[34] Duka dan kebahagiaan (End)

96 15 0
                                    

Sudah beberapa kali Zita melakukan terapi, Syallief selalu menemani Zita. Seperti sekarang, ia juga menemani Zita melakukan terapi.

"Nanti kamu harus lebih semangat lagi ya," suruh Syallief sambil mengelus rambut belakang Zita.

"Kamu gak ngerasain sakitnya sih, jadi gampang kalo ngomong doang."

"Iya, aku tau aku emang gak ngerasain sakitnya. Tapi kan nanti kamu bakalan cepet sembuhnya," ucap Syallief sambil melanjutkan mendorong kursi roda Zita.

Zita tidak menjawab lagi ucapan Syallief, mereka berdua sudah sampai di ruang terapi. Dokter tersebut menyuruh Zita untuk bangun dan berjalan secara perlahan. Zita menurut lalu berusaha bangun, ia mencoba menahan rasa sakitnya. Ia ingin cepat bisa berjalan. Perlahan Zita bisa berjalan, sedikit demi sedikit. Hampir saja ia terjatuh, untungnya Syallief dengan sigap membantu Zita. Zita langsung mencoba lagi, berjalan secara perlahan.

"Itu udah bisa jalan sedikit demi sedikit. Ayo semangat," sahut Dokter tersebut. Zita tersenyum lalu mengangguk.

Syallief ikut tersenyum ke arah Zita, ia merasa bahagia ketika Zita sudah bisa berjalan secara perlahan. Tetapi Zita tidak memperdulikan Syallief, ia ingin cepet sembuh dan pergi ke London. Setelah ia sembuh ia juga akan ke London dan tinggal lagi di rumah orang tuanya.

2 tahun kemudian, Zita sudah bisa berjalan. Zita juga sudah melarang Syallief untuk ke rumahnya. Dan Syallief sudah beberapa hari tidak bertemu dengan Zita, ia sudah sangat merindukan Zita. Terakhir kali ketemu dengan Zita, Zita memberitahukan dirinya jika ia akan kembali ke London. Kayaknya sudah tidak ada harapan lagi untuk menetap di Indonesia. Syallief tentu saja sedih, ia tidak ingin Zita pergi meninggalkan dirinya.

"Gue harus ke rumah Zita, gue harus bicara sama Zita," ucap Syallief. Ia lalu mengambil jaket serta kunci motornya. Namun Tantenya langsung mencegat dirinya.

"Kamu mau kemana? Kamu kan masih demam, lagi sakit juga. Kamu gak usah pergi-pergi dulu lah," tanya Zey sambil melarang Syallief pergi.

"Syal udah mendingan ko Tan. Syal harus pergi, soalnya Syal ada urusan penting. Syal pamit ya," ucap Syallief lalu mencium punggung tangan Zey, setelah itu pergi meninggalkan Zey.

"Hati-hati," teriak Zey.

"Kamu kemana sih? Ko buru-buru gitu," tanya Zey kepada dirinya sendiri. Ia lalu menutup pintu dan kembali masuk ke dalam rumah.

Syallief menghentikan motornya perlahan, ketika melihat Zita. Ia langsung turun dari motornya dan berjalan menghampiri Zita.

"Zit, tunggu!" panggil Syallief sedikit berlari menghampiri Zita.

"Apa?" tanya Zita cuek.

"Kamu apa kabar? Aku kangen banget sama kamu."

"Seperti yang lo lihat sekarang, gue baik. Dan jauh lebih baik ketika gak ketemu lo. Lagian ada perlu apalagi sih? Pakai nyariin segala?"

"Boleh aku peluk kamu? Aku kangen banget sama kamu," tanya Syallief berniat memeluk tubuh Zita, tetapi Zita langsung mendorong tubuh Syallief.

"Syal, kita udah gak ada hubungan apa-apa ya. Jadi tolong jaga sikap!" seru Zita.

"Tapi aku kangen sama kamu Zit, aku gak mau kita pisah. Aku tau kita masih saling mencintai, jangan sampai nanti kita menyesal ketika kita hubungan kita benar-benar berakhir," lirih Syallief.

"Gue gak akan nyesel! Semenjak lo udah hancurin karir gue, gue udah gak cinta sama lo. Jadi jangan terlalu berharap buat balikan." Zita lalu pergi meninggalkan Zita, Syallief tentu saja mengejar Zita. Namun kepalanya tiba-tiba merasa pusing lagi, ia memegangi sebentar kepalanya, sebelum kembali mengejar Zita. Sayangnya Zita sudah masuk ke dalam taksi. Ia berniat mengejar Zita menggunakan motornya, mengabaikan rasa pusing di kepalanya. Syallief tidak fokus menyetir, karena kepalanya semakin pusing akibatnya Syallief mengalami kecelakaan. Ia tidak sengaja menabrak pembatas jalan. Syallief langsung dilarikan ke rumah sakit oleh warga dan beberapa Polisi juga memberi kabar kepada Raf dan Zey.

Izinkan Aku Menggapai Dunia Ku [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang