Seperti kata Gara Minggu lalu, setiap hari Minggu mereka akan pergi ke luar untuk jalan-jalan. Dan sekarang Alya tengah berada di mall di play ground menemani Azril bermain, Azril memang belum bisa berjalan dia baru bisa merangkak namun hal tersebut tak membatasi untuk Azril bermain dia sekarang berceloteh senang memegang berbagai mainan sekali mengajak anak anak sebayanya bermain meskipun cuma tertawa dan saling sapa saja. Alya juga ikut senang melihat perkembangan Azril yang sangat pesat. Alya ke sini tak sendiri dia bersama Gara, namun sekarang dia tengah ke toilet. Entah apa yang di lakukan nya mengingat waktu yang sudah lama terlewati namun dia tak kunjung kembali. Alya menghampiri Azril dia menggendong Azril yang mulai merengek meminta susu. Alya memutuskan untuk ke kafe yang kebetulan ada di sebelah play ground dan menunggu Gara di sana.
Alya duduk di bangku pojok dan mendudukkan Azril di pangkuannya memberinya susu membuat Azril tertawa senang.
"Minum nya pelan pelan sayang" interupsi Alya pada Azril yang memakan susu itu dengan sangat rakus. Alya tertawa sendiri mengingat Azril tak akan mendengarkan nya.
Alya mengelus surai Azril lembut di tatapnya mata nya yang berbinar itu.
"Mamah bener gak nyangka kalau Azril akan jadi anak mamah " Lirih Alya tak percaya dia kembali menerbitkan senyum bahagianya.
"Alya ?" Ucap seseorang yang refleks membuat Alya mendongak, kepalanya melihat ke sumber suara.
"Kak Anya " pekik Alya kaget karena Anya ada di hadapannya sekarang. Mengapa Anya baru muncul sekarang kemana aja dia selama ini ? Batin Alya.
"Kakak kemana aja ? Kenapa gak pulang? Kenapa kakak kabur?" Alya membubuhi pertanyaan yang selalu ingin dia tanyakan ketika bertemu dengan Anya.
"Bukan urusan lo " Jawab Anya ketus, dia tak suka.
"Kak, kakak tahu kan kalau kakak mau nikah, terus kenapa kakak pergi ?" Tanya Alya lagi.
Anya menatap Alya sinis kemudian menatap Azril senyum mengejek langsung terbit di sudut bibirnya.
"Apa lo sekarang menjadi pengasuh Alya? Sangat cocok dengan lo "
Anya duduk di hadapan Alya, tangannya bersedekap dada dan memandang Alya angkuh.
"Dari dulu sampai sekarang lo memang cocok jadi babu seperti ini " Kata Anya lagi.
Alya menatap Anya sendu, dia marah dengan Anya tapi dia tak bisa melawan.
"Aku ada di posisi ini karena kakak " Jawab Alya, tangannya terkepal menahan rasa sakit dan emosi.
"Oh ya ? Asal kamu tahu itu sudah di rencanakan oleh ayah lo sendiri " Jelas Anya membuat Alya diam di tempat tak percaya dengan pendengarannya.
"Dasar gadis bodoh, siapa yang mau menikah dengan duda mana udah punya anak dan lo sangat bodoh karena mudah tertipu oleh Ayah mu sendiri " Ejek Anya lagi.
Alya tertunduk lesu, dia tak akan percaya omongan Anya bahwa ayahnya yang merencanakan semua ini tapi di satu sisi dia ragu apa semuanya benar mengingat Dany sang ayah tampak enggan melihatnya setelah dia memberitahukan bahwa dia penyebab kematian ibunya.
Alya menggeleng dia tak akan percaya Anya, dia sudah tahu watak Anya yang suka berbohong dan memfitnah.
"Aku tak akan percaya omongan kakak " Kata Alya tegas sekarang dia sudah berani menatap Anya .
Anya tak suka dengan keberanian Alya dia kembali menjatuhkan Alya dengan kata kata pedasnya.
"Lo pikir lo siapa, lo gak ngaca kalau lo cuma gadis tak berpendidikan dan sekarang lo udah punya anak di usia lo yang sekarang. Apa yang mau lo banggakan kepada Ayah Lo itu? Harusnya lo udah paham kenapa ayah lebih mempertahankan gua di banding lo. Punya cermin kan ?" Sinis Anya
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Mom
Fiksi UmumAlya terpaksa harus menggantikan Anya sang kakak untuk menikah dengan Gara, orang yang tidak pernah di kenal nya atau bahkan mengenal wajahnya. Permasalahan Alya bukan hanya disitu saja tapi Alya harus dihadapkan dengan situasi yang tak pernah terl...