CHAPTER 10

345 27 1
                                    

Hari sudah berganti, pesawat Ala pun sudah mendekati bandara Soekarno Hatta. Ia sudah menyelesaikan masalahnya dan bisa sampai di Indonesia seperti janjinya. Tak lama kemudian pesawat mendarat dan Ala bersiap-siap untuk turun. Di dampingi dengan para pramugari dan bodyguard yang sudah menunggu di bawah pesawat. Ia turun dengan santai gak lupa kacamata hitam yang bertengger di hidungnya. Berjalan santai, mengabaikan sorakan pengunjung yang tengah memuji bidadari turun dari pesawat. Ia menengok ke kanan ke kiri dengan koper yang di seretnya.

"Mana sih Shila?" tanya Ala pada dirinya sendiri.

"Mari pulang Queen, saya antarkan," ujar bodyguardnya yang termasuk anggota DD.

Ala mengangkat tangannya seraya menolak. "Tidak, saya akan pulang dengan teman saya."

"Baik queen, kami akan menemani queen."

Ala mengangguk sembari terus menggerutu karena Shila datang terlambat. Ia juga sangat risih dengan sekitarnya yang tengah berbisik tentangnya. Hidup dengan wajah cantik memang enak, tapi yang tak enak adalah di kerumuni layaknya artis papan atas hanya untuk meminta foto. Untung saja ada bodyguard yang menghalanginya jika tidak pasti ia akan berdesakan dengan kaum adam dan hawa tersebut.

"Alishaaa," teriak salah satu gadis yang tengah berlari tergopoh-gopoh.

Ala memutar bola matanya malas kala melihat suara toa Shila melengking di telinganya. Para pengunjung pun semakin berhamburan untuk tak mendekatinya. Shila menuju Ala dengan napas terengah-engah tangannya pun di topang di lututnya.

"Sor-ry gu-e te-lat."

"Okey, kuy pulang. Gerahh," ujar Ala mengibaskan tangannya.

Ala berjalan menggandeng tangan Shila dan baru beberapa langkah ia berbalik. "Jangan ngikutin saya, katakan sama bang Satya. Saya akan nyamperin nanti malam."

Bodyguard itu mengangguk dan setelah Ala pergi menjauh merek baru pergi.

Ala dan Shila bernyanyi di dalam mobil dengan suasana yang hangat. Menceritakan apa yang terjadi pada mereka semenjak Ala pergi dari Jakarta. Mereka berdua menuju cafe terlebih dahulu, hanya untuk melepas penat. Shila pun memesan banyak minuman hanya sekedar mencoba rasa dari setiap makanan karena sahabatnya tengah mentraktir nya.

"Al, gak ada lo sumpah keluarga lo itu panik. Bahkan mama lo sampek nangis-nangis pengen lo balik," ujar Shila setelah mencoba 5 minumannya.

Ala mengerutkan keningnya, serasa ingin sekali tertawa dengan kencang akan kebohongan itu. "Masa?"

"Iya semuanya khawatirin lo. Sampek udah nyewa detektif, hacker, apalah itu tapi gak ketemu. Tapi sekarang bomat lah penting lo udah sama gue," ujar Shila santai.

Ala tertawa pelan, seakan kagum dan heran secara bersamaan.

"Btw makasih ya Al lo udah kirim gue mobil," ujar Shila menghampiri Ala dan merangkulnya.

"Iya santai aja."

Ala menyeruput jusnya hingga tandas, membayar minumannya dengan Shila sejenak. Usai membayar ia menghampiri Shila yang tengah menimang-nimang isi jusnya. Ia mengambil ponselnya yang berada di meja. Menatap Shila aneh karena bernyanyi tak jelas.

"Shil waras kan?" tanya Ala menautkan alisnya.

"Iya kok, emang kenapa?"

Ala sontak menggelengkan kepala dan membuang mukanya. "Kaga."

Shila manggut-manggut, "Pulang sekarang?"

"Heem, lo mau nginep dirumah gue gak?"

"Boleh, hayuk nanti gue habisin cemilan lo."

Althais [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang