"MAS AKU ITU MASIH ISTRI KAMU"
Teriak Wanita itu kepada kak Gara, aku tergugu mencerna setiap perkataannya. Tatapanku terpaku pada punggung kak Gara yang tengah menarik ku keluar restoran.
"Istrinya kak Gara, itu berarti dia ibunya Azril? Jika dia masih istri kak Gara berarti aku istri kedua ?" Batinku terus berkecamuk, bahkan aku tak sadar jika kami telah sampai di parkiran.
"Masuk " kata kak Gara penuh perintah, mau tak mau aku menurutinya. Dapat ku lihat kak Gara tengah menahan emosi sejak tadi. Dia membanting pintu mobil keras membuat ku sedikit tersentak kaget.
Aku menatap kak Gara yang duduk disebelah ku namun aku tak berani untuk berbicara dengannya, dia sangat menakutkan ketika marah dan aku tak mau menjadi pelampiasan kemarahannya. Cukup waktu itu saja aku merasakannya.
Mobil melaju keluar dari parkiran kami pulang ke apartemen tanpa menjemput Azril terlebih dahulu, padahal kak Gara sudah berjanji tadi setelah pulang kami akan menjemputnya. Suasana dalam mobil sangat hening terlebih kak Gara sejak tadi tak mau berbicara itu membuatku semakin canggung dengan suasana ini, dengan sedikit keberanian aku mencoba mencairkan suasana.
"Kak gak jemput Azril?" Tanyaku, melirik sedikit kearah kak Gara.
Tak ada jawaban aku kembali terdiam tak mau berbicara lagi takut salah bicara.
Kami sampai di apartemen kak Gara turun dari mobil aku juga mengikutinya, dia masih tak berbicara sedikit pun hingga kami sampai. Bahkan dia segera pergi ke ruang kerjanya. Baru saja, kami berdamai, mengapa ada lagi yang memicu kami untuk menjauh. aku menghela nafas panjang bingung harus bagaimana, di satu sisi aku penasaran dengan istri kak Gara tadi di sisi lain aku merasa sakit hati karena mengetahui posisi ku saat ini. Istri kedua? Yang benar saja. Aku pikir selama ini istri kak Gara sudah meninggal karena mamah Sandra waktu itu pernah bilang kalau istri kak gara sudah tidak ada. Tapi apa maksudnya sekarang ? Bagaimana hubungan ini kedepannya? Batin hatiku terus bertanya tanya.
Dengan perasaan merana aku berjalan menuju kamar tujuan ku sekarang adalah mengganti baju, dan memberitahu mamah kalau kami tidak bisa menjemput Azril. Tapi sebelum aku masuk aku bisa melihat kak Gara yang tengah duduk di meja kerjanya sambil melamun.
"Hup aku harus bagaimana?" Tanyaku pada diri sendiri, mengajukan pertanyaan yang bodohnya aku tidak bisa menjawab.
****
Gara duduk di meja kerjanya termenung mengingat kejadian beberapa waktu lalu dirinya tak menyangka akan bertemu dengan Natasya yang notabenenya adalah mantan istrinya. Dia dan Natasya bercerai sebulan setelah Natasya melahirkan Azril setelah dirinya tahu bahwa Natasya berselingkuh dengan rekan bisnisnya. Tangan Gara mengepal sejak tadi dia menahan emosi, harusnya hari ini semuanya berjalan lancar acara makan malam berdua nya yang telah ia rencanakan atas ide Aldo semuanya gagal total akibat kedatangan Natasya.
Gara menghela nafasnya pelan, kepalanya serasa pening bahkan dadanya terasa sesak mengingat masa lalu dirinya bersama mantan istrinya itu. Gara akui dia sepenuhnya belum melupakan Natasya, hubungan dirinya dan Natasya sudah terjalin sangat lama sejak masih kuliah hal itu lah yang membuat dirinya sulit terlepas dari bayangan Natasya yang hampir selama 9 tahun selalu berada di sisinya. Namun karena penghianatan itu membuat dirinya memilih berpisah dengan Natasya, bisa saja dirinya mempertahankan rumah tangga nya itu tapi karena Sandra dan Anwar dirinya harus mengakhiri pernikahan nya.
Gara mengusap wajahnya kasar, cukup muak dengan pikirannya yang terus saja mengingat masa lalu. Dia bangkit berjalan menuju kamar, ia ingin beristirahat tubuhnya cukup lelah.
Gara membuka pintu kamar perlahan pandangan matanya langsung tertuju kepada Alya yang kini tengah duduk ditepi ranjang dengan telpon di tangannya, Gara langsung merebahkan dirinya di ranjang tak memperdulikan Alya di sampingnya bahkan dia cukup malas untuk sekedar berganti pakaian, terserah lah dirinya di sebut jorok sekarang dia hanya ingin tidur.
Alya melihat ke arah Gara namun tak protes ia masih sibuk menelepon. Gara tak tidur hanya matanya saja yang terpejam.
