Syallief terbangun dari tidurnya, ia bangun secara perlahan. Tubuhnya terasa sangat pegal-pegal, apalagi bagian lehernya. Ia memijat pelan lehernya, lalu melirik ke arah jam dinding. Sudah hampir subuh ternyata.
"Mandi aja kali ya? Terus sholat, biar gak kesiangan juga," gumam Syallief. Matanya memang masih sangat mengantuk, tetapi jika tidak memaksa untuk bangun yang ada dirinya bisa telat masuk sekolah.
"Aduh lupa lagi, kamarnya kan masih dikunci sama Ayah." Syallief memutuskan untuk tidur lagi dengan posisi duduk dan kepala mendongak ke atas.
Saat azan subuh berkumandang, Amara terbangun. Amara sempat terkejut ketika melihat putranya yang tidur di sofa dengan posisi duduk, tetapi terkejutnya hanya sesaat saja ketika ia sudah mengingat jika putranya ini sedang di hukum oleh suaminya. Lalu kakinya berjalan menghampiri putranya dan duduk di sebelahnya.
"Maafin Bunda ya," ucap Amara sambil mengusap-usap rambut Syallief secara perlahan.
Syallief yang merasakan rambutnya dielus pun membuka matanya.
"Bunda," gumam Syallief.
Amara tersenyum manis ke arah Syallief. "Mandi sana, terus sholat."
Bukannya menuruti perintah Bundanya, Syallief malah memeluk erat pinggang Bundanya sambil menyandarkan kepalanya di bahu Bundanya.
"Kamar Syal kan masih dikunci, Bun."
"Ya udah, biar Bunda ambil dulu kuncinya."
"Nanti aja Bun, nunggu Ayah bangun. Syal takut nanti Ayah marah atau salah paham." Amara menuruti keinginan putranya, ia mengelus-elus lagi rambut putranya. Syallief sangat menikmati elusan dari Bundanya, ia bahkan sampai memejamkan matanya.
"Bun," panggil seseorang yang tak lain adalah Syaila. Syaila berniat ke kamar orang tuanya karena Adiknya Kaila terbangun dari tidurnya, tadi malam memang Kaila tidur di kamarnya.
Syallief membuka matanya, ia juga melepas pelukan di pinggang Bundanya ketika mendengar seseorang memanggil Bundanya. Ternyata itu Kakaknya, Kakaknya juga membopong Kaila.
Amara mengambil ahli Kaila dari gendongan Syaila.
"Bunda urus Kaila dulu ya," ucap Amara yang diangguki oleh Syallief dan juga Syaila.
Amara lalu pergi untuk menidurkan lagi putri kecilnya.
Syaila lalu duduk di sebelah Adiknya.
"Gimana rasanya tidur semalaman di sofa?" tanya Syaila.
"Badan Syal pegel semua Ka, tapi mau gimana lagi? Syal harus nikmati hukuman dari Ayah," jawab Syallief sambil terkekeh.
"Lain kali kamu harus nurut sama Ayah ya," ucap Syaila memperingati Adiknya.
"Iya, Ka."
Syallief melihat jika Ayahnya sudah bangun dan sedang berjalan ke arahnya.
"Ini kunci kamar kamu," ucap Daiflan sambil memberikan kunci tersebut kepada Syallief.
Syallief menerima kunci tersebut sambil mengucapkan terima kasih kepada Ayahnya.
"Nak, kamu ada kuliah pagi hari ini?" tanya Daiflan kepada Syaila.
"Enggak, Yah. Syaila masuk siang, nanti habis sholat Syaila mau tidur lagi ya," jawab Syaila sambil terkekeh.
"Gak boleh, Ayah gak izinin kamu buat tidur lagi. Dari pada tidur, mending kamu jogging sama temen kamu."
Syaila mencibir, walaupun seperti itu Syaila tetap menuruti perkataan Ayahnya. Sedangkan Syallief tersenyum kecil melihat Kakak dan Ayahnya itu.
"Ayah, Ka Syaila. Syal izin ke kamar buat mandi," pamit Syallief.
KAMU SEDANG MEMBACA
Izinkan Aku Menggapai Dunia Ku [Completed]
Teen FictionSyallief Daiflan, seorang remaja yang mempunyai cita-cita menjadi seorang Pilot. Namun sepertinya menjadi seorang Pilot hanya sekedar angan-angan dan impiannya saja. Ayahnya, terus memaksa untuk menjadi Pengusaha. Sejak lulus SMP, Ayahnya bahkan mem...