3 bulan sudah Syallief tidak bertemu dengan keluarganya. Ia sudah sangat merindukan keluarganya, terutama Bunda dan Adiknya. Ia ingin sekali menemui Bunda dan Adiknya itu, pasti sekarang Adiknya sudah bisa berbicara.
"Kamu kenapa ko ngelamun sih? Ada masalah di sekolah?" tanya Zey sambil mengusap bahu Syallief.
"Gak ko Tan, gak ada masalah di sekolah," jawab Syallief sambil menatap ke arah Tantenya.
"Terus kenapa ngelamun gitu? Gak baik loh, kalo kamu ada masalah, jangan sungkan buat cerita sama Tante. Anggap Tante ini seperti Bunda kamu Syal," ucap Zey.
"Syal cuman kangen sama Bunda, sama Kaila juga. Pasti Kaila udah bisa bicara, udah bisa jalan juga. Apa mereka bener-bener udah lupain Syal?" tanya Syallief. Matanya menatap lurus, ia tidak ingin menangis di depan Tantenya.
Zey membawa Syallief ke dalam pelukannya.
"Kamu yang sabar ya. Gimana kalo kita ke sana aja? Kalo kamu emang udah kangen banget sama mereka," usul Zey.
"Syal sih pengin banget ke rumah, cuman Syal takut Ayah masih marah sama Syal," lirih Syallief.
"Kalo kamu emang udah gak kuat buat nahan kangen, ya udah kita ke sana aja. Jangan pikirin Ayah kamu, setiap manusia itu punya kesalahan. Apalagi kamu ini anaknya, semarah-marahnya orang tua sama anaknya, pasti akan ada pintu maaf juga. Ayah kamu pasti ngerasa kehilangan kamu juga Syal, kamu kan anak baik."
"Kalo gak, kita nunggu Om Raf pulang dulu gimana? Om Raf pulang 2 minggu lagi, nanti kita ke sana bareng Om Raf. Jadi kalo Ayah kamu marah, biar Om Raf yang tangani," lanjutnya.
"Iya, Tan. Kita nunggu Om Raf aja, mungkin kalo ada Om Raf, Ayah gak akan emosi sama Syal."
"Makasih ya, Tan. Selama ini udah ngerawat Syal, udah biayain sekolah Syal, kasih uang saku. Kasih Syal kebahagiaan selama Syal tinggal di sini," lanjutnya.
"Gak perlu ngucapin makasih segala Syal, ini juga keinginan Tante dari dulu. Semenjak kamu tinggal di rumah ini, rumah juga jadi ramai. Tante gak kesepian lagi," ucap Zey sambil mengelus rambut belakang Syallief.
Syallief tersenyum ke arah Tantenya. Tantenya ini sudah seperti Ibu kedua bagi Syallief, kasih sayang dan kebaikannya sudah tidak usah diragukan lagi. Sayangnya Om dan Tantenya tidak bisa dikaruniai anak. Itulah mengapa Om dan Tantenya memaksa dirinya untuk menjadi anak mereka.
"Kamu udah makan belum? Kalo belum Tante masakin nih, kamu mau dimasakin apa?" tanya Zey.
"Syal belum makan sih, Tante juga belum kan? Gimana kalo Syal aja yang masak? Syal kan belum pernah masakin buat Tante," tawar Syallief.
"Kamu bisa masak Syal? Ko selama ini Tante gak tau? Kalo kamu emang bisa masak, mau dong Tante dimasakin. Tante pengin coba masakan kamu," ucap Zey terkejut.
"Tante gak nanya sih, ini mau dimasakin apa?" tanya Syallief.
"Kamu tau gak makanan kesukaan Tante? Tante pengin dimasakin itu," jawab Zey.
Syallief pura-pura berfikir. "Gak tau ya?"
"Siapa bilang? Syal tau dong. Tante tunggu aja, Syal masak sekarang." Zey menatap haru ke arah Syallief, lalu tersenyum sambil menggaruk kepalanya.
"Coba aja kalo Syallief beneran anak ku," lirih Zey. Ia mengusap air matanya yang menetes, kemudian melangkahkan kakinya menuju ruang makan. Ia menunggu Syallief memasak, ia juga tidak sabar untuk mencicipi masakan putra pungutnya.
1 jam lebih Syallief berkutat di dapur, akhirnya masakan kesukaan Tante selesai juga. Ia membawa masakan tersebut ke ruang makan, kemudian meletakan di atas meja makan.
"Udah jadi nih Tan, sini Syal ambilin." Syallief lalu mengambil nasi dan lauknya.
"Dari baunya sih enak, rasanya enak gak nih?" tanya Zey sambil tersenyum.
"Makannya Tante cobain, kalo gak enak bilang ya sama Syal," suruh Syallief.
"Kamu makan juga Syal, masa cuman ngambil buat Tante doang."
"Syal, nanti aja makannya. Sekarang Syal pengin nyuapin Tante dulu, sebagai bentuk rasa terima kasih Syal."
"Bener nih kamu mau suapin Tante? Ya ampun Tante seneng banget."
Syallief hanya tersenyum, lalu mulai menyuapi makan Tantenya. Zey tentu saja menerima suapan Syallief. Ia tidak menyangka bisa merasakan suapan seorang anak, lewat Syallief. Walaupun Syallief bukan darah dagingnya, tetapi ia sangat terharu. Ia tidak kuat menahan air matanya.
"Loh ko Tante nangis?" ucap Syallief panik.
Zey terkekeh pelan sambil mengusap air matanya.
"Tante cuman terharu Syal, akhirnya Tante bisa ngerasain momen seorang Ibu berkat kamu."
"Udah, Tante jangan kayak gini. Sekarang Tante makan lagi ya, makanan buatan Syal enak kan?" tanya Syallief.
"Enak banget, kamu ternyata jago banget masaknya. Masakan buatan Tante aja kalah, nanti kalo Om mu pulang, kamu masakin dia, pasti ntar ketagihan," ucap Zey sambil terkekeh.
"Tante bisa aja nih," ucap Syallief sambil terkekeh.
"Bener-bener suami idaman kamu Syal," sahut Zey.
"Awas loh Tan, ntar Om Raf cemburu," goda Syallief.
"Kan gak tau juga."
"Kamu juga makan ya, Tante pengin suapin kamu juga nih," suruh Zey yang diangguki oleh Syallief.
"Untung Om Raf belum pulang, kalo udah pulang Syal yakin Om Raf bakalan cemburu."
Zey hanya terkekeh, lalu mengambil nasi berserta lauk untuk Syallief. Ia juga menyuapi ke mulut Syallief, Syallief tentu saja menerima suapan Tantenya dengan sedang hati.
15 menit mereka selesai makan bersama, Zey lalu membersikan piring kotornya. Sedangkan Syallief memutuskan untuk menonton televisi. Tepatnya ia menonton kartun kesayangan, walaupun sudah dewasa Syallief lebih menyukai kartun dari pada sinetron.
Syallief tertawa cukup keras, melihat kelucuan kartun tersebut. Zey yang melihat hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Lalu duduk di sebelah Syallief.
"Kamu ya, udah gede masih aja suka nonton kartun," sahut Zey sambil mengacak pelan rambut Syallief.
"Lucu tau, Tan. Menghibur banget menurut Syal. Tante mau nonton sinetron ya? Atau mau nonton berita, biar Syal ganti."
"Gak usah, kamu lanjutin aja nontonnya. Tante juga mau ikut nonton kartunnya," ucap Zey sambil terkekeh.
Syallief mengangguk, lalu kembali fokus menonton kartun tersebut lagi. Diam-diam Zey memfoto Syallief saat sedang tertawa, ia lalu mengirimkan ke suaminya. Ia ingin menggoda suaminya, melihat balasan chat dari suaminya membuat ia terkekeh.
"Lucu kan Tan, kartunnya?" tanya Syallief sambil menatap ke arah Tantenya.
"Ah, iya. Lucu banget," jawab Zey sambil terkekeh canggung. Padahal ia sama sekali tidak tau, kartun tersebut lucu atau tidak? Ia hanya fokus menggoda suaminya.
"Syal Tante mau ke Mall sebentar, ini temen Tante ngajakin ke Mall. Kamu mau nitip apa?" tanya Zey.
"Boleh nitip cemilan Tan, soalnya nanti Zidan sama temen-temen Syal yang lain juga mau ke sini. Gak papa kan Tan?" jawab Syallief sekaligus bertanya.
"Ya, gak papa dong. Tante malah seneng kalo temen-temen mu ke sini, nanti Tante beliin yang banyak," ucap Zey sambil mengelus pipi Syallief kemudian pergi meninggalkan Syallief.
"Hati-hati di jalan Tan," ucap Syallief yang diangguki oleh Zey. Setelah Tantenya pergi Syallief kembali fokus menonton kartun tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Izinkan Aku Menggapai Dunia Ku [Completed]
Fiksi RemajaSyallief Daiflan, seorang remaja yang mempunyai cita-cita menjadi seorang Pilot. Namun sepertinya menjadi seorang Pilot hanya sekedar angan-angan dan impiannya saja. Ayahnya, terus memaksa untuk menjadi Pengusaha. Sejak lulus SMP, Ayahnya bahkan mem...