Alya mematikan teleponnya dan menyimpannya di atas nakas, dia melirik ke arah Gara disampingnya, ada rasa penasaran di hatinya saat ini mengenai hubungan Gara dengan wanita di restoran tadi. Namun melihat Gara yang seperti ini Alya sepertinya harus menunda dulu rasa penasaran nya itu. Alya beranjak tiba tiba dirinya merasa haus.
"Mau kemana?"
Alya refleks berbalik melihat Gara yang kini sudah duduk, Alya menautkan alisnya bingung apakah pergerakannya membuat Gara terbangun.
"Mau kemana ?" Tanya Gara lagi karena Alya tak kunjung menjawab.
"Eh, mau minum kak " Jawab Alya sambil menunjuk keluar pintu.
Gara turun dari ranjang, melewati Alya, melihat itu Alya mengekor di belakang Gara.
Gara mendudukkan dirinya di sofa sementara Alya dia pergi ke dapur menuntaskan hajatnya ingin minum, tak lama Alya juga duduk di samping Gara tapi sebelum itu dia meletakkan teh hangat di meja. Lagi lagi tak ada percakapan diantara mereka Gara dia sibuk memejamkan mata. Entahlah dirinya memang leleh ingin tidur tapi tak bisa.
"Kak Gara" panggil Alya sedikit ragu.
"Hmm "
Gara hanya menjawab dengan gumaman.
"Alya boleh tanya gak ?" Tanya Alya memberanikan diri, dia sangat penasaran tentang kejadian tadi.
Gara tak menjawab dia hanya mengangguk tanda setuju. Alya menetralkan jantungnya sebelum bertanya dia perlu mempersiapkan diri sebelum tahu jawabannya.
"Sebenernya yang tadi siapa ?"
Gara diam tak berniat untuk menjawab pertanyaan Alya, rahangnya mulai mengetat ia tak suka dengan pertanyaan Alya yang ingin tahu masa lalunya.
"Apa benar kalau wanita tadi istri kakak?" Tanya Alya lagi, pertanyaan itu lolos begitu saja. Ia hanya ingin tahu kebenaran tentang status nya sekarang apa dirinya memang istri kedua ?
"Apa Alya istri kedua ?"
Gara masih diam tapi tangannya sudah mengepal, tak habis pikir dengan pertanyaan Alya.
"Kak, Alya tolong jelaskan semuanya pada Alya jika benar yang tadi istri kakak itu berarti Alya sudah lancang masuk ke kehidupan rumah tangga dia " lirih Alya sedikit memohon.
Gara membuka matanya menatap Alya tak suka. Nyali Alya langsung menciut melihat tatapan Gara yang sama seperti dulu, tatapan rasa tak suka.
"Berhenti menanyakan hal konyol Alya, saya tak suka " Sentak Gara.
Alya mematung menatap Gara sendu, kepercayaan selama beberapa hari ini jika Gara benar-benar telah menerima pernikahan ini lenyap begitu saja. Baru saja dirinya merasakan perubahan pada diri Gara namun sekarang lihat bahkan nada bicaranya sudah kembali lagi seperti dulu. Ketus dan dingin.
"Jangan pernah menanyakan hal apa pun tentang kehidupan saya ! " tutur Gara menekankan setiap ucapannya memberi tahu Alya agar tak lagi mengurusi urusan pribadinya.
"Jangan karena saya sudah mau menerima pernikahan ini, kamu bisa mencampuri urusan pribadi saya "
Sakit itu yang hati Alya rasakan, bukanlah mereka sudah menikah ? Wajar jika dirinya ingin tahu tentang masalah tadi apalagi itu menyangkut dirinya.
"Kalau dia istri saya, kamu mau apa hah ?" Tanya Gara masih dengan tatapan tajam tak sukanya.
Kaget itu yang Alya rasakan sekarang, pikiran pikiran buruk nya sejak tadi ternyata benar. Alya berusaha mati matian menahan air matanya agar tidak lolos di hadapan Gara . Dadanya begitu sesak seperti ada beberapa bongkahan batu yang menghimpit dadanya. Tak terima itu yang Alya rasakan sekarang. Siapa yang mau menjadi istri kedua ? Aku tak mau. Batin Alya.
"Maaf jika Alya lancang bertanya seperti itu, tapi Alya hanya ingin tahu kejelasan tentang status Alya sekarang" Lirih Alya kemudian beranjak meninggalkan Gara, perempuan bertubuh sedang itu berjalan sedikit cepat keluar dari apartemen, agar Gara tak mengetahui bahwa air matanya kini sudah turun membasahi pipinya.
Gara tersadar ketika pintu apartemen tertutup, ia mengerang frustasi sepertinya Alya salah paham dengan perkataanya tadi. Dia meruntuki kebodohan nya karena terbawa emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Mom
General FictionAlya terpaksa harus menggantikan Anya sang kakak untuk menikah dengan Gara, orang yang tidak pernah di kenal nya atau bahkan mengenal wajahnya. Permasalahan Alya bukan hanya disitu saja tapi Alya harus dihadapkan dengan situasi yang tak pernah terl...