CHAPTER 3

497 45 0
                                    

Bulan telah berganti matahari. Shila sudah bangun sejak subuh tadi. Bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah di pagi hari. Beda halnya dengan Ala yang masih tertidur lelap dengan memeluk guling yang panjang. Rasanya ingin memfoto sahabatnya yang tengah tidur namun itu tidak jadi, sebab ia tak mau kena amukan singa betina.

Saat ia sudah berganti baju, ia membangunkan Ala dengan berbagai cara. Namun hasilnya tetap nihil, Shila menarik napasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan.

"Alaaa bangunn!" teriak Shila dengan kencang.

Ala pun terlonjak kaget hingga ia terjatuh di bawah kasur, mengakibatkan pantatnya merasa nyeri. "Pantat gue," gumamnya mengelus-elus pantatnya.

"Bangun udah pagi, waktunya mandi, makan, terus berangkat sekolah!!" teriak Shila yang sudah seperti seorang ibu tengah membangunkan anaknya.

"Berisik!"

"Hehe udah bangun ya?" Shila tertawa bodoh dengan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Lo gak bisa lihat? Pantat gue sakit nih," ujar Ala mengadu dan masih terduduk di lantai.

"Sorry, sini gue bantuin." Shila menghampiri Ala lalu menarik tangannya hingga Ala berdiri sempurna.

"Buruan mandi, gosok gigi, cuci muka terus mandi."

Ala cengo dengan penuturan Shila. "Udah mandi kok mandi lagi?"

"Au ah pokoknya buruan mandi."

Ala mendengkus, lalu ia melengos menuju kamar mandi. Selepasnya ia menghampiri Shila yang tengah mengobrak-abrik lacinya hanya sekedar kepo. Tanpa peduli Ala segera mengeringkan rambut dengan hairdryer.

"Lo gak punya make up gitu?" tanya Shila sembari melihat-lihat laci.

"Gak! Emang lo mau makai make up kek jalang?" Ala berbalik tanya.

"Ogah banget, cuma mau mastiin lo bener cewek aatau cowok sih," ujar Shila polos dan tetap mengobrak abrik laci yang banyak berisi berkas-berkas di dalam map.

Ala membulatkan matanya lalu menatap Shila tajam. "Oh jadi lo ngira gue cowok?"

"Gak sih, cuma mau mastiin aja."

"Serah lo sudah."

Setelah mereka berkemas. Mereka pergi tanpa sarapan dan lebih memilih makan di kantin. Kali ini Ala tidak melajukan kendaraannya dengan cepat, ia masih malas mendengar suara toa apalagi ocehan Shila yang unfaedah. Tak berselang lama mereka sampai di sekolahnya dan di hadiahi tatapan dan ocehan memuji untuk dirinya.

"Gue mau bolos," ujar Ala santai sembari berjalan di koridor dengan mengenakan kacamata hitam.

"Lah loh kok bolos lagi?" Shila merasa kesal dengan temannya itu yang pekerjaannya hanya membolos. Namun nilainya selalu bagus, sedangkan ia? Tidak.

"Gue masih ngantuk, kalo istirahat telepon gue aja," ujar Ala lalu melengos menuju ruangan pribadinya yang hanya dirinya sendiri yang mengetahui letaknya.

Ala membanting tasnya kala sudah sampai di ruangannya. Ruangan ini di dominasi dengan warna hitam, emangnya Ala itu suka abu-abu dan hitam. Di sini terdapat sebuah kamar dan deretan sofa yang memanjang dan tentunya mahal. Ia membaringkan tubuhnya diranjang lalu pergi ke alam mimpinya.

Dering ponsel membangunkan Ala yang tengah tertidur pulas. Ia pun terbangun dan menguap sesekali. Mendengkus kesal lalu mengangkatnya dengan malas. Hanya suara deheman yang di keluarkan untuk memulai percakapan.

"Lo ke mana? Makan kuy," ujar Shila dengan suara ramai kira-kira tengah berada di kantin.

"Gue ke sana."

Althais [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang