[8] Jadian

73 50 32
                                    

Kagum, sayang, nyaman. Otomatis berjalan ke ikatan dan cinta.


Sudah 3 jam kelas kosong tanpa guru dan tugas, setelah itu malah pulang. Jelas aja mereka langsung bersorak kegirangan. Sebenarnya Syallief sudah tau, jika akan pulang lebih awal. Tadi di ruang osis sempat membahas tentang guru-guru yang sedang rapat. Dan sekolah akan dipulangkan lebih awal. Ia sengaja tidak memberitahukan kepada teman-temannya, supaya mereka tidak heboh diwaktu yang tidak tepat.

"Syal, lo pasti udah tau kan? Kalo kita mau pulang cepet. Kenapa gak kasih tau dulu sih sama kita?" tanya Anara.

"Cuman denger doang gue, belum tentu bener mau pulang cepet. Jadi ngapain gue ngasih tau kalian?"

"Iya juga sih, oh ya Syal. Traktir baksonya mau sekarang atau gak jadi nih?" tanya Anara lagi.

"Udahlah gak usah, buat Diara aja tuh."

"Aduh makasih, ya udah kita duluan. Lo traktir bakso ya," sahut Diara.

Anara mencibir, walaupun seperti itu ia menuruti keinginan teman sebangkunya. Lagian ia hanya menjanjikan bakso yang harganya dua ribuan. Mereka berdua lalu pergi.

Syallief maupun Zidan hanya menganggukkan kepalanya.

"Zid, gue main ke rumah lo dulu ya." Zidan mengangguk sebagai jawabannya. Lalu mereka berdua pergi keluar dari dalam kelas.

Tak lama kemudian mereka sampai di rumah Zidan. Mereka berdua masuk ke dalam rumah. Syallief langsung menghempaskan bokongnya ke sofa, sedangkan Zidan pergi menuju kamarnya. Rumah Zidan memang sangat sepi, kadang hanya ada Zidan dan juga pembantunya. Makannya sering sekali rumah Zidan menjadi tempat kumpul mereka. Orang tuanya? Ibunya sudah meninggal sejak melahirkan Zidan, sedangkan Ayahnya sedang mengurus perusahaan di negara tetangga. Ayahnya juga sudah menikah lagi, Ibu tirinya Zidan sangat baik dan menyayangi Zidan.

Syallief memutuskan untuk pergi ke dapur, mengambil minuman serta cemilan. Setelah itu ia kembali ke ruang tamu. Zidan sudah keluar dari kamarnya, ia ikut duduk di sebelah Syallief sambil memakan cemilan serta bermain dengan handphonenya.

"Syal, gue disuruh Bang Ziko buat jemput dia. Lo gimana?" tanya Zidan. Tetapi matanya tetap fokus ke layar handphonenya.

"Zita jam segini ada di rumah gak sih?" Entah kenapa Syallief tiba-tiba bertanya tentang Zita. Hal itu membuat Zidan terkejut dan langsung menatap ke arah Syallief.

"Ngapain dah lo malah nanya Zita? Lo ada hubungan sama Zita? Jangan-jangan lo pacaran ya? Gak usah sembunyi-sembunyi sama gue kali." Syallief menggaruk leher belakangnya yang tak gatal. Ia terkekeh canggung ke arah Zidan, mukanya seakan malu-malu.

"Ya, gue mau main aja sama dia. Seru juga main sama tuh anak," jawab Syallief.

"Lo ada perasaan ya sama si Zita?" tanya Zidan lagi.

"Mungkin?" gumam Syallief.

"Tapi gue gak pacaran sama Zita, maksud gue belum pacaran," lanjutnya.

"Oh, belum ya? Jadi ada niatan nih buat nembak, gak?" tanya Zidan sambil menggoda Syallief.

"Katanya lo mau jemput Abang lo? Tapi sebelum lo jemput dia, jawab dulu pertanyaan gue yang tadi. Zita di rumah gak jam segini?" Syallief mengabaikan pertanyaan Zidan, ia mencoba membahas hal lain.

"Biasanya jam segini sih di rumah, dia kan mulai masuk sekolahnya besok. Tapi gak tau juga gue, gue kan gak serumah sama dia, jadi gak tau sekarang dia lagi di rumah atau pergi. Lo mau ke sana?" tanya Zidan.

Izinkan Aku Menggapai Dunia Ku [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang