15 | Healing

1.2K 180 16
                                    

"Rosie, it's fine, it's alright, kamu aman sayang sama aku" Bisik Jungkook di telinga Rosie sembari mendekap tubuh wanitanya. Ia ingin menjadi tempat ternyaman bagi Rosie.

Dalam dekapannya ia merasakan tubuh Rosie gemetar. "Nangis aja ngga masalah, chagi, biar lega." Ujar Jungkook yang melihat Rosie sedang menahan derai air matanya agar tidak jatuh.

Beruntungnya saat ini restoran sedang sepi pengunjung, sehingga Rosie tidak menjadi sumber perhatian.

"Maaf ya mas, bikin mbanya kaget. Tadi ngga sengaja nampan ini nyentuh punggung mba nya" Ujar seorang pelayan wanita yang meminta maaf sambil membungkukan tubuhnya kepada Jungkook dan Rosie.

Pada awalnya pelayan itu sedang membawa piring kotor menggunakan nampan untuk dibawa ke dapur untuk dicuci. Secara tidak sengaja nampan itu menyenggol punggung Rosie. Seperti biasa, Rosie mudah terkejut sehingga memberikan respon yang berlebihan, membuat pelayan tersebut kehilangan keseimbangan dan menjatuhkan seluruh piring ke tanah.

"Maaf juga ya mba, jadi pecah semua deh piringnya." Sahut Jungkook yang juga merasa tidak enak.

"Iya gapapa mas, salah saya juga karena terlalu buru-buru, jadi nyenggol mbanya deh" Jelas pelayan sambil membereskan tumpukan piring yang pecah di tanah.

Naya dan Jenan pun segera menghampiri kericuhan yang ditimbulkan oleh Rosie. Naya yang merupakan seorang Psikolog sedari tadi mengobservasi perilaju aneh dari Rosie yang membuatnya memiliki praduga bahwa Rosie tengah mengalami sesuatu yang mengganggu kesehatan mentalnya.

"Mbanya disuruh duduk dan minum dulu aja mas, biar tenang" Bisik Naya kepada Jungkook yang turut mengelus punggung Rosie.

Hingga mereka pun menuntun Rosie untuk kembali ke saung yang mereka duduki. Jungkook segera menjelaskan keadaan yang terjadi kepada orang tua Rosie.

Orang tua Rosie begitu khawatir saat mendapati anaknya terus menutupi wajahnya sambil menangis. Sehingga mereka berusaha keras untuk menenangkan sang anak.

Merasa ada sesuatu yang aneh pada Rosie. Naya memberanikan diri untuk bertanya kepada Jungkook yang berada di sebelahnya, "Mas , maaf sebelumnya. Apakah Rosie pernah mengalami sesuatu yang membuat dia trauma?" Bisik Naya kepada Jungkook.

"Iya mba pernah, seminggu yang lalu. Semenjak kejadian itu, perilaku dan emosinya jadi berubah, saya juga jadi kasian dan ikutan sedih." jelas Jungkook dengan murung sembari merobek-robek tissue.

"Udah pernah konsultasi ke psikolog belum?" Tanya Naya.

Jungkook menggeleng, "Rosienya belum mau, takut dikira orang gila".

"Saya dan rekan-rekan psikolog di Rosekook Mental Health Center bisa bantu mba Rosie, mas. Jika mba Rosie dan keluarga bersedia, bisa langsung dateng aja ke klinik Saya. Kasian kan kalau mba Rosie terus-terusan kayak gini"

Jungkook mengangguk mengerti. "Boleh minta nomor ponselnya mba kah?"

"Saya kasih name card klinik saya aja ya." Naya mengeluarkan sebuah  kartu nama dari dompetnya dan memberikannya kepada Jungkook. Dalam kartu nama itu tertera nomor ponsel pribadi dan kantor, nama instagram, dan alamat lengkap klinik tersebut.

Jungkook mengambil kartu nama yang diberikan oleh Naya, "Terima kasih banyak ya mba, nanti akan Saya bicarakan dengan keluarga Rosie."

Di sela-sela pembicaraan dengan Jungkook, bayi Naya menangis, Naya pun izin untuk meninggalkan mereka dan kembali ke saung tempat keluarga besarnya bersama Jenan.

Setelah itu, Jungkook membicarakan tentang apa yang ditawarkan oleh Naya kepada Rosie dan kedua orang tuanya, hingga akhirnya mereka pun setuju untuk membawa Rosie berkonsultasi ke psikolog.

It's a Match!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang