[19] Zidan tau tentang Syaila

45 32 3
                                    

Awalnya Syallief berniat untuk tidak berangkat sekolah, tetapi karena Ayahnya pulang terlebih dahulu ia terpaksa berangkat sekolah. Padahal perut, serta tangannya terasa sangat perih. Ia mencoba menahan rasa sakitnya, supaya Bundanya juga tidak khawatir. Syaila yang merasa bersalah dengan Adiknya, memutuskan untuk mengantarkan Adiknya berangkat sekolah.

"Kamu beneran gak papa kan Syal?" tanya Syaila.

"Gak papa ko," jawab Syallief sambil tersenyum. Tepatnya senyum paksaan.

"Ya udah, aku pergi dulu ya. Jangan lupa janji kamu," ucap Syaila kemudian pergi meninggalkan Syallief.

"Makin lama, Ka Syaila makin gila aja. Gue harus apa coba? Supaya Ka Syaila sadar," ucap Syallief. Lalu pergi menuju kelasnya.

Syallief langsung duduk di kelasnya, ia juga menidurkan kepalanya di atas meja. Saat Zidan datang, ia menatap Syallief heran. Tidak biasanya sahabatnya ini tiduran di kelas. Apalagi sekarang masih pagi, sungguh pemandangan yang langka. Apa semalam Syallief bergadang?

"Gadang lo Syal? Tumben-tumbenan jam segini udah tiduran di kelas," tanya Zidan sambil menaruh tasnya, kemudian duduk di kursinya.

"Iya, nih. Tumben," sahut Diara.

"Padahal gue mau tanya loh Syal, kemaren lo dijemput pacar lo ya?" tanya Anara.

"Haa? Dijemput pacarnya?" ucap Zidan terkejut. Apa iya kemaren Zita menjemput Syallief, perasaan kemaren Zita sudah mulai masuk sekolah. Dan jam sekolahnya juga lebih lama, dari pada jam pulang sekolahnya.

"Iya, pakai mobil warna merah. Cantik sih, tapi masih cantikan gue," ucap Anara dengan pedenya. Diara hanya mencibir, mendengar ucapan pede teman sebangkunya ini.

Mobil Zita bukan berwarna merah, setau Zidan yang memiliki mobil berwarna merah itu Syaila, Kakaknya Syallief. Dan mereka mengira Syaila adalah pacarnya Syallief?

"Dia Kakaknya Syal, bukan pacarnya."

"Serius loh Zid?" teriak Anara dengan wajah senangnya.

"Biasa aja woy!" seru Diara.

"Tapi gue mau tanya sama Syal dulu, ntar lo bohongin gue lagi."

"Gak guna gue bohong sama lo, untungnya buat gue apa?" tanya Zidan, lalu matanya menatap ke arah Syallief yang masih saja tidur. Padahal suara Anara tadi cukup berisik, biasanya kalo ada yang berisik, Syallief langsung menegurnya.

"Syal, kemarin yang jemput lo beneran Kakak lo?" tanya Anara sambil menepuk-nepuk bahu Syallief. Syallief hanya berdehem sebagai jawabannya. Walaupun hanya sebuah deheman, itu sudah membuat Anara senang bukan main.

Tiba-tiba Kenzo sang wakil ketua osis datang, ia berniat memanggil Syallief untuk ke ruang osis.

"Syal, kita ke ruang osis buat bahas rencana yang kemaren," ucap Kenzo. Tetapi Syallief tidak merespon.

"Zid, sih Syal tidur? Tumben. Padahal ada rapat osis loh," tanya Kenzo kepada Zidan.

"Lo ke sana duluan aja Ken, ntar gue yang bangunin Syal," suruh Zidan.

"Lo beneran mau bangunin Zid, gue gak tega nih. Mungkin aja Syal lagi ngantuk banget," sahut Anara.

"Tapikan sih Syal ada tugas negara, Anara!" seru Diara.

"Udah lo berdua diem, berisik banget dah." Anara, maupun Diara langsung diam. Menuruti keinginan Zidan. Walaupun Syallief ketua osis, tetapi Zidan jauh lebih menakutkan saat menegur.

"Syal, lo di suruh ke ruang osis tuh." Zidan mencoba membangunkan Syallief dengan cara mengguncangkan lengan Syallief. Syallief mengejapkan matanya, pandangannya sedikit kabur.

Izinkan Aku Menggapai Dunia Ku [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang