[9] Permintaan konyol

74 48 30
                                    

Pasti manusia memiliki keinginan dan juga permintaan dalam hidup, namun jika keinginan dan juga permintaan tersebut kelewatan batas wajar, apa masih bisa disebut keinginan ataupun permintaan? Bukankah itu hanya sebuah ambisi semata.
'^'

Syallief masih sangat betah di rumah Zita, ia masih belum ada niatan untuk pulang. Padahal jam pulang sekolahnya sudah terlewat, namun ia tetap saja masih betah berduaan dengan Zita. Gadis yang sudah ia anggap sebagai gadis yang spesial dihidupnya.

Mereka juga sudah mengganti kosa katanya menjadi aku, kamu. Bahkan Zita sudah menujukkan sifat manjanya, Syallief tentu saja tidak mempermasalahkan sifat manja Zita. Justru ia merasa gemas dengan tingkah Zita.

"Kamu gak mau pulang dulu? Terus mandi sama ganti baju. Ntar kalo udah wangi, kamu baru kesini lagi," tanya Zita.

"Kamu secara gak langsung ngatain aku bau nih," jawab Syallief dengan wajah cemberutnya.

Zita malah tertawa sambil menampar pelan pipi Syallif, ketika Syallief menunjukkan wajah cemberutnya.

"Ko ketawa sih?"

"Di Indonesia, bahkan di dunia. Gak ada tuh yang ngelarang orang buat ketawa."

"Ya emang sih, tapi kalo ketawa gak jelas terus ketawa sendiri bahaya loh. Satu-satunya, ya tinggal di rumah sakit jiwa," ucap Syallief yang membuat Zita kesal dan spontan memukul lengan Syallief dengan keras.

"Apa sih, aku kan tadi ketawa gara-gara lihat wajah cemberut kamu. Lucu banget soalnya," jelas Zita.

"Iya deh, ya udah aku mau pulang dulu. Mungkin nanti malem aku kesini lagi," pamit Syallief.

Zita menganggukkan kepalanya. "Kamu hati-hati dijalan, jangan lupa kalo udah nyampe kabarin aku ya."

Syallief menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Kamu lupa? Aku kan lagi gak pegang handphone."

"Oh ya, aku lupa," ucap Zita sambil terkekeh.

"Ya udah. Aku nunggu kamu nanti malam aja," lanjutnya.

"Iya," ucap Syallief sambil mengusap kepala Zita.

"Eh, bentar. Kamu pulangnya pakai mobil aku aja, jadi gak digodain cewek-cewek pas di Bus."

Syallief terkekeh, lalu mengacak-acak rambut Zita. Zita mendengus kesal, kemudian merapikan rambutnya.

"Kamu mau semisalnya aku pakai mobil kamu, terus aku kena masalah lagi sama Ayah. Lagian aku jaga jarak aman ko di Bus ntar."

"Beneran ya? Ya udah sanah pulang. Dari tadi gak jadi mulu."

"Kamu sih." Syallief lalu pergi dari rumah Zita. Zita ikut mengantar Syallief sampai di depan pintu.

Sekitar 20 menit Syallief sudah sampai di rumahnya, wajahnya terlihat sangat bahagia sekali. Ia memasuki rumahnya sambil senyam-senyum sendiri.

"Loh Syal baru pulang? Ada tugas osis tadi?" tanya Amara.

"Enggak Bun, tadi Syal main dulu," jawab Syallief.

"Ya udah, sekarang kamu mandi terus makan ya," suruh Amara.

"Iya, Bun. Ya udah Syal pergi ke kamar dulu," pamit Syallief dan Amara menganggukkan kepalanya sebagai jawabannya. Setelah itu Syallief pergi menuju kamarnya.

"Putra ku kayaknya udah dewasa, buktinya udah senyum-senyum sendiri tadi," ucap Amara sambil terkekeh. Kemudian melangkahkan kakinya menuju dapur.

Ketika Syallief ingin memasuki kamarnya, tiba-tiba Syaila menghentikan langkahnya. Ia menghampiri Syallief dengan kondisi yang sedang menangis, hal itu membuat Syallief panik serta khawatir.

Izinkan Aku Menggapai Dunia Ku [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang