CHAPTER 45

135 14 3
                                    


Remang-remang cahaya menerobos celah sempit jendela berkelambu burung bangau, dua orang berembuk serius sesekali melirik tahanannya. Suara tangisan sedari tadi terdengar memekakkan merusak gendang telinga pria itu berteriak lantang hingga tak terdengar rengekan hanya isakan. Wanita di depannya kembali menajam dengan tangan disaku.

"Lo jaga anak ini baik-baik gue gak mau atau gimana caranya, pokoknya jangan sampai dia kabur." Wanita itu menunjuk memperingati.

"Siap bos Cher, Saya akan lakukan perintah anda."

Cherry mengangguk mendekati lelaki mungil yang terikat di kursi besi dengan ratapan di matanya, "Ternyata anaknya Alisha cakep juga eh bapak lo mana? Pasti cakep juga bisa kali gue dikasih anak kayak lo tampan."

Elvin sesenggukan dan berkata, "Tante ja...jangan apa-apain El, El akut."

Cherry mencolek dagu manja, "Tenang aja sayang tante gak ngapa-ngapain kamu kok cuma mau mama lo kesini terus gue bunuh udah beres. Siapa atau pasangannya kesini kan gue bisa nyicip."

"Jangan apa-apain mommy tan..."

"Sudahlah diam lo itu cuma anak kecil dan gak atau apa-apa."

Elvin berteriak keras, "Mommy tolongin El, tante ini jahat mau bunuh kita. Bawa uncle Satya mom bial ditusuk pakai pisau."

"Diam bocah!" Cherry membentak hingga anak itu kicep.

"Oo Satya ya. Cherry mengangguk, Tapi kok panggilnya uncle? Sudahlah hey kamu jaga anak itu baik-baik."

Orang suruhan Cherry mengangguk mantap dan melihat kepergian majikannya. Rumah tua sudah menjadi saksi bagaimana kepedihan Elvin kali ini. Menunggu kehadiran sang penopongnya yang biasa disebutnya Mommy entah bisakah Ala menemukan letak tempat putranya.

Satya sudah memutari jalanan kota melewati himpitan tembok menerobos ke celah-celah kecil. Dirinya benar-benar takut tak dapat memegang amanah dengan baik sudah menghancurkan kepercayaan adik kesayangannya. Bagaimana jika dia akan tak dianggap? Jika Ala membunuhnya dirinya benar-benar rela ini memang kesalahannya. Beberapa pasukan serta Tristan dan kekasihnya juga ikut berpartisipasi untuk mencari putra tunggal Ala mengecek anak-anak kecil yang ada di depan mata bertanya pada siapa pun di hadapannya. Ada sedikit putus asa namun percuma dirinya harus benar-benar mencari sampai ketemu.

Dobrakan pintu terdengar begitu nyaring membuat penghuni rumah berdiri bergerombol dengan kawanannya. Wajah memerah karena amarah sudah menggebu-gebu bak api berkobar tangannya mengepal menyiratkan aura tajamnya. Beberapa orang langsung menghampiri dan memaki tindakan Ala yang tak sopan dalam bertamu. Sahabat dan lelakinya membentak namun hatinya tak gentar untuk menghampiri Cherry dan mencengkeram kerah bajunya.

"Mana Elvin? Pasti lo kan yang culik dia ngomong lo?!" Ala membentak menitihkan air mata sejak tadi.

Cherry mengelak, "Elvin? Elvin siapa gue gak kenal ya sama yang namanya itu. Udah deh lepasin tangan lo sakit atau."

Ala mengayunkan tangannya meraih pipi hingga menimbulkan bunyi begitu nyaring. Kulit bertemu kulit namun rasanya begitu menyakitkan menimbulkan bekas tangan di sana. Cherry menggeram bahkan orang di depannya ikut kesal. "Mana anak gue bastrad! Mana Elvin lo udah culik dia sekarang dia dimana?!"

Devan membentak, "Al lo udah keterlaluan tampar Cherry dan lo bilang apa tadi anak? Lo udah punya anak?"

"Gue gak nyangka ternyata pekerjaan jalang lo udah dari dulu ya sampai punya anak segala." Billy berkata cuek.

Ala nenggeleng pelan dan tergagap, "Bu..bukan gitu."

"Aku juga gak nyangka banget ternyata kamu sebrengsek itu." Aldo menyela tersenyum hambar.

Althais [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang