Suara ijab kabul menggema di seluruh ruangan menerobos masuk ke telinga Alya yang kini sedang berada di samping calon suaminya, tetes air mata lolos begitu saja seakan mengiringi setiap ucapan ijab yang di dikatakan ayahnya.
"Saya nikahkan dan kawinkan Alya Nafisa Zahra binti Dani Gunawan dengan Gara Brian Frahadi dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang tunai 50 juta rupiah di bayar tunai "
"Saya terima nikah dan kawinnya Alya Nafisa Zahra binti Dani Gunawan dengan mas kawin tersebut di bayar tunai ."
"Sah "
"SAH "
Tubuh Alya bergetar hebat, dia tidak tahu perasaan apa yang sedang dirasakannya sekarang. senang, sedih, haru semuanya campur aduk.
Tetes air mata semakin deras turun begitu saja membasahi pipinya ketika dia mencium punggung tangan sosok yang telah menjadi suaminya sekarang.
Alya mencoba mengikhlaskan semuanya, dia akan berusaha menjadi istri Solehah seperti yang telah dikatakan oleh almarhumah ibunya dulu.
Tak hanya Alya Dani juga menitikkan air matanya, dia merasa menyesal telah mengambil keputusan ini tapi dia tidak mempunyai pilihan lain.Setelah hampir seminggu dan Dua hari lagi pernikahan Anya akan di laksanakan Hesti selalu mendesak Alya agar bersedia menggantikan Anya. Tak hanya satu dua kali tapi hampir setiap waktu dia mendesak Alya.
Seperti pagi biasanya Alya tengah sibuk memasak, tapi pikiran nya entah kemana sejak tadi dia hanya mengaduk masakannya, dia masih berpikir keputusan apa yang harus dia ambil. Menikah, itu bukanlah hal yang gampang ia belum siap bahkan dia masih memiliki cita cita yang harus di raihnya.
Kenapa Anya memilih pergi bukan kah sebelumnya dia sudah tahu dia akan menikah? Hanya Pertanyaan itu yang terus muncul dalam pikiran Alya. Di tambah lagi kenapa pernikahan ini sangat penting untuk kelangsungan hidup keluarga nya ?.
"Alya saya tidak mau tahu, kamu harus menikah " Paksa Hesti. Alya yang sejak tadi sibuk memasak di buat terkejut dengan kedatangan Hesti yang tiba-tiba dan mendesaknya dengan pernikahan.
"Kamu harus bertanggung jawab, demi keluarga ini " Ucap Hesti lagi. Alya berusaha untuk mengabaikan Hesti dia menyibukkan diri dengan memasak.
Merasa di abaikan Hesti menarik tangan paksa Alya dan menyeretnya keluar menuju ruang tamu.
"Dengar Alya sejak awal kamu tidak di terima di rumah ini, asal kamu tahu Ayah kamu merasa sangat tersiksa atas kehadiran kamu " Ucap Hesti membuat Alya tidak bergeming, dia tidak percaya apa yang barusan Hesti katakan.
"Kamu tahu kenapa sejak ibu mu meninggal dia selalu bekerja tanpa henti, itu karena dia ingin jauh dari kamu. Harusnya kamu bersyukur kamu bisa tinggal di rumah ini " ucap Hesti lagi membuat Alya semakin bingung. Dia tidak mengerti maksud dari perkataan Hesti. Memang benar setelah Ibunya meninggal ayahnya selalu bekerja tanpa menemui dirinya . Tapi neneknya mengatakan bahwa semua itu untuk masa depan Alya.
"Kamu harusnya tahu diri kamu itu cuma beban bagi ayah kamu, dan sekarang kamu harus mengurangi beban itu. Menikah atau kamu akan kehilangan Ayah kamu " Ancam Hesti.
"Mah bukankah ini pernikahan kak Anya, lalu kenapa aku yang harus tanggung jawab?" Jawab Alya menahan kesal, dia tak habis pikir dengan pikiran ibu tirinya ini.
"Bukankah sudah aku katakan tadi , kamu itu beban " teriak Hesty tangan nya menunjuk nunjuk Alya.
"Sudah cukup mah, Alya juga punya keputusan sendiri. Di sini kak Anya yang bersalah kenapa dia pergi padahal dia akan menikah " teriak Alya membalas perkataan Hesty, air matanya sudah tak terbendung selama ini Alya berusaha sabar dengan perlakuan Hesty terhadapnya namun kali ini berbeda dia harus menunjukkan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Mom
General FictionAlya terpaksa harus menggantikan Anya sang kakak untuk menikah dengan Gara, orang yang tidak pernah di kenal nya atau bahkan mengenal wajahnya. Permasalahan Alya bukan hanya disitu saja tapi Alya harus dihadapkan dengan situasi yang tak pernah terl...