CHAPTER 48

130 17 0
                                    


Cherry menyeruput jus yang nama buahnya sama persis dengannya bersandar dengan majalah dewasa di pangkuannya. Model-model begitu cantik nan seksi sampai angannya terbayang dirinya tengah menjadi model di sana dengan penghasilan tinggi. Membalikkan kertas satu persatu hingga bel pintu terdengar menyeruak. Cherry menjawab lirih sembari keluar membawa jus ditangannya membuka lawang dengan desain modern namun tak menemukan siapa-siapa.

Justru dirinya penasaran akan box cukup besar dengan pita di atasnya yang berada di kakinya terlihat begitu menawan. Badannya mulai membungkuk membuka dengan penasaran sembari meminum jusnya saat tutup mulai terbuka sempurna mulutnya langsung menyemburkan cairan merah. Bau busuk menusuk sampai ke rongga-rongga kulit yang membuat merinding. Kakinya mundur beberapa langkah sembari menendang kotak itu agar menjauh dari dirinya.

Cherry bergidik sembari menahan mual, "Siapa sih yang ngirim kelinci mati mana darahnya banyak, busuk lagi. Woyy siapa yang jahilin gue keluar lo."

Cherry menutup box kembali dan menutup pintu sembari merutuki orang-orang iseng. "Sumpah ya gue masih minum disajikan pemandangan begituan perut gue mau muntah mana warnanya sama lagi, merah."

Ketukan pintu dari arah dapur kembali membuatnya tersungut emosi. Belum saja degup jantung yang tadinya mendebar tak kunjung mereda sudah ada orang yang mengetuk pintunya. Segera menghampiri dan merutuki orang yang mengganggu namun tak kunjung mendapatkan siapa-siapa. Kakinya kembali menemukan kotak love bermotif bunga-bunga, dibukanya begitu terkejut akan isinya. Sebuah pisau berlumuran darah ditambah mawar hitam yang menyertai.

Cherry berteriak keras sembari menutup pintu brutal, "Gak, gak gue bukan pembunuh dan itu pasti benar-benar orang iseng."

Cherry mengukir tawa hambarnya, "Bisa-bisanya orang aneh ngirimin begituan bikin gue takut aja. Tapi bisa juga ide dia buat ngirimin hal aneh tapi pisau itu milik siapa? Bunga mawar itu... Maksudnya apa?"

Gelengan kepala mulai bergerak cepat, degup jantungnya kian berlari maraton deru napasnya tak teratur. Tangannya bergetar sembari memegang telepon untuk menghubungi seseorang. Dirinya benar-benar takut sekarang, teror kini mulai bermunculan bagaimana kalo nanti malam ada lagi padahal beberapa puluh menit lagi waktu malam kunjung. Dengan tangan meremang dan bulu kuduk berdiri menelpon dan mendapat jawaban dari seseorang untuk segera datang ke rumahnya. Komat-kamit mengucapkan doa dan berputar tak tentu arah menjelaskan bahwa dirinya tengah dilanda kekhawatiran. Ketukan pintu dan teriakan kembali terdengar Cherry segera berlari dan memeluk sosok lelaki itu.

"Gue takut gue bener-bener takut sekarang, ada orang yang teror gue," ujar Cherry disertai tangisannya.

Lelaki itu mendesis, "Lo jangan nangis lagi ya, di sini ada gue yang akan jagain lo. Lo mending ke kamar tenangin diri gue buang kotak-kotak itu dulu."

Cherry menggeleng cepat, "Gak gak lo gak boleh pergi, gue takut gimana kalo orang itu tiba-tiba ada di samping gue?"

"Tenang aja nanti kalau udah buang gue temenin lo di kamar, udah buruan."

Cherry mengangguk.

Lelaki itu mulai membuang semua aksi teror dan kembali ke kamar Cherry yang sudah menemukan gadis itu meringkuk dengan selimutnya. Mata yang sedikit menyiratkan ketakutan serta senang akan kehadiran lelaki di hadapannya. Langkah mulai mendekat ke arah Cherry dan duduk bersandar di samping gadis itu sembari mengelus rambut untuk menyalurkan ketenangan. Desisan lembut bagai alunan musik ditelinga elusan hangat berhasil menghadirkan ketenangan jiwa.

Cherry mulai berkata menampilkan puppy eyesnya, "Aldo, lo temenin gue di sini ya, jangan tinggalin gue... Gue takut kalau lo nanti pulang."

Aldo mengangguk pelan, "Gue bakal temenin lo sekarang lo tidur gue di samping lo."

Senyum merekah mulai diperlihatkan dari sudut Cherry menarik lengan kekar Aldo agar ikut tidur disisinya. "Peluk gue boleh ya?"

Lagi-lagi Aldo mengangguk merapatkan tangannya meraih pinggang ramping Cherry. Ciuman hangat timbul pada kening gadis itu akibat ulah Aldo. Gadis itu sungguh bahagia dan semakin merekatkan pelukannya.

"Gue sayang lo Aldo , love you."

"Love you too baby."

-o0o-

Althais [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang