Menurut logika cinta itu memang rumit, karena bukan kita yang mengendalikan cinta, melainkan sang pemberi cinta. Terlalu egois karna cinta, itu bukan cinta melainkan obsesi. Dan jika terlalu cinta itu musibah, karena belum tentu seseorang yang kamu cintai itu orang yang kelak menjadi jodoh mu.
-▪-
Syaila terus saja mondar-mandir di dalam kamarnya, ia sangat khawatir terhadap Adiknya. Tetapi jika ia keluar dari kamar, takutnya ia juga kena marah Ayahnya kerena tidak menuruti perintahnya.
"Duh, Kira-kira Ayah kasih hukuman apa ya sama Syal?" tanya Syaila kepada dirinya sendiri.
"Gue harus apa coba? Kalo gue cuman nunggu doang di kamar, gue gak bisa tenang gini. Ayo Syil, mikir!"
Syaila memutuskan untuk keluar dari kamarnya, tidak perduli jika nanti Ayahnya akan marah. Baru saja membuka pintu kamar, ia melihat Adiknya yang berjalan lesu menuju kamarnya. Buru-buru ia menghampiri Adiknya.
"Syal, kamu gak dihukum berat sama Ayah kan? Kakak minta maaf banget, Kakak gak bermaksud nyakitin kamu. Cuman Kakak takut banget tadi sama Ayah," ucap Syaila dengan wajah panik. Syallief hanya tersenyum kecil, sebenarnya ia gak masalah dihukum demi Kakaknya. Hal wajar juga sesama saudara saling berkorban sebagai bentuk kasih sayang mereka.
"Enggak ko Ka, Ayah gak terlalu berat ngehukum Syal. Udah, Kakak gak usah khawatir," ucap Syallief sambil mengusap kepala Syaila.
"Gimana gak khawatir Syal, kamu dihukum juga gara-gara Kakak," lirih Syaila.
"Udah sih Ka, gak usah terlalu dipikirin."
"Emang Ayah ngehukum apa Syal? Kasih tau Kakak Syal," tanya Syaila penasaran.
Syallief hanya diam enggan menjawab pertanyaan Kakaknya.
"Syal, ko diem sih? Jangan-jangan kamu dihukum berat sama Ayah kan? Kasih tau Kakak Syal, jangan bikin Kakak khawatir gini."
"Syal beneran gak papa ko, Kakak gak usah khawatirin Syal."
"Kakak penasaran Syal, kalo kamu gak kasih tau Kakak, Kakak bakalan gak tenang gini, Syal."
"Ya Allah, Ka Syaila. Lihat Syal baik-baik aja kan?"
Tiba-tiba mata Syaila tidak sengaja melihat luka memerah di tangan Adiknya, buru-buru ia memegang tangan Adiknya.
"Ini ulah Ayah kan Syal?" tanya Syaila dengan mata berkaca-kaca. Ternyata Ayahnya sampai bermain fisik terhadap Adiknya, apalagi Adiknya tidak melakukan kesalahan. Seandainya ia mengaku tadi, apa Ayahnya juga akan bermain fisik dengan tubuhnya?
"Udah Ka, gak papa ko. Gak terlalu sakit juga," jawab Syallief mencoba menangkan Kakaknya.
"Kakak obatin ya," lirih Syaila.
"Ya udah, tapi Kakak gak usah sedih gitu lah."
"Kakak obatin di kamar Kakak aja ya, takut Ayah lihat, terus marah sama Kakak."
"Iya, Ka." Mereka berdua lalu pergi menuju kamar Syaila. Syallief duduk di ranjang kasur milik Kakaknya, sedangkan Syaila mengambil kotak obat.
Syaila kemudian duduk di sebelah Syallief, lalu mengobati tangan Adiknya dengan telaten.
"Gak usah pakai diperban segala Ka," cegah Syallief ketika Kakaknya berniat memperban tangannya.
"Kalo gak diperban ntar makin sakit, apalagi kalo kena air. Telapak tangan kamu aja sampai ngeluarin darah," ucap Syaila sambil tetap memperban tangan Adiknya.
Kali ini Syallief tidak protes ataupun membantah, ia membiarkan Kakaknya untuk memperban tangannya. Mungkin aja bisa mengurangi rasa nyerinya.
"Syal. Ayah cuman ngehukum kamu ini kan? Gak ada hukuman lain lagi?" tanya Syaila sambil menatap lekat Adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Izinkan Aku Menggapai Dunia Ku [Completed]
Fiksi RemajaSyallief Daiflan, seorang remaja yang mempunyai cita-cita menjadi seorang Pilot. Namun sepertinya menjadi seorang Pilot hanya sekedar angan-angan dan impiannya saja. Ayahnya, terus memaksa untuk menjadi Pengusaha. Sejak lulus SMP, Ayahnya bahkan mem...