[10] Kesialan Zidan

72 44 35
                                    

Syallief terlihat sangat tampan ketika menggunakan pakai formal, warna pakaiannya senada dengan warna dres yang dipakai oleh Kakaknya. Mereka berdua pergi menggunakan mobil Syaila. Di dalam mobil pun Syallief hanya diam, ia hanya fokus menyetir. Sedangkan Syaila fokus bermain handphonenya.

"Syal, inget nanti kamu jangan panggil Kakak ya. Pokoknya kamu jangan sampai lupa," ucap Syaila mengingatkan.

"Iya, Ka. Syal usahain. Kalo gak ya, Syal gak usah ngomong biar gak keceplosan manggil Ka, gimana?" tanya Syallief.

"Ya, jangan dong. Nanti dikira kamu tipe cowok yang cuek, terus gak perhatian. Nanti Kakak diejek lagi sama temen Kakak," tolak Syaila tidak terima.

"Syal coba." Syallief kembali diam, ia mencoba mengikuti permainan Kakaknya ini. Yang terpenting Kakaknya bahagia dan puas.

Mereka berdua sudah sampai di gedung pesta, sudah banyak teman-teman Syaila yang datang. Syallief sungguh merasa asing dengan susana pesta ini. Mereka masuk ke dalam gedung tersebut layaknya seorang kekasih. Sangat mersa, banyak yang menatap ke arah mereka berdua. Syallief sungguh risih sebenarnya, tetapi ia coba untuk menahan dan bersikap semanis mungkin.

"Ya ampun Syil, akhirnya lo dateng juga. Kirain gak dateng," ucap salah satu teman Syaila.

"Harus dateng dong! Oh ya, kenalin ini pacar gue," ucap Syaila sambil memperkenalkan Syallief.

Syallief sedikit meringis saat Kakaknya memperkenalkan dirinya sebagai seorang pacar, bukan sebagai Adik. Tetapi Syallief tidak bisa berbuat apa-apa, ia hanya tersenyum kecil ke arah teman Kakaknya itu.

Teman Syaila sempat memandang Syallif lekat, lalu ikut tersenyum ke arah Syallif.

"Pilihan lo keren Syil! Yang dulu sama kemaren mah kalah," serunya.

"Iya dong!" seru Syaila.

"Eh, gue mau ngedata dulu nama gue. Gue duluan ya," lanjutnya.

Syaila lalu pergi meninggalkan temannya tersebut, Syallif? Ia hanya pasrah mengikuti kemanapun Kakaknya melangkah. Jelas saja, orang sendari tadi Kakaknya tidak mau melepaskan tangannya.

Syallief merasa sangat lega, ketika acara konyol ini berakhir juga. Ia dan Kakaknya sekarang sedang perjalanan pulang, Kakaknya terlihat sangat bahagia. Dan menyeritakan lagi ketika banyak teman ceweknya yang terpesona dengan dirinya, padahal mereka sudah mempunyai pasangan masing-masing. Ada juga yang terang-terang memuji, padahal mereka juga membawa pasangan mereka. Lalu mengapa sempat-sempatnya memuji cowok lain?

"Kamu inget gak Syal, temen Kakak tadi yang pakai dres merah? Dia bilang ya Allah Syil, ini beneran pacar lo? Astaga ganteng parah, gue rela deh jadi selingkuhannya. Padahal kan, di sebelahnya ada pacarnya, terus pacarnya kayak gak terima gitu. Kira-kira mereka berantem gak ya?" tanya Syaila sambil terkekeh.

Syallief hanya tersenyum kecil, kenapa Kakaknya sebahagia ini? Padahal ia sendiri yang dipuji, biasa-biasa saja. Justru ia agak takut kalo ada temen Kakaknya yang mengetahui kebenarannya. Gimana coba nasib Kakaknya? Semoga semuanya baik-baik saja. Dan berjalan mulus sesuai permainan Kakaknya.

"Semoga aja gak berantem Ka," jawab Syallief sambil terkekeh pelan.

"Iya, semoga aja sih. Oh ya, Kakak bakalan kasih kamu uang tanpa sepengetahuan Ayah. Itung-itung sebagai ucapan terima kasih dari Kakak."

"Gak usah Ka. Syal gak berharap buat dikasih imbalan ko," tolak Syallief.

"Pokoknya kamu gak boleh nolak," paksa Syaila sambil memberikan uang tiga ratus ribu kepada Syallief.

"Gak kebanyakan tuh Ka?" tanya Syallief. Syallief juga ragu untuk menerima uang tersebut.

"Enggak ko. Udah sih pakai aja, gak usah pakai nolak-nolak segala. Lagian Ayah juga gak tau." Syaila malah memasukan uang tersebut ke dalam saku jas milik Syallief, karena Adiknya enggan untuk menerima uang pemberiannya.

Izinkan Aku Menggapai Dunia Ku [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang