Perempuan melangkah dengan hatinya, bukan dengan logika nya
-Aksara Waktu-
Decitan pintu membuat gadis dengan rambut hitam legam itu menoleh dan mendapati Mami nya berdiri diambang pintu.
"Ada apa Mi?" tanya gadis itu. Debby menjawab "Ada Zara tuh dibawah," ujarnya. Mendengar sang sahabat datang berkunjung membuat gadis itu tersenyum bahagia. Sahabat nya ini selalu datang diwaktu yang tepat.
"Suruh langsung naik aja Mi," ujarnya. Debby mengangguk lalu menutup pintu kamar putrinya dan berjalan kembali kebawah.
"HALLO SAYANGKU ANNETH YANG CANCI!" seru Zara ketika memasuki kamar sahabatnya. Anneth yang tengah fokus pada ponselnya terlonjak kaget. Anneth menatap tajam Zara yang hanya dibalas cengengesan oleh sang empu
"Teriak-teriak teross budek telinga gue lama-lama Zar," ujar Anneth kesal. Zara yang melihat sahabatnya itu kesal terkekeh lalu berjalan mendekati Anneth dan mecubit kedua pipi gembul gadis itu.
"Ucucucucu jan marah dong Neth," ucapnya hanya dibalas dengusan kasar dari gadis pemilik pipi gembul itu. "Fokus amat mbak nya, lagi ngapain sih Neth?" tanya Zara penasaran. Anneth yang mendengar itu menghela napas gusar lalu meletakkan ponselnya. Anneth menatap Zara yang sudah rebahan dengan santainya dikasur miliknya.
"Gue lagi bingung Zar, Onyo bentar lagi ultah dan gue bingung mau ngasih kado apa," keluhnya dengan nada putus asa. Zara yang mendengar itu tersenyum jahil "Ahikkk sejak kapan lo bingung beliin hadiah gini. Biasanya juga bebas-bebas aja," ujarnya diakhir tawa puas.
Tak berselang lama sebuat bantal kecil melayang kearah wajanya membuat tawanya berhenti, siapa lagi pelaku pelemparan ini kalau bukan gadis disampingnya ini.
"Gue serius Zar," ujar Anneth begitu putus asa. Pasalnya sudah dari 2 hari yang lalu ia memikirkan hal ini dan belum ada hasilnya.
"Kasih aja yang dia gak punya, hati lo misalnya," ucapnya acuh sambil fokus pada ponsel nya yang menampilkan video di aplikasi dengan latar hitam itu.
"Masalahnya dia hampir punya semuanya. Ayah Bundanya pasti bisa beliin semua yang dia minta. Lo tau sendiri Ayah Ruben itu sesayang apa kan sama Onyo," jelasnya. Zara menghela napas kasar.
"Orang bucin mah mikir kado aja ribet," gumamnya.
Anneth yang mendengar itu kesal dan melemparkan bantal kecil itu, lagi. Kali ini tentu lebih keras dengan sasaran wajah sahabat laknat nya itu. Tentu lemparan itu membuat Zara yang masih fokus pada ponsel nya mengaduh kesakitan.
"Kasih aja sesuatu yang bermakna, gak perlu mahal yang penting makna nya dalem," ujar Zara mulai serius. "Mungkin barang lain bisa dibeli pakek uang, tapi makna dalam barang gak bisa dibeli pakek uang sebanyak apapun," jelasnya dengan bijak. Anneth tampak berfikir.
"Besok temenin gue yuk cari barang. Keknya gue tau mau kasih apa," ajak Anneth yang hanya dibalas deheman singkat oleh Zara.
"Oke mari kita cari hadiah spesial, untuk orang yang spesial...mungkin." ucap Anneth dalam hati.
°°°°°
Anneth sudah siap untuk pergi bersama Zara dalam misi pencarian hadiah bagi sahabat laki-laki nya, ya sahabat untuk saat ini entahlah untuk nanti.
Ia bergegas menaiki mobilnya, dirinya dan Zara memilih untuk bertemu langsung di mall. Anneth memilih untuk membuka kaca mobilnya, menikmati semilir angin setelah hujan yang mengguyur Jakarta beberapa waktu lalu. Jalanan kota yang basah menambah kesan indah kota Jakarta.
Pikirannya jatuh pada beberapa kejadian yang tidak pernah ada dalam listnya. Pertemuan dengannya yang berlandaskan pekerjaan kala itu, lalu lost contact hampir 1 tahun lamanya. Lalu dipertemukan kembali namun dengan rasa yang sedikit berbeda. Entahlah berapa air mata yang sudah jatuh karena takdir tak terduga ini.
Tangis yang selalu ia tumpahkan diatas kasur miliknya, isakan yang ia tahan agar tak terdengar siapapun, lalu keluar kamar dengan senyum merekah nya lagi seakan tak terjadi apa-apa. Jika setelah mendengar semua fakta ini kalian mengira dirinya akan meninggalkan lelaki itu atau hanya terpaksa dekat dengan lelaki itu, kalian salah besar.
Nyatanya, otaknya pernah berfikir untuk seperti itu namun tidak dengan hatinya. Hatinya selalu memilih untuk tetap menetap padahal hati adalah aspek yang paling dirugikan disini. Dirinya tak pernah menyebut ini sebagai perasaan CINTA, dirinya masih bimbang. Apa perasaan seperti ini sudah pantas untuk disebut cinta? Hatinya terlalu abu-abu, atau sebenarnya logika yang membuat hal yang jelas terasa abu-abu, entahlah. Dirinya pun tidak tau. Yang pasti dengan semua sakit yang sudah ia alami selama ini dia tidak ada niatan untuk berbalik melangkah pergi.
Seperti kata orang, perempuan berbuat sesuai hatinya bukan logikanya.
Tak terasa dirinya sudah sampai disalah satu mall di Jakarta. Dirinya mengakhiri lamunannya dan turun. Segera dia berjalan ke cafe di lantai satu dimana Zara sudah menunggunya.
Sesampainya disana, dia bisa melihat punggung sahabatnya itu. Segera ia menghampiri.
"Hai Zar, sori ya buat lo nunggu," ucapnya sambil duduk didepan gadis dengan rambut pendek itu. Zara sedikit terkejut, beberapa detik kemudian dia mengangguk.
"No problem, mau langsung sekarang? Gue gak bisa lama soalnya," ujarnya. Anneth menganguk lalu mereka sama-sama berdiri. Berjalan keluar cafe dan mulai pencarian kado bagi sosok yang akan berulang tahun sebentar lagi.
Zara adalah definisi sahabat yang sebenarnya. Lihatlah, bahkan disela kesibukannya dia menyempatkan diri untuk menemani Anneth mencari kado. Bagi Anneth, dibalik sifat bar-bar dan slengekan itu terselip sifat peduli dan tulus. Sudah lama Anneth mengenal gadis disampingnya ini, dan butuh waktu juga untuk menyebutnya sebagai "sahabat". Karena baginya sebutan sahabat bukan hanya sekedar sebutan, tapi memilik makna yang begitu dalam.
Waktu memang bukan patokan untuk memberi sebutan itu kepada orang, namun dengan waktu kita bisa mengetahui dan memahami betul sifat orang itu. Bagaimana dia mendukung kita, bagaimana dia menyikapi semua sifat yang kita miliki, bagaimana dia mendengarkannya ketika kita sedang bercerita, dan yang paling penting bagaimana dia bersikap jika kita tidak ada.
Segalanya memang butuh waktu.
°°°°°
Hae haee....
Ryn dateng lagi nih hehehehe, mumpung lagi mood buat nulis jadi ku kebut deh wkwkwkwkRyn mau nanya nih, definisi sahabat menurut kalian apa sih?
Btw gimana sama chapter ini? Gatau sih feel nya gimana tapi semoga kalian suka ya. Oiya aku juga mau ingetin kalau cerita ini itu masuk kategori short story yang artinya ..... kalian artiin sendiri lah ya xixixi
Okayy see you next chapter, happy reading semua
-Ryn
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Waktu (selesai)
Fiksi Remaja"Tidak usah banyak bicara, karena waktu yang akan menunjukkan bahwa kamu milikku dan aku milikmu" Takdir tak pernah banyak berbicara untuk memulai keajaibannya. Tidak juga berteriak hanya untuk mengakui bahwa dirinya hebat. Takdir itu seperti angin...