[30] Berpisah

27 13 0
                                    

Kemarin adalah hari kelulusan Syallief, sayangnya Zita dan Omnya tidak bisa datang ke acara kelulusannya. Tidak masalah juga, ia sangat memaklumi. Mungkin mereka sangatlah sibuk. Omnya jelas belum waktunya pulang dan Zita? Mungkin ia sedang banyak sekali job.

Ia juga sudah diberi kabar oleh Omnya, jika Omnya akan pulang seminggu lagi. Lalu ia akan ikut bersama Omnya untuk mendaftar kuliah di LA. Kebetulan Omnya punya jadwal penerbangan ke LA juga. Dan sebelum Omnya pulang, ia harus meminta izin dan dukungan dari Zita.

"Besok jadwal Zita gak padat, berarti gue ke rumah Zita besok aja," ucap Syallief. Ia lalu keluar dari kamarnya dan memutuskan untuk pergi ke rumah Zidan.

Ngomong-ngomong tentang Zidan, Zidan mendapatkan beasiswa di salah satu kampus ternama di London. Dan berapa kampus ternama di Indonesia. Zidan menerima beasiswa di London, tetapi ia juga berkuliah di Jakarta. Di London ia mengambil jurusan Bisnis, sedangkan yang di Jakarta ia mengambil jurusan musik. Syallief tak habis pikir dengan keputusan Zidan yang memiliki kuliah dua tempat, apalagi beda negara. Apa nanti tidak akan repot dan pusing? Dan dengan santainya Zidan menjawab yang punya IQ tinggi mah beda. Ok! Ia langsung kicep. Terserah Adik pungutnya saja, tok yang mau ngenjalanin juga bukan dirinya.

°"°

Setelah membaca chat dari Zita, bahwa kekasihnya itu tidak sibuk, ia langsung bergegas pergi ke rumah Zita. Ternyata Zita sudah menunggu dirinya di depan pintu rumah.

"Maafin aku ya, aku akhir-akhir ini sibuk banget. Sampai aku gak dateng ke acara kelulusan kamu," ucap Zita sambil memeluk erat tubuh Syallief.

"Iya, gak papa ko. Aku ngerti," ucap Syallief sambil mengelus rambut Zita.

Zita melepaskan pelukannya, lalu menatap wajah Syallief sambil tersenyum.

"Makasih ya, kamu pengertian banget. Aku beruntung bisa pacaran sama kamu." Syallief hanya tersenyum kecil menanggapi ucapan Zita.

"Zit, hari Selasa aku mau daftar kuliah di LA." Zita tidak menyangka dengan keputusan yang Syallief ambil, ternyata kekasihnya itu lebih memilih cita-citanya dari pada dirinya. Ia menatap Syallief dengan mata berkaca-kaca.

"Jadi kamu ke sini cuman mau putus sama aku?" lirih Zita.

"Zita, aku juga gak ada niatan buat putusin kamu. Aku masih cinta banget sama kamu, tapi keputusan aku juga udah bulat, aku bakalan tetap kuliah di LA."

"Please, aku mohon kamu jangan pergi ya. Aku gak siap buat jauh sama kamu, aku juga gak siap buat pisah sama kamu," ucap Zita memohon.

Syallief sungguh tidak tega saat melihat tatapan mohon Zita, tetapi ia sudah mengambil keputusan dan keputusannya adalah berjuang untuk menggapai cita-citanya. Jika nantinya ia dan Zita memang berjodoh, pasti ia akan dipersatukan kembali.

"Aku bakalan tetap pergi Zit, aku cuman mau ngejar cita-cita aku. Bukan mau ninggalin kamu, kita juga masih bisa bersama-sama. Kita masih bisa komunikasi, aku juga pastinya bakal dikasih jadwal buat pulang. Aku cuman butuh dukungan kamu Zit," ucap Syallief sambil memegang tangan Zita. Zita langsung menghempaskan tangan Syallief, ia juga mendorong tubuh Syallief. Air matanya mengalir begitu saja, ketika kekasihnya tidak menuruti keinginannya.

"Kamu bilang kita masih bisa bersama? Aku jamin, nantinya kamu gak akan ada waktu buat aku. Syal, kamu ngertiin aku dong! Aku gak bisa jauh dari kamu. Katanya kamu cinta sama aku, terus kenapa kamu gak mau turutin keinginan aku?" tanya Zita.

"Kali ini aku emang gak bisa turutin keinginan kamu Zit, keputusan yang udah aku ambil udah bulat. Aku juga udah pikir mateng-mateng, maaf kalo kali ini aku nyakitin kamu," lirih Syallief.

