Punya Kakak cewek, Adek cewek sudah sepantasnya di sayang dan dijaga.
Ibaratnya kayak gue itu
karang dan mereka berdua itu mutiara.Syallief Daiflan
Hari ini sebenarnya akan Syallief gunakan untuk bermain dan bersantai, mumpung lagi libur gitu. Apalagi sudah tidak ada tugas sekolah yang harus ia kerjakan. Semua tugasnya sudah ia kerjakan bersama Zidan, setelah bermain PS. Tetapi niat bersantainya sirnah, ketika Kakaknya Syaila Aniska Daiflan memintanya untuk segera pulang. Sudah bisa ia tebak, pasti Kakaknya ini tidak akan membiarkan dirinya bermain lama-lama. Mau tidak mau, ia harus pulang.
"Kayaknya gue gak ikut ngumpul, Ka Syaila minta gue buat pulang." Syallief bangkit dari duduknya, lalu memasukan handphonenya ke dalam saku celananya.
"Ya udah, nanti gue kabarin ke yang lain kalo lo gak ikut kumpul." Syallief menganggukkan kepalanya, kemudian pergi dari rumah Zidan.
Tidak memerlukan waktu yang lama, Syallief sudah sampai di rumahnya. Jarak dari rumah Zidan memang tidak terlalu jauh. Syallief masuk ke dalam rumahnya, ia langsung disambut oleh Kakaknya dengan wajah sedikit panik.
"Kenapa sih Ka?" tanya Syallief. Melihat wajah panik Kakaknya, membuatnya sedikit khawatir.
"Itu Syal," jawab Kakaknya terlihat gugup.
"Kenapa sih Ka? Bilang aja, jangan malah bikin penasaran."
"Itu Kaila pup, Kakak kan lagi ribet ngerjain tugas." Syallief tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya, cuman masalah sepele kayak gini Kakaknya sampai menyuruhnya pulang. Bener-bener gak ada akhlak, untung sayang!
"Ka Syaila yang cantik, cuman pup doang? Tinggal diganti popoknya. Kenapa pakai nyuruh Syal pulang, Syal kan mau main tadi sama temen," protes Syallief sambil menatap gemas Kakaknya, bukan gemas lebih tepatnya itu gereget.
"Kakak kan tadi udah bilang, kalo Kakak lagi ribet ngerjain tugas kuliah Kakak. Lagian kamu kan lagi nyantai, makannya Kakak nyuruh kamu," jelas Syaila dengan nada sedikit kesal.
"Sabar, ya Allah sabar. Anggap aja lo lagi latihan jadi Ayah," batin Syallief.
Syallief mengusap wajahnya dengan kasar sambil menghela nafasnya, sebelum akhirnya mengalah dan menuruti Kakaknya.
"Ya udah biar Syal yang ganti popoknya, Kakak lanjut ngerjain tugasnya aja," ucap Syallief pasrah. Wajah Syaila berubah menjadi gembira, tangannya mengacak pelan rambut Adik laki-laki itu.
"Makasih, Kakak lanjut ngerjain tugasnya dulu ya." Syallief tidak menjawab apa-apa, setelah Kakaknya pergi menuju kamarnya, ia juga pergi menuju kamar Adik perempuannya yang masih berusia 1 tahunan.
Ayah dan Bundanya sedang sibuk untuk urusan bisnisnya, mereka biasanya ada di rumah. Cuman hari ini mereka ada urusan bisnis ke luar kota. Mereka juga tidak mungkin mengajak Kaila, alhasil Syaila dan Syallief lah yang bertugas menjaga Kaila selama mereka berdua pergi. Sebenarnya mereka juga memiliki pembantu, cuman pembantunya ini sedang tidak masuk, karena ada kerabatnya yang meninggal.
Setelah selesai menggantikan popok Adiknya, Syallief lalu menggendong Adiknya. Kemudian menciumi pipi Adiknya, namun tiba-tiba Kaila menangis. Entah karena tidak suka dicium oleh Syallief atau karena hal lain.
"Loh ko nangis? Tega banget kamu Dek, dicium sama Abang masa nangis," ucap Syallief mencoba menenangkan Kaila dengan wajah sedih yang dibuat-buat. Bukannya berhenti menangis, malah semakin kencang nangisnya. Hal itu membuat Syallief sedikit panik.
"Cup cup cup, Abang gak nakal ko jangan nangis ya. Senyum ayo senyum, kalo nangis ntar jelek," bujuk Syallief. Tetap saja Kaila tidak menghentikan tangisnya.
"Syallief! Kayaknya Kaila laper, soalnya belum minum susu. Kamu buatin aja susunya," teriak Syaila.
Syallief menghela nafasnya. "Iya Ka, ini Syal mau buat."
Syallief lalu membawa Kaila menuju dapur untuk membuat susu, Syallief sebenarnya sedikit kewalahan saat membuatkan susu, apalagi Kaila terus saja menangis dan tidak bisa diam. Mungkin karena sudah terlalu lapar.
"Sabar Dek, istighfar. Tangan Abang cuman dua loh," ucap Syallief berusaha menenangkan Kaila. Tangan satunya lagi, berusaha membuatkan susu untuk Adiknya.
Akhirnya ia berhasil membuatkan sebotol susu untuk Adiknya, Syallief lega rasanya ketika Adiknya berhenti menangis setelah meminum susu buatannya. Syallief menepuk-nepuk pelan kepala Adiknya dengan penuh kasih sayang, tak lama kemudian Adiknya mulai terlelap. Ia lalu membawa Kaila menuju kamarnya, membaringkan tubuh Adiknya secara perlahan supaya Adiknya tidak terbangun. Namun akibat teriakan Kakaknya, membuat Kaila terbangun dan hampir menangis. Syallief buru-buru menggendong kembali Adiknya. Ia sedikit merasa geram dengan Kakaknya itu, untung saja Kaila tidak jadi menangis dan kembali terlelap. Syallief lalu menuju kamar Kakaknya sambil tetap menggendong Kaila.
"Kenapa sih Ka? Pakai teriak segala, Kaila lagi tidur nih."
Syaila melirik sejenak ke arah Kaila yang sudah terlelap digendongan Adiknya. "Ya, maaf Kakak gak tau."
"Terus, kenapa manggil Syal?" tanya Syallief.
"Kamu baringin Kaila di ranjang Kakak dulu deh, kayaknya udah nyenyak juga," suruh Syaila.
Syallief menganggukkan kepalanya, kemudian membaringkan tubuh Adiknya di ranjang kasur milik Kakaknya.
"Kamu bantuin ngerjain tugas Kakak dong, pusing banget nih. Mana banyak banget lagi," keluh Syaila. Syaila menjatuhkan kepalanya di meja belajarnya, Syallief yang melihat Kakaknya seperti itu sebenarnya tidak tega. Tapi, masa dirinya harus ngerjain tugas kuliah? Jelas-jelas dirinya masih SMK.
"Tapi kan Syal masih SMK, nanti kalo salah semua berabe ntar. Kakak juga yang malu."
"Kamu pinter kali, lagian Kakak cuman minta kamu nulis aja sama ngetik. Gak buat ngerjain soal-soalnya, mau ya?" ucap Syaila sambil membujuk Syallief.
"Ya udah, iya. Kakak sampai mana? Biar Syal lanjutin," tanya Syallief. Syaila lagi-lagi dibuat senang oleh Adiknya, karena Syallief selalu menuruti keinginannya. Terkadang ia berfikir, Syallief lebih pantas menjadi Kakaknya dari pada dirinya.
Setelah Syaila menjelaskan sampai mana ia mengerjakan tugasnya, Syallief langsung mengambil ahli tugas Kakaknya. Ia juga membiarkan Kakaknya tidur di sebelah Kaila.
Syaila tersenyum kecil, ia menatap punggung Syallief yang sedang fokus mengerjakan tugasnya. Perlahan ia memejamkan matanya sambil memeluk tubuh Adiknya.
2 jam lebih Syallief baru selesai mengerjakan tugas Kakaknya, ia menggerakan kedua tangannya ke atas untuk merilekskan otot-ototnya.
"Alhamdulillah, selesai juga. Gila! Banyak banget, untung jari aman gak keriting. Tapi pegel sih," ucap Syallief. Kemudian ia menatap ke arah Kakak, serta Adiknya yang masih terlelap. Syallief tidak berniat untuk membangunkan Kakaknya, lalu ia memutuskan untuk keluar dari kamar Kakaknya. Ia sudah merasa sangat lapar, perutnya sudah minta diisi. Kepalanya juga sudah lumayan pusing, karena tugas Kakaknya.
Setelah sampai di dapur, Syallief menghela nafas panjang. Tidak ada makanan! Syallief memutuskan untuk membuat makanan. Ia mengambil bahan-bahan masakan yang ada di kulkas. Bersyukur ia bisa masak, tetapi ia hanya membuat asal makanan karena perutnya yang sudah benar-benar lapar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Izinkan Aku Menggapai Dunia Ku [Completed]
Ficção AdolescenteSyallief Daiflan, seorang remaja yang mempunyai cita-cita menjadi seorang Pilot. Namun sepertinya menjadi seorang Pilot hanya sekedar angan-angan dan impiannya saja. Ayahnya, terus memaksa untuk menjadi Pengusaha. Sejak lulus SMP, Ayahnya bahkan mem...