Melepas kepergianmu adalah dusta, kenyataannya aku hanya pura-pura melupa
-Aksara Waktu-
"Gimana, seneng gak ketemu mas mantan?"
Anneth yang sedang menata baju-baju lesehan di depan lemari menoleh, mengernyit bingung. "Maksud lo apa sih Kak? Udah malam gak usah bikin gue mikir." Amara terkekeh geli, "Bukanya tadi lo ketemu Betrand di Boat Quay ya?"
Mendengar jawaban manager nya, sontak Anneth membulatkan mata, "Lo tau?" sungut Anneth. Amara mengangguk santai sambil meminum secangkir susu coklat di tangannya.
"Neth, lo kira ini cerita-cerita di novel yang si tokoh perempuan dan tokoh laki-laki bertemu gak sengaja di sebuah tempat yang sama? Ini dunia nyata kali Neth, gak ada yang namanya kebetulan," tutur Amara. Anneth bangkit dan berjalan duduk di samping Amara.
"Jelasin!" tuntut Anneth. Amara terkekeh singkat, "Oke oke, santai dong mbak nya." Anneth menghembuskan napas lelah.
"Tadi pas kita lagi diskusi sama Nathan dan manager nya, gue gak sengaja liat Betrand sama 2 temannya jalan tapi kayaknya mereka gak nyadar ada kita. Terus gak lama ada perahu lewat dan gue bisa lihat mereka dengan jelas. Ya gue inisiatif dong bikin adek gue ini seneng. Makanya gue semangat banget ngajak lo naik perahu," jelas Amara.
"Dan gue lihat juga interaksi mata kalian tadi," sambung Amara membuat Anneth terkejut dan reflek memukul lengan wanita di sampingnya.
"Gak asik lo mah Kak," gerutu Anneth. Amara bangkit, berjalan menuju jendela kamar hotel mereka yang menampakkan Singapura di malam hari yang sangat indah.
"Jangan munafik sama diri lo sendiri, gak semua yang terlihat itu yang benar-benar terjadi. Dunia dan manusia itu gudangnya misteri," celetuk Amara. Anneth tertawa sumbang, "Semua udah terlihat jelas di restoran waktu itu Kak. Dia memang berubah. Kita udah asing Kak."
Amara menoleh, "Yakin? Tapi kenapa pemandangan yang gue lihat di perahu tadi beda? Bukan tatapan dingin seperti yang lo ceritain kemarin. Tapi tatapan rindu, rindu yang gak bisa dia sampaikan."
Anneth termenung, "Benarkah pria itu merindukannya?"
"Neth, jangan pernah berhenti berjuang. Bukannya ketemu dia adalah impian besar lo selama empat tahun terakhir? Dan sekarang Tuhan udah mewujudkan impian itu. Yakin mau di sia-sia in?" tutur Amara halus.
Amara sangat mengetahui hati perempuan di depannya ini. Mereka sudah bersama sejak Anneth remaja. Amara yang menemani masa tersulit perempuan itu 4 tahun lalu. Amara berusaha mencari informasi sebanyaknya dari berbagai media tentang pria itu. Menginformasikan segala yang ia ketahui sekedar memberi ketenangan pada Anneth. Amara yang menenangkan Anneth ketika rasa bersalah akan perginya Betrand muncul di benak Anneth remaja. Dan kini, dirinya tidak mau adik tersayang nya kembali terluka. Dia harus berjuang. Dia harus melangkah.
°°°°°
Suara pintu terbuka membuat dua orang yang sedang berbincang menoleh. Di pintu berwarna hitam itu, nampak seorang pria dengan style casual andalannya berjalan masuk ditambah tas gitar yang tersampir manis di pundak kirinya. Tampan? Bayangkan saja sendiri :)
Betrand mendudukkan diri di sebuah kursi disana, menyandarkan punggungnya pada dinding. "Gurunya bikin emosi aja," gerutunya. Mahesa yang mendengar itu terkikik geli, "Lo kan murid kesayangannya Mr.Jack jadi terima aja tugas negara dari dia ya."
Retana tertawa mendengar penuturan Mahesa, "Nanti kita temenin latihan Alf, tenang aja."
Selanjutnya, mereka sibuk dengan kesibukan masing-masing. Mahesa yang sibuk dengan laptopnya, Retana sibuk dengan kertas-kertas dalam map kuning di pangkuannya. Betrand menghela napas, "Bosen banget gue," gerutunya. Retana yang peka langsung menutup map nya.
"Eh gue pengen ketemu Anneth lagi deh. Kapan-kapan ajak Anneth kesini dong Alf," pinta Retana. Betrand yang mendengar nama Anneth langsung menoleh, "Ngapain?" tanyanya dengan ketus.
"Ya biar gue gak cewe sendiri tiap kumpul di studio." Retana memasang wajah memelasnya. Betrand menghembuskan napas, "Dia sibuk. Dia kesini bukan buat liburan tapi ada kerjaan." Betrand bangkit, melangkahkan kaki jenjangnya menuju piano di ujung studio. Memencet asal tuts disana.
"Cantik."
Betrand menghentikan gerakan jarinya, menoleh ke arah Mahesa yang fokus pada laptopnya. Betrand mengernyit heran, "Kesambet apa ni bocah?" batinnya.
"Ngapain lo? Siapa yang cantik? Nonton aneh-aneh lo ya?" cecar Betrand. Mahesa sontak mendelik tajam, "Kurang asem, mata gue suci ya," tukasnya. Betrand terus mengamati Mahesa yang senyum-senyum menatap laptop nya.
"Gila ni anak."
Betrand melangkah mendekat dengan hati-hati, Retana yang melihat itu terkikik geli dari tempatnya, "Kumat deh jailnya," batin Retana. Sedangkan Betrand mengendap-endap mendekat ke Mahesa. Dan ketika sudah tepat dibelakang pria itu Betrand berteriak tepat di telinga kanan sahabat nya.
"LIAT APA LO!!"
"EE KUTIL POCONG!!"
Mahesa terlonjak kaget dan reflek menurunkan layar laptopnya. Mendengar latah Mahesa, Betrand sudah tertawa terpingkal-pingkal sampai tak sanggup berdiri. Sama dengan Betrand, Retana juga tertawa di tempatnya sampai menjatuhkan kertas dalam map.
"Lo liat apa sih Sa? Udah kayak orgil senyum-senyum sendiri." Betrand langsung merebut laptop Mahesa. Mahesa diam tak berkutik kala melihat raut wajah terkejut sahabatnya.
"Lo ngapain liat instagram Anneth?" tanyanya sinis. Mahesa bangkit merebut laptopnya kembali lalu memasukkan nya kedalam tas,"Gak ngapa-ngapain. Kepo lo Alf," sungut Mahesa kesal.
"Lo suka sama dia Sa?" tanya Retana tiba-tiba. Betrand dan Mahesa kompak menoleh ke arah Retana.
"GAK!" sergah Mahesa. Tentu Retana tidak mudah percaya begitu saja. "Tapi gue perhatiin waktu di restoran lo curi pandang ke Anneth terus." Mahesa diam tak berkutik.
"Gue sahabatan sama lo dari SMA Sa, gue kenal lo banget. Dan se inget gue lo gak pernah nyinggung soal perempuan yang lo taksir sejak SMA."
"Lo gatau Na, cuman gue yang tau."
Betrand diam di tempatnya, pikirannya sudah berkelana jauh. "Apa lo beneran suka sama Anneth, Sa?" batinnya bertanya-tanya.
"Lo normal kan Sa?"
"GUE NORMAL ANJIIR!!" sungut Mahesa tidak terima. Enak saja perempuan itu mengatainya homo. Retana terjengkit kaget, "Ngegas amat pak."
"Lo beneran suka sama Anneth?" tanya Betrand setelah cukup lama diam. Mahesa menoleh ke arah Betrand, "Kalau gue suka kenapa?" tanyanya sedikit dengan nada sinis.
"Gak papa, dia baik." Setelah mengucapkan itu, Betrand mengambil gitarnya, "Gue duluan ya, mau bersih-bersih apart mumpung pulang cepet."
Tanpa menunggu jawaban kedua temannya Betrand sudah keluar dari studio.
Betrand berjalan menyusuri satu demi satu koridor kampus. Entahlah apa yang terjadi pada dirinya, ia merasa mood nya hancur setelah melihat sahabatnya, Mahesa meng-stalk instagram milik Anneth. Apalagi mengingat ia sempat mendengar Mahesa berucap "cantik" tadi.
Sesampainya di parkiran Betrand segera masuk ke mobil Toyota Camry hybrid silver miliknya. Melajukan mobil menuju apartemen. Ia memang tinggal di apartemen sejak kelas 3 SMA, tidak enak jika menumpang terus di rumah kerabat ayahnya. Jadi setelah merasa cukup dewasa ia memutuskan pindah ke apartemen.
Betrand memelankan laju mobilnya kala netra hitam pekatnya menangkap sosok yang ia kenal.
"Ngapain dia?"
°°°°°
Woww ada cinta segitiga nihh kalian tim #Betranneth atau #MahesAnneth ??
Gimana sama chapter ini? Feel nya sampai dengan selamat? Semoga ya
See you next chapter bestie
Happy Reading
-Ryn
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Waktu (selesai)
Teen Fiction"Tidak usah banyak bicara, karena waktu yang akan menunjukkan bahwa kamu milikku dan aku milikmu" Takdir tak pernah banyak berbicara untuk memulai keajaibannya. Tidak juga berteriak hanya untuk mengakui bahwa dirinya hebat. Takdir itu seperti angin...