Benarkah ini akan membawa pada bahagia? Atau akan menggores luka?
-Aksara Waktu-
Betrand berjalan menuruni satu persatu anak tangga rumahnya. Kini dia sudah siap dengan baju putih polos yang ditutup dengan kemeja hitam. Casual.
Dia melangkah menghampiri Bundanya yang tengah duduk di meja makan dengan kertas-kertas desain rumah baru mereka.
"Bun," panggilnya. Wendah menoleh, "Udah mau berangkat? Sama Om Mike kan?"
Betrand mengangguk lalu mendekat menyalimi tangan Bundanya. Setelah berpamitan, remaja 16 tahun itu berangkat membelah jalanan lenggang Kota Jakarta di jam 10 pagi ini. Selama perjalanan, Betrand memandang jalanan, memandang gedung-gedung tinggi yang seakan begitu dekat dengan cakrawala. Betrand memutuskan untuk membuka kaca mobil, membiarkan udara Jakarta menerpa wajahnya.
"Jangan banyak berubah ya," gumamnya.
20 menit waktu yang ditempuh untuk sampai di cafe ini, Melodi Cafe. Mobil putih itu terparkir manis di wilayah parkir depan cafe.
Sebelum turun Betrand berpesan kepada asisten pribadinya, "Om Mike tunggu disini aja ya." Mike yang ingin ikut turun menemani akhirnya kembali menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi kemudi. Membiarkan bos kecil yang ia anggap sebagai putra memiliki waktu privat untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.
Bunyi lonceng dari arah pintu masuk mengalihkan pandangan beberapa pengunjung Melodi Cafe. Betrand berjalan menuju meja di pojok dekat dengan tembok kaca cafe. Seorang pelayan datang sambil membawa buku menu.
"Silahkan mau pesan apa Kak?" tanya pelayan wanita itu sambil memberikan buku menu. Betrand menerima lalu memilih-milih menu.
"Thai tea original satu," pesan Betrand sambil menyerahkan kembali buku menu ke sang pelayan. Pelayan menerima dan menulis pesanan di buku kecil yang dia bawa, "Ada lagi?" tanyanya.
Betrand berpikir sebentar, "Em satu greentea, gula nya sedikit aja." Pelayan mengangguk, setelah menulis pesanan ia pamit pergi menyiapkan pesanan.
Betrand duduk sendiri sambil mengamati dekorasi cafe yang sangat indah. Desain yang begitu minimalis dengan meja dan kursi berwarna putih. Tembok kaca transparan yang membuat pengunjung bisa bebas melihat pemandangan jalanan Jakarta. Di dindingnya, terdapat beberapa lukisan abstrak dengan dominasi warna pastel. Ada beberapa hiasan berupa not-not balok berwarna hitam tertempel acak di tembok.
Betrand menghentikan pandangannya di arah pintu masuk, disana gadis yang sudah ia tunggu kedatangannya berjalan masuk menghampiri dirinya kala pandangan mereka bertemu. Anneth duduk di kursi yang berhadapan dengan Betrand. Tepat ketika dirinya duduk, pelayan datang membawa nampan berisi 2 gelas minuman.
"Permisi, satu thai tea original dan satu greentea." Pelayan meletaknya gelas di atas meja bundar itu. Setelah selesai, pelayan itu pergi meninggalkan dua remaja yang kini duduk dalam diam.
"Minum dulu, greentea dengan gula sedikit kesukaanmu." Betrand menyodorkan gelas berisi greentea kehadapan Anneth.
"Kamu inget?" tanyanya. Betrand tak menjawab, dia malah menyeruput thai tea originalnya. Melihat respon itu, Anneth langsung mengatupkan mulutnya.
Keheningan melanda mereka berdua. Hanya ada suara ketukan jari Betrand di atas meja sedangkan Anneth menunduk sambil memilin ujung bajunya gugup.
"Aku minta maaf Nyo," ucap Anneth memecah keheningan. "Aku tau aku terlihat sangat egois. Bukan kamu yang salah tapi aku malah kasih hukuman berat untuk kamu. Padahal harusnya aku tau bukan hanya aku yang terluka disini, tapi kamu sama terlukanya. Aku benar-benar minta maaf."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Waktu (selesai)
Teen Fiction"Tidak usah banyak bicara, karena waktu yang akan menunjukkan bahwa kamu milikku dan aku milikmu" Takdir tak pernah banyak berbicara untuk memulai keajaibannya. Tidak juga berteriak hanya untuk mengakui bahwa dirinya hebat. Takdir itu seperti angin...