"Kita pernah sama-sama mempertebal sekat yang kita buat, dan hari ini aku datang bersamamu untuk mengajak mu bersama mengkikis sekat yang pernah kita pertebal"
-Aksara Waktu-
Laki-laki dengan baju berwarna hitam itu berjalan menyusuri lorong demi lorong menuju panggung utama ditemani Mike. Betrand naik ke atas panggung dan menemui teman duetnya kali ini, siapa lagi kalau bukan Anneth.
Setelah beberapa waktu melakukan GR, Betrand menemui gadis dengan hoodie hitam yang sedang duduk disisi panggung.
"Neth," panggilnya. Gadis yang dipanggil namanya itu menoleh terkejut mendapati Betrand sudah berada dibelakangnya.
"Ngobrol bentar yuk di backstage," ajak Betrand. Awalnya Anneth terkejut, namun segera menetralkan raut wajahnya sebelum laki-laki itu menyadari. Anneth mengangguk, pergi sebentar untuk berpamitan kepada Debby. Setelah mendapat ijin, mereka berdua berjalan berdampingan menuju ruangan Betrand.
Sesampainya disana, mereka duduk di sofa berdua. Betrand tak henti-hentinya mengetukkan sepatu ke lantai, tanda bahwa ia gugup. Sedangkan Anneth sudah berkeringat dingin sama gugupnya.
"Mau ngomong apa Nyo?" tanya Anneth akhirnya memecah keheningan antara mereka berdua. Betrand sedikit terkejut dengan suara Anneth ditengah kebimbangannya.
Betrand menarik nafas "Aku gatau mau mulai ngomong dari mana. Kemarin aku sempet ngobrol sama Ayah. Obrolan laki-laki. Aku tau kamu sebenernya juga udah tau perasaan aku buat kamu. Waktu itu aku bilang kalau aku mengagumi kamu, tapi semakin sering intensitas kita ketemu, bikin perasaan kagum itu berubah jadi rasa mencintai." Betrand menjeda ucapannya mencoba menetralkan laki detak jantungnya. Sedangkan Anneth mencoba menahan rasa hangat di pipinya.
"Kok gue jadi baper gini sih," batinnya.
"Aku tau mungkin kamu trauma sama kejadian waktu itu, disaaat aku coba mengungkapkan sedikit perasaanku. Aku juga gak minta kamu untuk membalas perasaanku. Tapi aku yakin untuk kembali memperjuangkanmu."
Anneth terkejut mendengar penuturan laki-laki bergingsul disampinya ini. Mendengar kata "memperjuangkan" membuat hatinya tak menentu. Entah apa yang sedang ia rasakan, tapi sejujurnya dia bahagia.
"Kenapa kamu bisa seyakin ini Nyo?" tanya Anneth membuka suara. Betrand tersenyum tulus.
"Masih inget tentang lagu yang aku ciptain itu? Lagu yang terinspirasi dari kisahku sendiri. Kesalahpahaman yang aku rasakan. Dan kamu dateng, duduk disampingku menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Padahal aku tidak pernah benar-benar meminta penjelasan walau aku ingin. Entah aku yang kelewat baper, tapi sikap kamu itu membuat aku merasa bahwa hati kamu sudah sedikit luluh," jelas Betrand.
Anneth tak lagi bisa menahan senyumnya, dia tersenyum tipis, sangat tipis walau setipis apapun senyumnya, laki-laki disampinya itu tetap bisa melihatnya.
"Aku masih bimbang dengan perasaanku Nyo, semua masih terasa buram. Bisa bantu aku meyakinkan hati dan diriku bahwa kamu adalah laki-laki yang tepat?" Betrand tersenyum, menangkap makna tersembunyi dari ucapan gadis disampinya ini.
Perbincangan yang mungkin terlihat serius untuk anak seusia mereka, namun inilah cara mereka memulai kisah cintanya. Semua dimulai dengan keseriusan sedini apapun kita memulainya, itulah yang diajarkan Ruben kepada Betrand yang dijadikan pedomannya kini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Waktu (selesai)
Teen Fiction"Tidak usah banyak bicara, karena waktu yang akan menunjukkan bahwa kamu milikku dan aku milikmu" Takdir tak pernah banyak berbicara untuk memulai keajaibannya. Tidak juga berteriak hanya untuk mengakui bahwa dirinya hebat. Takdir itu seperti angin...