Zita tidak menyangka, jika kekasihnya ini begitu mudah mengerjakan soal Matematika yang menurut dirinya sangat rumit. Memang kelemahannya ada dipelajaran Matematika. Dan pelajaran yang paling disukainya adalah Bahasa, entah itu Bahasa Indonesia, Jepang ataupun Inggris.
"Kamu ngerjain gak nyampe 1 jam? Gila cepet banget! Padahal soalnya juga banyak. Ternyata aku punya pacar pinter banget," ucap Zita heboh sambil memainkan pipi Syallief. Syallief hanya terkekeh, kalo soal hitung-hitungan ia memang tidak terlalu pusing.
Syallief memegang tangan Zita, supaya berhenti memainkan pipinya.
"Lagian soalnya juga gampang," ucap Syallief dengan entengnya.
Zita sempat melongo mendengar ucapan kekasihnya, soal serumit itu dibilang gampang? Fix, sekarang jika ada tugas Matematika otaknya tidak perlu pusing-pusing lagi, ia bisa meminta bantuan kekasihnya. Memanfaatkan kesempatan yang ada, maklum otak hitung-hitungannya di bawah rata-rata.
"Jangan melongo gitu, nanti ada lalat masuk," tegur Syallief.
Zita langsung merapatkan mulutnya, Syallief yang melihat tingkah Zita terkekeh pelan.
"Gampang ya? Berarti kalo aku minta tolong terus, kalo ada juga Matematika. Kamu mau kan?" tanya Zita.
"Euum, tergantung. Aku males apa enggak, soalnya aku aja kalo ada tugas nyontek loh sama Zidan." Zita emang tau kepintaran Zidan tidak diragukan lagi, ia bahkan kalah. Padahal dari segi umur ia jauh lebih tua, tetapi tingkatan sekolah ia di bawah Zidan. Bukan karena ia pernah tinggal di kelas, tetapi Zidan tidak sekolah kanak-kanak, serta tidak merasakan bangku kelas 1.
"Masa sih nyontek? Kamu kan pinter. Masa pinter-pinter nyontek."
"Iya, aku emang sering nyontek Zidan. Aku pinter, cuman males aja. Jadi cari yang praktis deh," ucap Syallief sambil terkekeh. Zita mencibir, tetapi ia harus bisa membujuk kekasihnya ini.
Zita menghampiri Syallief, lalu memeluk erat lengan Syallief.
"Kamu tau kan aku otaknya pas pembagian hitung-hitungan gak ikut ngantri, jadinya suka pusing kalo pelajaran Matematika. Apalagi jurusan aku tuh Model kecantikan, kalo masalah angka udah pasti aku lemot banget. Jadi kamu mau kan nolongin aku, biar aku gak pusing lagi. Ya, mau ya," ucap Zita dengan nada manja.
"Manjanya kumat," gumam Syallief sambil terkekeh.
"Ayo dong! Mau ya," rengek Zita.
"Manja banget sih kamu," ucap Syallief yang membuat Zita kesal. Ia langsung melepaskan pelukannya.
"Jadi kamu gak mau nih?" tanya Zita dengan nada kesal.
"Mau," jawab Syallief sambil tersenyum. Ia memang suka sekali menggoda, apalagi jika Zita sudah menujukkan ekspresi kesal. Rasanya gemas sekali.
Zita ikut tersenyum lalu kembali memeluk Syallief. Syallief juga ikut membalas dengan cara mendekap tubuh Zita.
Syallief menghabiskan waktu dengan Zita sampai malam hari. Sehabis sholat Isya, barulah ia pulang. Tepatnya bukan pulang ke rumahnya, melainkan ke rumah Omnya. Pasti Omnya itu sudah menunggu, untung saja Ayah dan Bundanya pulangnya besok. Jadinya ia tidak perlu izin kepada Ayahnya. Dan masalah Kakaknya? Semoga saja Kakaknya tidak berbuat hal yang aneh, ia akan meminta maaf sepulang dari rumah Omnya.
35 menit ia baru sampai di rumah Omnya, ia keluar dari Taksi tersebut dan berjalan menuju pintu rumah tersebut. Ia memencet bel rumah tersebut, menunggu sang tuan rumah membukakan pintu. Tak lama kemudian, Zey Tantenya membukakan pintu untuknya.
"Ya ampun Syal, kamu ke sini. Tante kangen banget loh sama kamu, kamu juga kenapa mainnya kalo Om Raf pulang doang?" ucap Zey sambil memeluk erat tubuh Syallief, bukan hanya itu Zey juga mencium puncak kepala Syallief. Seperti seorang Ibu terhadap putranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Izinkan Aku Menggapai Dunia Ku [Completed]
Roman pour AdolescentsSyallief Daiflan, seorang remaja yang mempunyai cita-cita menjadi seorang Pilot. Namun sepertinya menjadi seorang Pilot hanya sekedar angan-angan dan impiannya saja. Ayahnya, terus memaksa untuk menjadi Pengusaha. Sejak lulus SMP, Ayahnya bahkan mem...