Syallief dan Raf sudah sampai di Bandara. Syallief sendari tadi hanya diam saja, ia sangat berharap Zita akan datang sebelum ia berangkat. Ia sangat ingin memeluk tubuh Zita sebelum ia pergi untuk menggapai cita-citanya.
"Kamu tunggu di sini bentar ya, Om ada urusan bentar ya," ucap Raf yang hanya diangguki oleh Syallief.
Raf pun pergi meninggalkan Syallief. Syallief menatap sekeliling, berharap Zita sudah datang. Namun nihil, Zita tetap belum datang. Apa Zita tidak akan datang? Syallief kembali temerung, masih ada waktu untuk menunggu Zita.
Syallief sedikit terkejut ketika Omnya memanggilnya, ia disuruh untuk menghampiri Omnya, ia pun lalu pergi menghampiri Omnya.
Teman-teman Omnya menyambutnya dengan baik, ia bisa menunggu Zita sambil berbincang-bincang dengan teman Omnya ini.
°'°
Zita uring-uringan di dalam rumah, setelah membaca pesan dari Syallief ia langsung merasa gelisah. Apa ia siap ditinggalkan oleh Syallief? Apa ia siap putus dengan Syallief? Syallief sudah sangat baik, ketika ia menjadi pacar Syallief. Syallief selalu berusaha membahagiakannya. Sekarang ia harus apa? Membiarkan Syallief pergi begitu saja dan mencoba melupakan? Tidak akan mungkin gampang, apalagi ia masih sangat mencintai Syallief. Ia masih tetap ingin bersama Syallief.
"Apa gue pergi ke Bandara aja ya? Gue berusaha bujuk Syallief lagi, supaya dia gak jadi pergi ke LA."
"Iya, gue pergi aja. Semoga aja Syallief bisa ngertiin aku," ucap Zita lalu bergegas mengambil kunci mobilnya. Ia kemudian pergi menuju Bandara.
"Gue harus cepet nih. Semoga aja belum terbang ke LA," ucap Zita sambil menambah kecepatan mobilnya.
Di sisi lain, Syallief masih mengobrol dengan teman-teman Omnya. Ternayata teman-teman Omnya sangat asik, tetapi tetap saja Syallief tidak akan bisa konsentrasi mengobrol dengan teman-teman Omnya. Matanya sekali melirik sekeliling untuk mencari keberadaan Zita. Tetapi tetap saja Zita belum datang, padahal 30 menit lagi pesawatnya akan lepas landas. Semoga saja Zita tidak akan terlambat, jika emang nantinya Zita akan datang.
Tiba-tiba handphonenya berdering, ia meminta izin kepada Om serta teman-teman Omnya untuk mengangkat telepon.
"Kenapa nih bocah nelpon? Perasaan udah pamitan tadi. Apa Adek pungut gue mau ikut ke LA?" ucap Syallief sambil terkekeh, kemudian mengangkat telepon tersebut.
Syallief mematung mendengar kabar dari Zidan, ia langsung menutup telepon tersebut, tanpa berbicara sama sekali. Kemudian ia bergegas menghampiri Omnya.
"Om, Syal minta maaf banget. Syal gak bisa pergi LA," ucap Syallief. Kemudian ia langsung pergi meninggalkan Omnya, Raf yang panik karena tiba-tiba keponakannya seperti itu, ikut mengejar Syallief.
"Kamu kenapa? Ko tiba-tiba gak mau pergi ke LA," tanya Raf yang berhasil mengejar Syallief.
"Syal minta maaf banget Om, Syal belum bisa cerita sekarang. Nanti Syal ceritain, tapi sekarang Syal buru-buru banget." Syallief kembali berlari, pikirannya sudah campur aduk saat Zidan memberi kabar tersebut.
"Sya___" Raf menghentikan ucapannya, ia juga tidak mengejar Syallief lagi. Ia memutuskan kembali ke tempat temannya tadi. Ia akan menyuruh temannya untuk menggantikan jadwal terbangnya, karna ia terlalu cemas dengan kondisi keponakannya.
Syallief sudah sampai di rumah sakit yang diberitahukan oleh Zidan. Ketika melihat Zidan, ia langsung berlari menghampiri Zidan.
"Zid, gimana kondisi Zita?" tanya Syallief panik.
Zidan emang tadi memberitahu jika Zita mengalami kecelakaan.
"Gue juga belum tau, soalnya masih ditanganin sama Dokter," jawab Zidan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Izinkan Aku Menggapai Dunia Ku [Completed]
Teen FictionSyallief Daiflan, seorang remaja yang mempunyai cita-cita menjadi seorang Pilot. Namun sepertinya menjadi seorang Pilot hanya sekedar angan-angan dan impiannya saja. Ayahnya, terus memaksa untuk menjadi Pengusaha. Sejak lulus SMP, Ayahnya bahkan mem...