"Sumpah! Tega kamu ya? Jahat tau gak. Katanya kamu gak akan bikin aku sedih, tapi sekarang apa Syal? Mana janji kamu?"

"Aku juga manusia biasa Zit, sewaktu saat aku pasti ngelakuin hal yang gak kamu suka. Aku gak akan bisa terus bahagiain kamu, aku bukan Tuhan Zit, yang bisa ngatur skenario. Sewaktu saat pasti kita ngalamin hal yang buat kita sedih," jelas Syallief.

"Pokoknya kamu gak boleh pergi Syal," pinta Zita sambil memeluk erat tubuh Syallief.

"Maaf Zit, aku bakalan tetep pergi. Semuanya udah diatur Zit, kalo kamu emang ditakdirkan buat jadi pendamping aku, sewaktu saat kita pasti akan disatukan kembali. Dan kalo pun kita enggak berjodoh, aku berusaha ikhlas kamu sama laki-laki lain, karena mungkin dia emang yang terbaik buat kamu," ucap Syallief sambil melepas secara perlahan pelukan Zita.

"Kamu jahat, kamu tega sama aku Syal!" seru Zita sambil memukuli dada Syallief. Syallief membiarkan Zita memukuli tubuhnya, mungkin dengan cara ini emosi Zita bisa terluapkan.

"Anggap aja aku emang jahat, aku tega sama kamu. Pukul aku sepuas kamu Zit, setelah itu tolong izinin aku."

"Aku gak akan pernah izinin kamu, kalo kamu gak mau ganti keputusan kamu. Lebih baik kamu pergi aja dari sini, tinggalin aku."

"Kalo itu mau kamu, ya udah aku pulang aja. Aku sangat berharap kamu bisa berubah pikiran, Zit."

Zita tidak memperdulikan Syallief, ia berlari masuk ke dalam rumahnya. Syallief menatap pintu rumah Zita sejenak, sebelum akhirnya ia pergi. Usahanya membujuk Zita lagi-lagi gagal, ternyata Zita tidak merubah pikirannya. Zita tetap melarangnya untuk berkuliah di LA.

Syallief menambahkan kecepatan motornya, kepalanya sedikit pusing. Ia ingin segera sampai di rumahnya, lalu mengistirahatkan tubuhnya.
Sesampainya di rumahnya, Syallief sangat terkejut karena Omnya sudah pulang. Bukan kah masih eman hari lagi?

"Kamu pasti kaget lihat Om mu ini pulang tiba-tiba," sahut Zey sambil terkekeh.

"Om emang sengaja pulang cepet, karena mau jemput kamu. Pas Tante ngabarin Om, kalo kalo udah lulus dengan nilai memuaskan, Om putusin buat pulang aja. Untungnya emang lagi gak ada jadwal, jadi daftar kuliah kamu bisa dipercepat. Terus Om juga mau kenalin kamu sama temen-temen Om dulu, kamu kan calon Chapten muda," jelas Raf sambil terkekeh.

Entah apa yang ia rasakan sekarang? Ia harus bahagia atau sedih. Bahagia karena keinginannya sebentar lagi akan ia capai, lalu sedih karena hatinya terus saja memikirkan Zita.

"Yang bener Om? Terus kita berangkat kapan?" tanya Syallief. Syallief berusaha biasa saja terhadap Om dan Tantenya. Bersikap seolah tidak ada beban pikiran tentang kepergiannya ke LA.

"Besok berangkat. Sekarang kamu beresin barang-barang kamu ya," suruh Raf.

Siap gak siap ia harus bisa meninggalkan Zita, ia juga tidak mau mengecewakan Om dan Tantenya. Mereka begitu antusias, bahkan mereka rela ngeluarin uang banyak hanya untuk dirinya.

"Iya, om."

"Tante bantu ya," sahut Zey yang diangguki oleh Syallief.

Mereka berdua lalu pergi menuju kamar Syallief, untuk membereskan barang-barang yang akan Syallief bawa. Malam harinya mereka menghabiskan waktu bersama dengan acara makam malam, Syallief juga menghabiskan waktu bersama Adiknya, karena besok ia sudah tidak bisa bermain dengan Adiknya. Ia juga tidak lupa memberitahukan kepada Zita, bahwa ia berangkat besok. Dan Syallief berharap Zita mau menemuinya di Bandara nanti.

Izinkan Aku Menggapai Dunia Ku [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang