[29] Keputusan

27 13 0
                                    

Sudah beberapa minggu Syallief dan Zita tidak bertemu ataupun sekedar berkomunikasi. Mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Terutama Zita, ia sibuk dengan sekolah modelnya. Bahkan nama Zita sudah terkenal dikalangan anak muda, karirnya sekarang sedang bagus. Sedangkan Syallief sendiri hanya tinggal menunggu kelulusan saja. Entah keputusan apa yang ia ambil nanti, ia masih bingung. Jika Zita belum memberikan dukungannya, apa ia siap untuk kehilangan Zita? Kehilangan perempuan yang ia cintai.

"Kamu kenapa lagi Syal? Ko ngelamun," tanya Zey.

"Eh. Tan," ucap Syallief sedikit terkejut.

"Tante ngagetin kamu ya?" ucap Zey sambil terkekeh.

"Dikit sih Tan," ucap Syallief sambil terkekeh.

"Kamu emangnya kenapa ngelamun? Mikirin apa sih? Cerita dong sama Tante."

"Syal cuman bingung Tan," jawab Syallief.

"Dulu pas Om Raf awal mula jadi Pilot, Tante marah gak atau agak gak setuju gitu punya suami yang jarang di rumah?" lanjutnya.

"Tante malah seneng, waktu pertama kali Om sama Tante pacaran kan Om juga udah sekolah jurusan penerbangan, terus Tante kayak kagum gitu. Sama ngebayangin juga, kalo punya suami Pilot kayaknya keren banget gitu. Tante tau resiko punya suami Pilot, udah pasti jarang di rumah. Tapi Tante gak masalah, justru cinta Om sama Tante bakalan semakin kuat. Kita diuji buat saling percaya satu sama lain, bukan cuman itu Syal, masih banyak hal lain yang Tante dapatin ketika Tante punya suami seorang Pilot."

"Tante keren ya." Seandainya saja Zita bisa seperti Tantenya. Om Raf benar-benar beruntung memiliki Istri sebaik dan sepengertian Tantenya ini.

"Ah enggak lah. Dulu waktu pacaran sama Om mu itu, om pun itu jangan banget ada waktu buat Tante. Tapi karna Tante udah yakin sama Om mu, terus Om juga juga baik banget sama Tante, akhirnya Tante yakin kalo cinta Om mu itu tulus. Waktu itu juga Tante gak berharap banyak, kalo emang kita berjodoh pasti dengan cara apapun, kita bakal bersatu lagi. Kalo enggak? Ya udah, berarti cinta kita cuman sesaat. Walaupun kita bakalan patah hati, tapi rasa sakit patah hati itu bakalan sembuh ketika kita menemukan orang yang tepat."

Syallief tersenyum kecil, berkat Tantenya ia bisa mengambil keputusan yang tepat. Ia berharap keputusan yang ia ambil ini udah benar. Ia memutuskan untuk mengejar cita-citanya, kalo pun nanti ia ataupun Zita akan tersakiti, ia percaya bawa rasa sakit itu hanya sementara saja, seperti yang diceritakan oleh Tantenya. Entah ia berjodoh atau tidak? Dengan Zita, hanya sang kuasa saja lah yang tau. Selebihnya ia hanya pasrah dan menikmati skenarionya.

"Kamu kenapa ko tanya tentang masa lalu Om sama Tante?" tanya Zey.

"Syal cuman pengin tau aja sih, Syal juga kan pengin jadi Pilot kayak Om Raf," jawab Syallief.

"Semoga nanti kalo kamu udah punya kekasih, dia selalu dukung kamu. Dia gak akan jadi beban kamu," ucap Zey sambil mengelus kepala Syallief.

"Iya Tan, semoga aja."

"Oh ya, Tan. Syal emang udah punya kekasih ko," lanjutnya.

"Beneran? Kapan-kapan kamu kenalan dong sama Tante," suruh Zey.

"Itu, pacarnya Syal," ucap Syallief sambil menunjuk sebuah majalah model menggunakan dagunya.

Tetapi Zey malah tertawa cukup keras, seolah Syallief melalukan lelucon.

"Halu kamu Syal," ucap Zey sambil memegang buku majalah tersebut. Sedangkan Syallief menolong mendengar ucapan Tantenya. Jadi, Tantenya ini tidak percaya jika dirinya berpacaran dengan Zita? Apa wajahnya terlalu buluk untuk bersanding dengan Zita? Perasaan wajahnya udah tampan, terus penampilannya juga keren. Tapi kenapa Tantenya tidak percaya, mentang-mentang Zita sudah menjadi model terkenal gitu?

"Tante gak percaya?" tanya Syallief memastikan.

Zey menatap lekat Syallief, melihat ekspresi wajah Syallief seakan ucapan keponakannya itu bukan sekedar candaan.

"Kurang percaya sih Tante, siapa tau kamu cuman ngefans sama dia, terus kamu jadiin pacar haluan kamu. Kayak Tante contohnya, udah tua gini masih aja sudah halu. Mana udah punya suami lagi," ucap Zey sambil terkekeh.

Syallief mencibir, dengan kelakuan Tantenya ini. Tantenya ini memang masih suka haluin cowok yang menurut Tantenya ganteng, padahal sudah punya suami yang ganteng, terus keren lagi. Tetapi ia tidak seperti Tantenya yang suka ngehalu tentang kecantikan atau ketampanan seseorang, ia lebih suka berandai-andai tentang cita-citanya dan masa depannya kelak.

"Ini beneran pacar Syal, Tan. Udah lama juga jadiannya. Syal juga gak lagi halu, emang Syal kelihatan gak cocok sama dia?"

"Bukan gitu Syal. Bukannya dia gak cocok sama kamu, kamu kelewat ganteng kali. Tante tadi cuman ngira kamu lagi bercandaan aja gitu," jelas Zey.

"Syal gak bercanda ko Tan, ini Syal serius. Kalo model itu emang pacarnya Syal."

"Keren kamu ya, bisa punya pacar model. Kamu gak cemburu kan Syal? Dia sering banget bareng cowok loh," goda Zey.

"Gak lah Tan," jawab Syallief dengan ekspresi datarnya.

"Bagus, berarti kalian saling percaya. Cemburu emang boleh, tapi jangan berlebihan."

"Iya, Tan."

"Tan, Syal nanti malem izin ke rumah Zidan ya," lanjutnya.

"Gak mau main ke rumah pacar mu itu? Izinnya ke rumah Zidan mulu, kalo gak ke rumah Zidan, pasti ke rumah Icung sama Plenyit."

"Zita kan lagi sibuk Tan. Sebagai pacar yang baik, Syal harus ngertiin. Gak boleh ganggu Zita dulu," ucap Syallief sambil terkekeh.

"Itu baru anak pungut Tante," ucap Zey ikut terkekeh juga.

Tiba-tiba mereka mendengar ucapan teriakan Kaila, yang memanggil Zey.

"Eh itu kayaknya Kaila bangun, Tante temui Kaila dulu ya."

"Gak usah, Tan. Biar Syal aja, Tante kan belum makan, lebih baik Tante makan dulu aja. Kaila biar Syal yang urus," ucap Syallief.

Zey tersenyum, ini salah satu sifat yang paling ia sukai dari keponakannya.

"Ya udah, Tante makan dulu. Kamu jagain Kaila bentar ya," suruh Zey.

"Iya, Tan." Zey pun pergi ke ruang makan, sedangkan Syallief pergi menuju kamar Adiknya.

"Abang Unda ana?" tanya Kaila.

"Bunda Zey lagi makan dulu, Kaila sama Abang dulu ya," jawab Syallief sambil membopong tubuh Adiknya.

"Mau cama Unda," ucap Kaila sambil memukul wajah Syallief.

"Aduh, ko Abang dipukul? Kaila nakal ya, nanti Abang cium kalo nakal."

"Nda au, dicium cama Abang. Abang au," ucap Kaila sambil menutup hidungnya.

"Iya tau, Abang emang bau wangi ko."

"Enda, Abang nda bau wangi. Tapi au jiong, Kaila au cama Unda aja."

"Kaila jahat sama Abang." Syallief pura-pura menangis di depan Adiknya, ia juga menutupi wajahnya dengan satu tangannya, supaya Adiknya menyangka ia memang sedang menangis.

"Abang, jangan angis. Cup cup cup," ucap Kaila seperti seorang Ibu menenangkan anaknya.

Syallief menurunkan tangan yang menutupi wajahnya, lalu menatap ke arah Adiknya dengan tampang memelas.

"Cium Abang dulu," pinta Syallief.

Kaila langsung mencium pipi Syallief, membuat Syallief tersenyum senang. Ia juga membalas menciumi pipi Adiknya, tetapi seperti biasa Kaila langsung mengusap-usap bekas ciuman Syallief.

"Abang au cama Unda," rengek Kaila.

Mungkin Tantenya sudah selesai makan. "Ya udah, ayo kita sama Bunda." Syallief lalu berlari kecil untuk pergi menghampiri Tantenya, Kaila tertawa kencang karena ulah Syallief.

Izinkan Aku Menggapai Dunia Ku [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang