11| Back to Korea [M]

3.4K 257 52
                                    

⚠️WARNING⚠️
[Berisi mature content, i'm so sorry guys]

Di perjalanan pulang menuju rumah, aku telah membayangkan reaksi orang tuaku setelah mengetahui bahwa aku menjalin hubungan dengan orang luar negeri. Aku telah menyiapkan mental untuk menerima segala celotehan yang akan keluar dari mulut mereka.

Setibanya di rumah, orang tuaku sedang duduk di ruang tamu dengan raut wajah yang begitu serius. Mereka telah menunggu kedatanganku.

Tanpa basa basi mamaku berkata, "Sini ci, duduk. Mama mau ngomong" sambil menunjuk kursi yang berada di sampingnya. Aku hanya menuruti perintahnya.

Mamaku bertanya, "Hubungan kamu sama lelaki tadi gimana? Cuma temen aja atau lebih?"

"Jungkook?" Tanyaku memastikan. Mamaku mengangguk.

"Pacaran" jawabku singkat. Aku tahu, setelah ini mamaku pasti akan berkhotbah panjang kali lebar kali tinggi.

"Kamu gimana sih! Kamu udah mau 26 tahun, Rosie! Harusnya cari pasangan yang jelas bibit, bebet dan bobotnya!" Bentaknya.

Mamaku kembali melanjutkan, "Mama kan udah pernah bilang, cari yang sesama orang Indonesia aja. Jangan nyari yang macem-macem lah nak, umur kamu udah tua!"

Papaku ikut membuka suara, "freelancer itu penghasilannya ga tetap loh ci. Kamu dan anakmu mau dikasih makan apa nantinya?"

Aku sangat marah dan kecewa. Namun tidak dapat melampiaskannya kepada mereka. Orang tuaku sangat melarangku untuk menjalin hubungan dengan orang luar negeri .

Mereka percaya dengan stereotype lelaki luar negeri yang biasa memanfaatkan wanita Indonesia sebagai pencari nafkah utama. Serta mereka menganggap lelaki luar negeri itu pemalas.

"Jungkook seorang web developer yang bisa kerja dari mana aja dan penghasilannya pun cukup buat menghidupi nenek, adik dan dirinya sendiri. Dia bisa bayarin adiknya sekolah bahkan sampai kuliah. Dia seorang pekerja keras yang mau berusaha untuk memenuhi kebutuhan keluarganya mah, pah!"  Jelasku kepada mereka. Aku tidak peduli jika mereka terus membantah ucapanku, yang jelas aku akan tetap bersama Jungkook.

"Aku bahagia sama dia , aku yang memutuskan hidup aku, bukan mama sama papa" lanjutku kembali.

Bantahan demi bantahan pun keluar dari mulut mamaku. Ia masih tetap bersikukuh tidak setuju dengan hubunganku dengan Jungkook dan menyuruhku untuk memutuskan hubungan kami.

Kesabaranku telah mencapai batasnya. Tanpa merespon pembicaraan orang tuaku, aku segera meninggalkan mereka dan naik ke lantai atas untuk masuk ke dalam kamar.

Sesampainya di dalam kamar, aku langsung mengunci pintu, dan memasang lagu yang agak keras agar aku tidak dapat mendengar suara ketukan pintu maupun suara panggilan dari orang tuaku.

Ku lihat pada layar ponsel, ada panggilan masuk dari Jungkook, namun aku mengabaikannya. Aku harap Jungkook mengerti bahwa aku tidak mungkin selalu bisa menerima panggilan dan membalas pesannya.

***

Keesokkan harinya aku terbangun dari tidur, dan segera mandi , lalu bersiap untuk pergi ke hotel Jungkook.

Jelas aku masih menyimpan rasa amarah kepada orang tuaku, sehingga pagi ini aku tidak menegur dan tidak ikut sarapan bersama mereka.

Aku menyetir menuju hotel Jungkook dengan kecepatan di atas rata-rata, karena kebetulan kondisi jalanannya begitu lenggang.

Hingga saat di perjalanan, Jungkook menelpon untuk bertanya mengapa semalam aku tidak mengangkat telpon dan tidak membalas pesannya. Aku menjelaskan bahwa semalam mood ku hancur karena berdebat dengan orang tuaku mengenai hubungan kami yang tidak disetujui.

It's a Match!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang