaskan semuanya. Gue minta maaf Shil, gue salah tapi gue juga harus ngelakuin apa yang seharusnya gue lakuin.

-o0o-

Althais [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang