09. Kejelasan

1.1K 149 12
                                    

Lagi-lagi waktu menunjukkan keajaibannya. Membuat segalanya yang terasa buram,jelas begitu saja

-Aksara Waktu-

Sebuah villa mewah di daerah Puncak sudah ramai dengan orang-orang yang berlalu lalang. Ada yang baru datang, ada yang sedang bersantai, ada yang berlarian kesana kemari, ada juga yang sedang membereskan barang bawaan. Tujuan mereka sama yaitu merayakan ulang tahun ke-16 dari anak salah satu presenter kondang Indonesia, Ruben Onsu.

Sedangkan yang memiliki acara sekarang sedang bersantai dipinggir kolam renang bersama tiga teman perempuannya. Betrand, Anneth, Alifa, dan Nayla sedang bersantai ria di pinggir kolam renang. Membahas semua hal yang bisa dibahas.

Nayla, gadis yang paling dewasa diantara ketiga sahabatnya yang lain tak melepas pandangannya dari lelaki yang duduk dihadapannya. Tentu ia paham laki-laki didepannya ini sedang mencuri pandang kearah gadis dengan rambut sepunggung yang duduk disampingnya, siapa lagi kalau bukan Anneth.

"Neti temenin ambil kabel charger kuy ke kamar," ajak Alifa kepada sahabatnya itu. Anneth mengangguk lalu bangkit dari duduknya. Setelah pamit kepada Betrand dan Nayla, Anneth berjalan berdampingan dengan Alifa masuk ke villa.

"Nyo!" seru Nayla ketika mendapati remaja didepannya itu melamun. Betrand sedikit tersentak akan seruan Nayla. "Apasih Nay ngagetin aja," kesal Betrand.

"Kamu ada masalah apa sih? Mau ultah kok malah banyak bengong kek gitu." Nayla sedari bertanya-tanya. Betrand yang biasanya menatap Anneth dengan pandangan teduh, sedari tadi pandangan itu berubah menjadi pandangan penuh keraguan. Hal itu nampak jelas dalam mata remaja bergigi gingsul itu.

Betrand menghembuskan nafas kasar. Nayla selalu paham apa yang dia rasakan. "Entahlah tapi aku lagi bingung Nay, ragu lebih tepatnya. Apa harus maju atau berhenti dan balik badan," keluh Betrand.

Nayla mengernyit bingung "Kenapa tiba-tiba jadi ragu? Bukanya kemarin-kemarin udah yakin banget. Sampek ketemu sama Tante Debby juga."

"Siapa yang enggak ragu kalau selama ini belum ada kejelasan yang bener-bener jelas? Anneth itu baik kesemua orang Nay, aku gak bisa mengartikan semua kebaikan Anneth selama ini sebagai wujud perasaan dia," jelas Betrand dengan lesu.

"Gak selamanya yang berjuang akan berjuang Nay, setiap orang pasti akan ada dititik lelah kan? Bukanya aku lelah mencintai dan memperjuangkan Anneth, tapi buat apa kalau aku hanya berjuang sendiri?" Nayla tertegun dengan ucapan sahabat lelaki nya ini.

Sedangkan tanpa dua orang itu ketahui, gadis yang menjadi topik pembicaraan itu mendengar semua. Anneth berdiri mematung dibelakang Betrand. Nayla mengetahui itu, sengaja tidak memberitau Betrand agar Anneth pun tau seberapa tulus Betrand selama ini.

"Iya Nyo, kejelasan itu penting. Jahat banget aku selama ini gak ngasih itu ke kamu." batin Anneth.

°°°°°

Pagi telah berganti malam, malam ini begitu indah apalagi sekarang villa mewah ini penuh dengan lampu disemua sudutnya. Keramaian yang begitu mencolok terlihat dari halaman samping villa itu yang kini dipenuhi oleh orang-orang yang sedang berkumpul. Mereka sedang mengadakan acara barbeque.

Berbagai jenis makanan tersaji disana mulai dari daging, cumi, udang, sosis dan lainnya. Sederhana tapi kebahagiaan dan rasa kekeluargaan begitu terlihat disana.

Anneth yang sedang membantu membuka bungkus sosis tak sengaja melihat sosok itu sedang duduk sendiri di anak tangga tak jauh dari sana. Melihat sosok itu membuat ingatannya kembali pada kejadian pagi tadi.

"Om Indra!" cegat Anneth melihat Indra lewat membawa piring berisi udang dan beberapa daging.

"Eh Anneth, kenapa?"

Anneth berjalan mendekat "Buat Onyo ya Om?" tanya Anneth. Indra membalas dengan anggukan. "Em...Anneth aja yang bawa ya Om, sekalian mau ada yang di obrolin sama Onyo," pinta Anneth. Indra yang dasarnya peka akan kondisi mengangguk lalu menyerahkan piring itu kepada gadis cantik didepannya.

Setelah kepergian asisten sahabatnya itu, Anneth berjalan menghampiri sahabatnya dengan piring ditangannya. Jika bisa dilihat, jantung Anneth seperti sedang maraton didalam sana. Bahkan Anneth khawatir detak jantungnya dapat didengar oleh lelaki itu nantinya. Juga badannya terasa begitu gerah padahal udara malam dipuncak pastilah dingin.

Sesampainya disamping cowo bergingsul itu Anneth duduk disampingnya dan menyodorkan piring kearahnya. Betrand yang sedang melamun menatap langit malam terlonjak kaget.

"Nyo!" panggil Anneth menyadarkan lamunan Betrand, "Tadi aku denger semua yang kamu bicarain sama Nay," ujar gadis itu dengan menatap lekat kearah Betrand. Menyadari itu, Betrand langsung membuat muka.

Anneth menghembuskan nafas pelan "Kamu tau Nyo seberapa besar rasa bersalah aku setelah denger ucapan kamu tadi?" Melihat Betrand yang tak mau menatap kearahnya membuat Anneth melakukan hal yang sama. Ia menatap ke depan.

"Itu jadi tamparan keras buat aku, aku langsung sadar sudah berapa lama biarin kamu berjuang sendiri, tanpa kepastian." Anneth menjeda kalimatnya.

"Apa aku masih ada waktu untuk berjuang sama kamu?" ucapan lirih itu berhasil masuk ke telinga Betrand juga membuatnya menoleh, menatap gadis yang sedang menunduk di sampingnya.

"Neth, apa perasaan aku sudah terbalas hari ini?" tanya Betrand akhirnya. Anneth yang semula menunduk langsung mendongkak kan kepalanya.

"Perasaan kamu memang gak pernah berjalan sendiri Nyo, aku yang terlalu takut untuk mengakuinya, aku yang membuat segala hal yang jelas jadi terasa buram," ucapan Anneth membuat sebuah lengkungan manis di wajah remaja dengan kulit sawo matang itu.

"Ayo berkomitmen!" ujar Betrand. Anneth menatap bingung "Maksudnya? Kita pacaran?" tanya gadis itu. Betrand terkekeh lalu mengacak pucuk rambut gadis manis pemilik hatinya ini.

"Ya...bisalah kalau kamu mau sebut sebagai pacaran," jelas Betrand dengan begitu lembut. Anneth yang mendengar itu menggigit bibir bawahnya, menahan teriakan yang ingin keluar dari mulutnya.

"Pipi kamu merah Ay," goda Betrand membuat tamparan keras menghantam punggungnya. Iya, Anneth tau dia lagi baper tapi gak usah diperjelas dong.

Eh t-tapi tunggu, lelaki itu memanggilnya dengan sebutan apa? Ay?

"Eh kamu tadi panggil aku pakek sebutan apa?" tanyanya penasaran. Betrand yang awalnya fokus mengusap punggungnya yang terasa panas akibat tamparan gadisnya langsung menoleh.

"Ay, panggilan spesial untuk orang yang spesial." jawabnya lembut.

Hening, tak ada yang mengeluarkan kalimat setelah itu, Betrand yang fokus memakan udang bakarnya yang sudah dingin, sedangkan Anneth yang duduk menetralkan detak jantungnya.

"Nyo, aku minta sesuatu boleh?" ujar Anneth memecah keheningan yang ada. Betrand mengangguk sambil masih fokus pada udangnya.

"Untuk hubungan kita, cukup kita dan orang terdekat kita yang tau ya, aku belum siap untuk lebih banyak orang tau." Seakan mengerti dengan keresahan gadisnya itu, Betrand menatap lekat manik mata indah milik Anneth.

"Biarkan waktu yang membuktikan semua, kita cukup jalani dulu. Dan untuk ijin dari Ayah, Bunda, atau Mami nanti biar aku yang bilang," ucap Betrand yang dibalas anggukan oleh Anneth.

Lihat, waktu dan takdir sedang bekerja sama membuat keajaiban, lagi.

°°°°°

Hai guys, uhuyy siapa yg nunggu-nunggu part mereka official hayoo

Greget sebenernya dari kemaren pengen up inii karna jujur gemess sekale pas bayangin. Bisa tebak gak kira-kira ending ceritanya gimana?

Btw Happy reading guys, jangan lupa vote dan komennya ya karna itu ngasih semangat sendiri buat ryn nulis
-ryn

Aksara Waktu (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang