[4] Gara-gara Anjing

147 94 225
                                    

Syallief sudah di depan rumah Zita, tetapi Zita sepertinya masih merasa ketakutan. Buktinya Syallief merasa Zita masih memeluk erat lehernya.

"Udah sampai di depan rumah lo nih, masih mau meluk gue?" tanya Syallief.

"Gue takut, sumpah," lirih Zita terdengar gemetar.

"Anjingnya udah gak ada ko." Bukannya Syallief merasa keberatan karena terus membopong tubuh Zita atau karena Zita yang terus memeluk lehernya, tetapi ia merasa takut ada yang salah paham, ketika melihat kondisi Zita dan dirinya yang berpelukan di depan rumah seperti ini.

Zita tidak menjawab Syallief, ia tetap diam. Syallief tau betul, Zita itu tidak tertidur. Nafasnya terasa tidak beraturan, ternyata efek ketakutannya tidak main-main.

Syallief berdehem pelan, ia bingung sendiri. Lalu ia mencoba untuk membuka pintu rumah Zita dengan satu tangannya, berharap supaya pintu tersebut tidak dikunci. Dan harapannya terwujud, pintunya memang tidak terkunci. Tanpa pikir panjang, Syallief langsung masuk ke dalam rumah Zita.

"Ini udah di dalam rumah loh. Beneran, Anjingnya juga udah gak ada," ucap Syallief supaya Zita tidak ketakutan.

Zita mengintip perlahan, memastikan apakan Syallief membohongi dirinya atau tidak. Ternyata benar, ia sudah berada di dalam rumahnya. Lalu ia melepaskan pelukan di leher Syallief.

"Boleh diturunin gak?" tanya Zita sambil terkekeh canggung.

Syallief ikut terkekeh sambil menggelengkan kepalanya, kemudian menurunkan Zita.

Sumpah demi apapun, Zita saat ini merasa malu sekali. Tetapi ia memang sangat ketakutan sekali, semoga saja Syallif mengerti dan Syallief tidak menganggap dirinya modus atau sejenisnya.

"Maafin gue ya, sumpah! Gue gak berniat buat modus atau apa sama lo. Gue tadi beneran ketakutan, ngeri banget lihat Anjingnya." Syallief tersenyum. Tanpa Zita menjelaskan pun ia sudah tau bahwa Zita memang merasa takut, tidak ada unsur pura-pura apalagi hanya modus semata.

"Iya, gue tau ko. Lagian siapa juga yang ngira lo cuman modus? Gue juga ngerasain ketakutan lo, soalnya tadi lo meluk leher gue kenceng banget," ucap Syallief sambil terkekeh.

"Habisnya nakutin banget sih, tapi gue beruntung soalnya lo yang gue lihat tadi. Coba kalo orang lain yang ada diposisi lo? Apalagi orang itu gak bener, gak kebayang deh gue."

Syallief tidak menjawab, ia hanya terkekeh pelan. Bersyukur juga sih, ia yang ditakdirkan untuk menolong Zita. Tapi kalo dipikir-pikir konyol juga ya? Berkat Anjing ia bisa melihat tingkah konyol, serta pelukan dari Zita.

"Mau gue bikinin minum? Itung-itung sebagai tanda terima kasih gue," tanya Zita.

"Boleh," jawab Syallief sambil tersenyum.

"Ya udah lo duduk aja dulu, gue bikinin minuman bentar buat lo," suruh Zita yang diangguki oleh Syallief.

Syallief menatap seisi rumah Zita, ada banyak foto Zita dan juga lukisan-lukisan. Tak lama kemudian Zita datang sambil membawa segelas es jeruk dan juga cemilan.

"Nih minumannya sama cemilan," ucap Zita sambil menaruh es jeruk dan cemilan tersebut di atas meja.

"Makasih." Syallief tersenyum, lalu mengambil minuman tersebut dan meminumnya.

"Gue kan pamitnya ke rumah Zidan ya? Kenapa juga gue jadi berduaan sama Zita? Gak papa lah, bosen gue sama Zidan mulu," batin Syallief sambil menggoyang-goyangkan pelan minumannya.

"Ko bengong? Kenapa?" tanya Zita.

Syallief menatap ke arah Zita. "Gak papa, cuman gue lagi nikmati es buatan lo aja."

Izinkan Aku Menggapai Dunia Ku [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang