Kebahagiaan bukan diukur dari berapa banyak materi yang kita miliki, tapi dari seberapa sering kita bersyukur dengan apa yang Tuhan beri
-Aksara Waktu-
Pagi hari yang terasa sama seperti pagi-pagi sebelumnya. Kesibukan yang terasa begitu membosankan karena dilakukan setiap hari. Tapi rasa bosan ini hanya berlaku untuk sebagian orang, sebagian yang lain merasa bahwa kesibukan adalah separuh hidup mereka. Memang aneh tapi benar-benar nyata.
Sama seperti hari sebelumnya, Onyo panggilan akrab Betrand sudah siap dengan kemeja putih dan celana biru miliknya. Rambut yang basah dan berantakan memberi kesan emm...tampan. Oh tidak, mungkin sangat tampan. Duduk manis dimeja makan adalah kebiasaan yang menurutnya menyenangkan. Mengapa? Apa yang spesial dari duduk dimeja makan?
Jawabannya adalah kebersamaan.
Makan bersama sang ayah tercinta, memakan lahap masakan buatan bunda tersayangnya, atau bercanda bersama si bontot Thania, atau bahkan perdebatan pagi hari dengan Thalia. Hal sederhana yang mampu membuat hatinya menghangat seketika. Bahkan jika bisa digambarkan, mungkin sudah ada pelangi diatas kepala anak pertama Ruben Onsu itu.
"Nyo, hari ini ayah ada meeting sama pihak tv buat konser Onyo 2 bulan lagi," ucap Ruben ditengah Betrand yang sedang menyuapi si kecil Nia. Ucapan ayahnya menghentingan aktifitas Betrand.
"Onyo gak perlu ikut Yah?" tanyanya sambil menyuapkan sepotong apel kedalam mulutnya. Ruben menggeleng sebagai jawaban.
"Enggak usah. Onyo hari ini juga ada latihan kan sama Om Ari, katanya sih Onyo mungkin bakal ikut untuk ketemu sama temen duet Onyo nanti," jelas Ruben kepada anak sulungnya. Onyo menganggukkan kepala paham.
Percakapan terus dilanjutkan dengan perdebatan Thalia masalah Betrand yang menyembunyikan mainannya, sedangkan yang dituduh membela diri dengan mengucapkan berbagai pembelaan. Ditambah si kecil yang seakan ikut berdebat dengan mengucapkan kata-kata ciri khas anak kecil. Ruben hanya bisa tersenyum melihat meja makan yang tak pernah sepi setia harinya. Sedangkan sang istri Wendah menggeleng lelah mendengar suguhan perdebatan kedua putra putrinya.
Hal sederhana yang mampu membuat semua hati menghangat. Lelah yang mereka rasakan setelah kemarin beraktifitas runtuh seketika. Bahkan perdebatan ini rasanya lebih ampuh menghilangkan lelah daripada tidur.
°°°°°
Seorang gadis manis duduk dimeja makan, khusyuk memakan nasi goreng buatan mami nya. Sedangkan sang mami membersihkan kekacauan dapur akibat menggoreng ikan lele. Siapa lagi kalau pelaku utama kekacauan itu bukan Anneth Delliecia Nasution, gadis yang sedang memakan makananya sambil memanyunkan bibirnya. Sangat menggemaskan.
"Gak usah manyun-manyun bibirnya," ucap Debby duduk bersebrangan dengan sang putri. Anneth yang mendengar itu mendengkus kesal.
"Lele nya jahat banget parah sama aku. Gak ada kalem-kalem nya sedikit pun," dumel nya memandang Debby. Debby yang mendengar itu tertawa singkat.
"Neth Neth, lele kok disalahin. Kamu tu yang salah. Masukin lele itu dari pinggir wajan biar minyaknya gak kemana-mana. Bukan dilempar begitu. Tumpan kan wajannya. Untung gak kena badan kamu." Debby menggeleng-gelengkan kepala nya. Heran dengan putrinya yang menyalahkan sewajan lele yang sudah kering mengenaskan, alias gosong.
Bagaimana tidak gosong, setelah memasukkan seekor lele saja pakai acara lari keluar dapur, lalu kembali dan melakukan hal yang sama. Dan puncaknya, ketika minyak yang terlalu panas dimasukkan lele, paniknya gadis itu membuat lele yang dilemparkan ke wajan tidak tepat sasaran dan malah membuat seisi wajan tumpah ke lantai. Untung saja Debby sigap menarik tubuh putri nya itu. Jika tidak, Debby saja tak sanggup membayangkannya.
"Udah gih lanjutin sarapannya," suruh Debby diangguki oleh sang putri.
Walau hanya berdua dengan Mami nya di kota besar ini, Anneth masih bersyukur diberi waktu Tuhan untuk membahagiakan mami nya. Berusaha keras untuk membuat orang yang melahirkannya ini mampu merasakan suksesnya anak yang sudah ia rawat sedari bayi. Keinginannya sederhana, hanya ingin membalas apapun yang sudah dikorbankan oleh kedua orang tuanya. Debby yang rela meninggalkan sang suami dan anak laki-laki ny di kota asli mereka demi mengantarkan Anneth menuju kesuksesannya. Anneth hanya ingin keluarganya bahagia. Sesederhana itu.
°°°°°
Cerita ini gabungan dari beberapan momen mereka didepan camera dan juga imajinasi penulis sendiri ya. Jadi mohon maaf jika tidak sesuai dengan kenyataan yang kalian ketahui.
Enjoy guys 🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Waktu (selesai)
Teen Fiction"Tidak usah banyak bicara, karena waktu yang akan menunjukkan bahwa kamu milikku dan aku milikmu" Takdir tak pernah banyak berbicara untuk memulai keajaibannya. Tidak juga berteriak hanya untuk mengakui bahwa dirinya hebat. Takdir itu seperti angin...