CHAPTER 12

285 23 0
                                    

Tak berselang lama mereka sampai di istana seorang Queen. Siapapun yang melihat aatau sekadar melirik pasti sangat ingin memiliki rumah itu. Rumah yang di dominasi warna hitam dan gold menambah kesan indah dan menawan. Awalnya Elvin merasa takut jika memasuki rumah yang bukan miliknya, takut jika Ala itu bukan orang baik. Namun rasa takutnya segera ia tepis.

"Ini lumah mom? Besal banget," ujar Elvin terpanah.

"Ini rumah kamu juga sayang, yok ke kamar ganti baju dulu."

Ala memang sudah menyuruh anak buahnya membeli pakaian untuk Elvin. Lalu menaruhnya di kediaman Ala. Ia memasuki kamarnya, dengan Elvin yang masih dalam gendongannya.

"Elvin ganti baju sendiri aatau mom yang gantiin?"

Elvin menggeleng cepat. "Elvin bisa ganti sendili, kan El udah besal."

Ala terkekeh pelan lalu mengacak rambut putra kecilnya itu. Menurunkan dari dalam dekapannya dan membiarkan ia memasuki kamar mandi. Ia menyiapkan pakaian putranya di atas ranjang, ia pun juga mengganti pakaiannya untuk pergi ke kantor miliknya. Tak lama Elvin keluar dengan handuk yang kebesaran miliknya. Membuat handuk itu menyentuh lantai dan tangan yang tak kelihatan. Sontak Ala tertawa terbahak-bahak melihat putranya lalu memfoto anak itu karena lucu.

"Mom kenapa ketawa?" tanya Elvin polos.

"Nggak boy." Ala menepis air mata yang sedikit keluar dari matanya. "Jadi mau ganti baju sendiri?"

Elvin mengangguk.

"Okey mom keluar," ujar Ala dan keluar dari kamar. Menunggunya di pintu depan dan melihat-lihat ponselnya.

Beberapa menit kemudian, terdengar teriakan dari dalam. "Mommyyyy," teriak Elvin dengan nyaring. Membuat Ala gelagapan dan membuka pintu kamarnya dengan tergesa-gesa.

"Kenapa boy? Kamu gak papa kan?"

"Nggak hehe," ujar Elvin cengengesan dibalik pintu kamarnya.

"Terus kenapa teriak-teriak?"

"El gak bisa buka pintunya. Gak sampai jadi El teliak saja hehe."

Ala mengangguk pasrah lalu menggendong putranya agar bisa turun ke bawah menghampiri Shila yang tentunya sudah siap untuk sarapan. Ia mendudukkan Elvin di sebelahnya mengambilkan makanannya sesuai pilihan Elvin. Shila pun masih sama, ia mengambil makanan dengan porsi yang begitu banyak namun entah kenapa ia tak kenyang-kenyang. Apa mungkin ia cacingan? Oh itu pasti tidak mungkin.

"Tante Lala kalau makan itu jangan kayak anak kecil, El aja gak kayak tante," ujar Elvin menegur Shila yang sudah belepotan.

"Hehe iya Aunty laperrr."

Ala merasa miris dengan kehidupan Elvin. Jika saja ia tidak menolong anak itu, pasti ia tak bisa menyangkal bagaimana kehidupan Elvin untuk kedepannya. Anak itu pun sangatlah ceria, menambah hati Ala menjadi berbunga-bunga dan mungkin bisa membuatnya menjadi tidak sedingin ini.

"Woyy babang satya yang tampan dan dan menawan datang membawa tubuh yang utuh," teriak Satya dengan tangan yang merentang.

"Bang sat," cicit Ala menatap tajam lelaki itu yang di balas dengan cengiran.

"Nama gue Satya jadi manggilnya jangan setengah-setengah."

"Itu siapa Al?" tanya Shila dengan mulut menggembung karena makanan yang belum iya telan.

"Omg itu siapa cantik amat," teriak Satya heboh dengan tangan di mulut.

Elvin menatap Satya heran dengan memicingkan matanya. "Mom itu siapa?"

Satya sontak terkejut dengan suara anak kecil. "Lalala loh loh itu anak siapa lagi? Wah gak beres nih. Dek lo culik siapa?"

Ala sontak menoyor kepala Satya dengan kencang. Mengumpati kakaknya dapat hati.

"Enak aja lo kalo ngomong. Al itu gak nyulik tapi nemu," ujar Shila polos dengan menggenggam paha ayam.

"Nemu? Lo kira ayam pake nemu segala."

"Enak aja, ayam ini gak nemu tapi beli," ujar Shila nyolot mengira apa yang di maksud Satya adalah paha ayam yang tengah ia makan dan terbalut tepung Krispy.

"Udah-udah El pusing dengel kalian libut," ujar El memegang kepalanya.

Ala sontak terkekeh pelan, melihat anaknya yang sudah seperti aktor saja. Melerai semuanya agar berhenti untuk berdebat aatau lain sebagainya. Ala mengelus kepala putranya dengan lembut, menasehati agar putranya bisa ia tinggal dulu di rumah. Bersama dengan sahabat dan kakaknya, tapi ia sedikit khawatir karena Satya dan Shila seperti tak bisa akur saja.

"Aku gak mau sama om itu." Elvin menunjuk Satya dengan menggembungkan pipinya.

"Om Satya gak gigit, udah ya mom mau pergi sebentar aja," ujar Ala yang terus berusaha membujuk anak angkatnya.

Elvin melengkungkan bibirnya, melipat kedua tangannya didada dengan alis yang berkerut. Ia tengah ngambek sekarang, hanya ingin bersama dengan Ala.

"Mom mau cari uang dulu buat El, jadi gak boleh rewel ya."

Elvin memeluk Ala dengan erat, membuat momnya harus berjongkok untuk menyeimbangkan tinggi badannya. "Mom jangan capek-capek, tapi kalau cape nanti El pijitin."

"Iya boy, udah mom berangkat dulu." Ala mencium pucuk kepala Elvin dan mengacak-acak rambut nya.

Semuanya melambaikan tangannya pada Ala yang juga sama seperti mereka. Ala menghela napas lega, ia harus segera ke kantornya untuk membereskan hama yang berkeliaran. Hama yang sudah membuatnya kesal setengah mati karena sudah membuat uangnya melayang begitu saja.

-o0o-

TBC

22 Mei 2021

Althais [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang